Note:
Wah, para readers aktif juga ya baru 2 hari goal vote nya sudah tercapai. Saya senang deh. Makanya hari ini saya kasih update ya sebagai reward. Yang belum vote jangan lupa untuk vote juga ya. Untuk chapter ini minimal 10 vote baru saya update chapter selanjutnya
***
Alexa merasa sedikit lelah hari itu, banyak sekali masalah klien yang harus ia pikirkan. Beberapa dari orang yang datang kepadanya memang hanya meminta saran dan masukan tentang keadaan mereka namun terkadang ada beberapa yang cukup tidak waras. Beberapa dari mereka bisa berteriak ketika sedang bercerita dan ia harus menenangkan mereka. Menyebalkan. Ia seorang clinical psychologist bukan pengurus rumah sakit jiwa. Makanya terkadang ia ingin cepat - cepat berhenti kerja saja tetapi kadang ia masih gengsi juga karena ia tidak ingin sepenuhnya bergantung kepada para budak rendahannya itu secara finansial.
Yah, walaupun ia juga menyukainya ketika mereka memberikannya uang dan hadiah karena sudah diterima sebagai budak. Seperti apartemen yang ia miliki sekarang, lalu beberapa tas dan sepatu yang ia miliki juga adalah hadiah dari para budaknya. Karena budak yang baik selalu ingin menyenangkan hati majikannya. Memberikan barang - barang kesukaannya adalah yang budaknya lakukan sebagai rasa terima kasih karena diberikan tujuan hidup dan kebebasan untuk menjadi diri mereka sendiri. Hal seperti itu tidak bisa diukur nilainya dengan uang.
Selain berurusan dengan orang gila saat kerja, Alexa bisa mengatakan bahwa hidupnya cukup menyenangkan.
Ketika ia sampai rumah, ia melihat budak kulit putihnya Henry sedang berlutut di depan pintu. Seperti biasa, tidak ada sehelai benang pun yang ada di tubuhnya. Ia telanjang bulat sambil meletakan wajahnya ke lantai, tidak berani menatap wajah suci Alexa tanpa perintah. Satu - satunya aksesoris yang menempel di badannya adalah kalung anjing yang melingkar di lehernya.
Alexa tersenyum lalu menyuruh anjing itu untuk mengangkat wajahnya. Ia menyodorkan sepatu heelsnya ke wajah budak itu. Ia tidak perlu mengucapkan apapun, budak itu langsung mencium ujung sepatunya lalu menjilati nya hingga semua debu yang menempel hilang sebelum menyodorkan sepatunya yang satu lagi dan budak itu melakukan hal yang sama juga.
Setelah Alexa puas ia menarik dirinya dan mengambil segenggam rambut pria itu, menarik kepalanya ke belakang hingga pria itu menatapnya sambil merintih kesakitan. Namun sebenarnya ia menyukainya. Ia suka diperlakukan seperti itu karena ia adalah seorang budak yang patuh.
"Buka." Kata Alexa singkat. Sang budak langsung mengerti maksudnya, ia membuka mulutnya dan Alexa meludah di mulut budak itu yang langsung menutup mulutnya setelah diludahi dan menelannya.
"Good boy, now what do you say?" Tanya Alexa sambil menyentuh pipi sang budak.
"Thank you, mistress!"
"Ya, sekarang siapkan ruangan dan semua mainan. Aku sudah berjanji kan hari ini kau akan mendapatkan reward karena sudah menjadi anjing yang baik. Kau akan mendapatkannya malam ini setelah kita berdua makan malam." Mata sang budak langsung membesar mendengar dan memikirkan perkataan nyonya nya itu. Tanpa perlu disuruh lagi. Ia langsung merangkak menuju ke kamar untuk menyediakan semuanya sementara Alexa berjalan menuju ruang makan dan melihat beberapa menu makanan telah tersedia. Ya, budaknya itu selalu membeli makan malam untuk mereka berdua karena tidak ada dari mereka berdua yang bisa masak. Makanya setiap pulang dari kantor, ia akan beli sesuatu yang ia tahu nyonya nya itu akan suka.
Alexa mengambil piring untuk makan dan tidak lama kemudian budaknya itu keluar dari kamar sambil merangkak seperti anjing, menghampirinya dan duduk di dekat kakinya. Alexa mengeluarkan jatah makan budak itu lalu meletakkannya di piring, kemudian ia meletakan piringnya di lantai. Sang budak hanya bisa menatap makanannnya. Ia tidak berani menyentuhnya sebelum mendapatkan perintah dari Alexa. Sementara itu Alexa sudah mulai menyantap makanannya. Sang budak hanya bisa menunduk dan menatap piring yang penuh itu dengan tatapan memelas. Jujur saja perutnya sudah lapar, namun ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan reward dari mistress hari itu.
