Chapter 10

2.7K 64 5
                                    

"Katakan padaku, Ahmad. Apakah kau pernah bermain dengan penismu?" Alexa tidak membutuhkan basa-basi, ia frontal dengan pria itu dan mendengar kalimat tersebut keluar dari bibirnya membuat wajah Ahmad memerah. Penisnya juga semakin meregang dan membesar hingga celananya sesak dan rasanya kain itu bisa robek kapan saja regangan itu tidak berhenti.

"Tentu saja aku pernah, tetapi dengan wanita." Ah, sepertinya dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Alexa atau memang pria satu ini tidak pernah masturbasi sebelumnya. Jika begitu, maka ini akan menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Alexa.

"Oh, jadi kau tidak pernah membuat dirimu lega dengan tanganmu sendiri?" Tanyanya. Ahmad berpikir sejenak sebelum menggelengkan kepalanya sambil menunduk.

"Itu, haram." Katanya singkat. Alexa berusaha menahan tawanya. Ia benar - benar tidak mengerti apa yang ada di pikiran pria itu, entah dia polos atau apa, memangnya dia pikir berhubungan badan dengan wanita lain bukanlah sesuatu yang haram? Benar - benar munafik.

"Hm..." Alexa kembali duduk di kursinya dan menatap pria itu dengan tatapan mendominasi.

"Lepaskan boxermu juga, aku ingin melihat penismu." Ahmad terkejut mendengarnya, ia tidak pernah memperlihatkan penisnya kepada siapapun kecuali wanita yang sedang ia tiduri. Lebih parahnya lagi, Alexa adalah terapisnya. Namun kata - kata Alexa sebelumnya kembali terngiang - ngiang di pikirannya.

"Kau bisa menjadi dirimu sendiri ketika kau bersamaku dan aku akan membantumu." Ahmad sudah berada sejauh ini, pikirnya apa bedanya jika ia memperlihatkan penisnya itu? Perlahan Ahmad mulai menurunkan celana dalamnya dan memperlihatkan penisnya yang sudah meregang itu. Alexa lumayan puas dengan ukuran yang ia miliki. Pikirnya memang mainan yang satu ini cukup menarik.

"Aku ingin kau mulai memainkan penismu sekarang dengan tanganmu sendiri. Cobalah, jika kau butuh pelumas, gunakanlah ludahmu sendiri." Katanya singkat. Ahmad terlihat ragu untuk menjalankan perintah itu tetapi Alexa mengangkat kakinya dan meletakannya ke wajah Ahmad.

"Apa yang kau tunggu? Lakukan itu sekarang." Perintah Alexa lagi. Ahmad tidak memiliki pilihan lain dan ia mulai memainkan penisnya seperti wanita yang pernah menyentuhnya. Baginya rasanya itu cukup aneh. Ia tidak terbiasa dengan semua ini, namun kenyataan bahwa Alexa sedang memandanginya saat itu membuat semuanya menjadi lebih menegangkan dan sensual. Ahmad yang awalnya menggerakkan tangannya secara perlahan mulai mempercepat gerakannya tersebut. Ia mulai hanyut dalam sensasi Euphoria yang ia rasakan saat itu. Alexa menatapi pria itu yang berusaha untuk menahan desahannya dan walaupun tadinya Alexa hanya berencana untuk menonton saja dari kejauhan, namun ia mulai berkeinginan untuk bermain dengannya.

Perlahan, Felicia berjalan ke belakang pria itu dan ia memasukan jari telunjuk dan tengahnya ke mulut pria itu. Ahmad yang menyadari hal itu langsung secara spontan mengemut jari Alexa sambil tetap memainkan penisnya sendiri. Alexa merunduk sedikit lalu meletakan tangannya yang satu lagi di dada pria itu. Ia mulai memainkan puting pria itu diantara jemarinya dan berbisik di telinganya.

"Lepaskan saja semuanya, Ahmad. Kau boleh mendesah jika kau mau. Tidak ada penghakiman di sini, pet." Ketika ia memanggil pria itu dengan sebutan kesayangannya, pet, hal itu membuat Ahmad semakin masuk ke dalam ruang pikir submissive nya. Ia mendengarkan kata - kata Alexa dan mulai membiarkan suaranya keluar. Dia tidak pernah melakukan hal itu sendiri sebelumnya, namun dalam pikirannya, ia tidak melakukan itu semua sendiri. Ada Alexa di sampingnya.

Ahmad semakin mempercepat gesekan nya itu, hingga rasanya ia akan cumming. Namun sebelum ia bisa melakukannya, tiba - tiba Alexa menyirami penis pria itu dengan air es yang ada di mejanya. Sontak, Ahmad kaget sejadi - jadinya. Penisnya langsung menciut dan ia memandangi Alexa dengan tatapan sedih seperti ingin menangis.

"Kau pikir kau bisa ejakulasi sesukamu di hadapanku? Ahmad, bukankah kau bilang kau ingin wanita yang bisa mengontrol mu? Bagaimana kau bisa membiarkan seseorang untuk mengontrol mu jika kau sendiri saja tidak punya kontrol terhadap dirimu sendiri?" Tanya Alexa dengan nada sedikit marah. Ahmad kebingungan. Ia tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat tetapi apapun itu, ia langsung meminta maaf kepada Alexa.