Setelah ia menghabiskan seperempat dari piringnya, Alexa menatap piring anjingnya lalu meletakan kakinya di makanan itu, hingga beberapa butir nasi menempel pada kakinya, ia menyampingkan tubuhnya lalu menjulurkan kakinya yang dipenuhi makanan itu kepada sang budak.
"Jilat." Katanya singkat. Sang budak langsung menurut dan menjilati seluruh permukaan kaki Alexa, yang menghasilkan senyuman di wajahnya. Setelah tidak tersisa lagi, barulah ia diizinkan untuk makan makanan dari piring itu seperti seekor anjing.
Setelah selesai, Alexa menyuruhnya untuk mencuci piring sementara ia sendiri bersiap untuk sesi mereka malam itu. Ia tidak terlalu suka memakai pakaian dominatrix yang kebanyakan sulit untuk membuatnya bergerak dengan bebas. Ia lebih suka melakukan twist nya sendiri. Ia memakai sebuah gaun satin panjang yang memudahkan gerakannya. Namun bagian bawahnya terbuka sehingga ia bisa melakukan dan memasang apa saja dengan mudah. Ia berjalan menuju kotak mainannya yang sudah dikeluarkan oleh budaknya lalu ia mengambil kunci dari dasar kotak. Itu adalah kunci chastity dari budaknya, pria tua itu sudah berminggu - minggu tidak dilepas, karena ia sudah bersikap dengan sangat baik, Alexa akan memberikannya pengalaman yang disukainya malam itu, yaitu...
Anal Play & Pegging.
Ya, memang dasar budak kulit putihnya itu sangat mencintai pegging. Alexa sendiri suka melihat budak nya merintih ketika ia memasukan strap on ke bokong putihnya yang biasanya sudah sedikit memerah karena Alexa pasti akan memukulnya terlebih dahulu. Namun itu bukanlah hukuman, karena budaknya itu sangat menyukai di spanking. Jadi ia harus memakai cara lain untuk menghukum sang budak. Beruntungnya untuk sang budak, hari itu bukanlah hari hukuman, hari itu adalah hari dimana ia akan dimanjakan.
Setelah selesai mencuci piring, sang budak membuka pintu lalu menutupnya lagi sebelum merangkak ke hadapan Alexa yang saat itu sudah duduk di ranjang. Mainan yang akan di gunakan mereka hari itu sudah dipisahkan dari yang lain dan di letakan di ranjang sebelahnya.
Ketika melihat mainan - mainan tersebut. Matanya langsung membesar. Ia tahu majikannya akan memberikan apa yang ia paling sukai dan hal itu membuat jantungnya berdegup dengan sangat kencang.
"Kau mau main?" Tanya Alexa sambil mengelus pundaknya dengan ujung flogger. Sang budak merinding.
"Ya, mistress, tolong mistress." Katanya dengan nada agak tersendat karena saking semangatnya. Alexa menarik flogger ke bagian bokongnya, membiarkan bagian kulit sapi tersebut menyentuh kulit putih yang hampir tidak pernah tersentuh matahari.
Tanpa peringatan, ia mencambuk pantat sang budak dengan flogger hingga terdengar suara gema di udara. Karena ia belum melakukan pemanasan, pukulan itu terasa sedikit sakit. Alexa tahu ia seharusnya memukul dulu pantatnya beberapa kali untuk melancarkan sirkulasi darah nya tapi kali itu ia sengaja. Agar sakit. Karena ia ingin sang budak menjawab dengan baik.
"JAWAB YANG BENAR!" balas nya dengan nada yang agak kencang.
"YA MISTRESS, SAYA MAU MISTRESS. Tolong mistress.... tolong... saya butuh." Kata pria itu dengan nada memelas. Alexa tersenyum puas, ia berjalan ke depan pria itu lalu menjambak rambutnya lagi. Ia dapat mencium aroma mistress nya yang harum. Aroma itu selalu membuatnya gila setiap saat.
"Ya sudah, ayo kita main sekarang"
To be continued...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Her Guidance (Femdom)
RomanceSehari - hari, Alexa adalah seorang clinical psychologist yang menangani permasalahn psikologi para kliennya. Namun di luar pekerjaan itu, ia juga adalah seorang dominatrix dengan selera seksual yang tinggi. Ia terbiasa berhubungan dengan pria - pri...