"Maafkan aku, dokter. Aku salah karena membuatmu marah. Maafkan aku." Katanya terbata - bata. Alexa menghela nafas panjang dan segera menyuruh Ahmad untuk mengenakan pakaiannya lagi.

"Sekarang pakai bajumu. Sesi kita hari ini sudah berakhir. Aku akan memberikanmu sedikit PR, Ahmad. Kau tidak boleh bermain dengan dirimu sendiri untuk menyelesaikan apa yang sudah kita lakukan hari ini. Apapun yang terjadi, kau harus mengontrol dirimu. Juga tidak boleh bermain dengan wanita, termasuk dengan calon istrimu itu." Katanya dengan nada memerintah yang membuat Ahmad sedikit menciut namun di saat yang bersamaan, Ahmad merasakan suatu kesenangan yang ia tidak rasakan sebelumnya.

Itu adalah pertama kalinya seorang wanita berbicara dengan nada yang sangat kasar kepada dirinya, bukan itu saja, wanita ini juga langsung memerintahkannya tanpa menunggu persetujuan darinya. Jika biasanya para wanita di sekitarnya akan berusaha untuk menggodanya atau berbicara dengannya dengan sikap yang lemah lembut, Alexa malah mengambil kontrol itu darinya dan dari lubuk hatinya, Ahmad dengan senang hari memberikannya kepada wanita ini.

Jantung Ahmad berdebar, ia tidak tahu apakah itu efek samping dari terapinya hari ini tetapi Ahmad mulai merasa nyaman saat bersama dengan Alexa, menurutnya, sangat disayangkan jika ia hanya dapat bertemu dengan wanita menakjubkan ini seminggu sekali.

Banyak sekali wanita di luar sana yang menyukainya namun Ahmad tidak pernah merasa sayang terhadap mereka semua, kecuali Alexa. Wanita ini membuatnya merasakan sesuatu yang ia tidak pernah rasakan sebelumnya dan ia ingin menemuinya lebih sering lagi.

Setelah ia kembali berpakaian, Alexa menatap Ahmad dengan tatapan penasaran.

"Katakan padaku, Ahmad, apakah kau suka jika ada sesuatu yang dimasukkan ke lubang anusmu?" Tanyanya singkat. Seketika mata pria itu terbelalak dan ada ketakutan yang tersirat di raut wajahnya.

"Sayang sekali sepertinya dia tidak suka, tidak apa - apa, tidak perlu ku paksakan, lagipula ada Henry di rumah jika aku sedang ingin bermain anal." Batinnya.

"Baiklah, sudah cukup sesi hari ini. Jika kau mau, kau bisa menemuiku lagi minggu depan." Katanya sambil melempar sebuah lap ke wajah Ahmad.

"Sebelum kau pergi, lap dulu air yang ada di lantai, setelah itu kau boleh keluar." Katanya singkat. Ahmad mengambil lap itu dan mengeringkan lantainya sejenak sebelum kembali memandangi Alexa.

"Dokter, apakah aku boleh meminta sesuatu?" Tanyanya dengan nada sedikit gugup. Alexa tidak tahu apa yang pria ini sedang pikirkan atau yang ia inginkan, namun Alexa penasaran apa yang akan ia katakan jadi ia mengabulkannya.

"Katakanlah."

"Bolehkah aku Menemuimu di luar ruangan ini, dokter?" Alexa terdiam sejenak mendengar perkataan Ahmad.

"Apa maksudmu?" Tanyanya lagi.

"Dokter, aku ingin mengajak mu makan malam jika kau mau. Aku tahu restoran Michelin star yang enak di area ini. Jika kau mengizinkannya, bolehkah aku berbincang denganmu di luar jadwal terapiku?" Tanyanya dan Alexa tersenyum.

"Wah, aku tidak menyangka seorang pria yang sudah akan bertunangan akan meminta ku untuk kencan dengannya. Kau tahu nomorku, kita akan diskusikan detailnya nanti saja, saat ini pasienku selanjutnya pasti sudah menunggu." Katanya singkat dan wajah Ahmad dipenuhi harapan setelah mendengar jawaban itu.

"Terima kasih dokter, baik, kalau begitu, saya permisi dulu." Katanya senang sambil keluar dari ruangan itu. Setelah Ahmad tidak ada di pandangannya lagi, Alexa menghela nafas panjang.

"Ya ampun, ternyata dia lebih mudah jatuh cinta dari yang kupikir. Ternyata background keluarganya tidak bisa menghalangi sifat aslinya, ya? Tidak apa - apa, dia lumayan tampan, bisa kujadikan salah satu koleksiku nanti." Batin Alexa.

Sebelum pasien selanjutnya datang, ia melihat handphonenya dan melihat 5 missed call dalam satu jam terakhir. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi tiba - tiba sebuah helikopter terbang tepat di depan jendelanya dan ia melihat dua sosok pria yang familiar berada di dalam helikopter tersebut.

"Ya ampun, sudah gila ya!"

Surprise, mist update mendadak karena lagi ingin saja. Kira " siapa ya dua pria di helikopter itu? Ide mist makin lama makin gila, semoga reader suka ya. Jangan lupa vote dan comment. See you next chapter

Under Her Guidance (Femdom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang