Pembelajaran jarak jauh memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi lebih luas. Namun, bagaimana dengan pembelajaran jarak jauh yang dilakukan dalam masa pandemik Covid 19 ini?
Harapan agar tercipta pembentukan karakter seperti mandiri, bertanggung jawab, bekerja keras, pantang menyerah, saling menghargai, dan sebagainya dengan tempaan situasi yang tercipta oleh Pandemi ternyata belum bisa menjadi kenyataan. Bahkan ironisnya, karakter yang muncul justru sebaliknya. Sebagian besar pelajar menjadi tidak peduli dengan pembelajaran mereka. Banyak hal yang menjadi penyebab munculnya fenomena ini, di antaranya faktor ekonomi, pendidikan keluarga, motivasi internal dan eksternal, infrastrutur dan fasilitas yang berhubungan dengan pembelajaran jenis ini.
Seperti diketahui bahwa wabah datang secara mendadak. Hal ini menimbulkan ketidakpastian di mana-mana. Termasuk juga dalam bidang pembelajaran. Tidak hanya siswa, tetapi guru, orang tua, sekolah, juga tidak siap menghadapi kondisi ini. Lebih banyak keluhan yang ditemui. Misalnya orang tua yang mendapat tugas tambahan sebagai asisten guru di rumah. Para siswa juga mengeluh karena pembelajaran lebih terkesan sebagai penugasan. Mereka belum terbiasa untuk belajar mandiri karena selama ini sangat bergantung kepada guru. Pihak sekolah juga tidak siap dengan aturan yang jelas dalam menyikapi proses dan hasil pembelajaran ini.
Seiring dengan perumusan pendidikan yang bervisi masa depan. Visi masa depan berkaitan prediksi cerdas tentang masa kini dan trend yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang, kehidupan abad ke 21.
Dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa di masa depan memerlukan orang-orang yang bekerja dengan penguasaan pengetahuan dan kecakapan tingkat tinggi. Jasa layanan juga akan semakin meningkat yang memerlukan sikap sosial dan kemampuan berinteraksi yang lebih bermakna. Pengetahuan semakin melimpah dan jenis pekerjaan baru pun semakin banyak. Oleh sebab itu dibutuhkan fleksibilitas dan keinginan dan kemandirian dalam belajar. Sikap kemandirian ini diperlukan untuk mempersiapkan diri untuk bekerja yang dapat dilakukan dari jarak jauh. Trend masyarakat abad 21 ini menjadi dasar pemikiran untuk mengembangkan pembelajaran jarak jauh sekolah-sekolah kita.
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada masa pandemic Covid-19 terhitung pada tahun 2020 hingga pertengahan tahun 2021 permasalahan yang timbul dalam pembelajaran jarak jauh dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu motivasi siswa, kendala orang tua dan kendala guru. Permasalahan ini tidak hanya pada saat pandemi saja, tetapi juga merupakan permasalahan yang bisa terjadi pada pembelajaran jarak jauh pada waktu lain.
a. MOTIVASI SISWA
Seperti kita ketahui motivasi adalah proses psikologis yang menyebabkan gerakan atau kegigihan secara sukarela untuk mencapai tujuan. Banyak teori mengatakan bahwa motivasi berkaitan erat dengan kebutuhan. Salah satunya teori yang sudah cukup tua tetapi masih menjadi acuan sampai sekarang yaitu Teori Hirarki Maslow. Teori ini menyusun kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
Aku kembali menerawang mengingat latar belakang sebagian siswaku. Apakah mereka sempat sarapan sebelum berangkat ke sekolah, apakah serta merta orangtua mereka telah menyiapkan uang saku dengan wajah tanpa beban, atau sejak mereka bangun tidur, orang tua sudah tidak mereka temukan di rumah karena harus berjuang demi mempertahankan hidup keluarga?
Kebutuhan fisiologis yang sangat mendasar ini menemani kehidupan setiap orang. Ada keluarga yang dianugerahi kecukupan kebutuhan primer, tapi ada juga keluarga yang diberi anugerah untuk berjuang lebih keras. Bahkan ada diantara siswa yang ikut membantu orangtua memenuhi kebutuhan tersebut. Tentu saja kondisi ini memberikan efek yang berbeda pada setiap anak dan mempengaruhi motivasi mereka.
Apakah hirarki kebutuhan berpengaruh terhadap motivasi seseorang. Jawabnya, bisa. Tapi kenapa ada orang yang kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, juga bisa berhasil dalam mencapai tujuan atau cita-citanya.
Menurut ahli, motivasi secara umum dapat dibagi dua, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri seseorang. Hal ini mengakibatkan perubahan tingkah laku. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu disebabkan oleh faktor di luar diri.
Berkenaan dengan pertanyaan di atas, perlu dipahami indikator dari motivasi intrinsik. Diantaranya adalah adanya 1) hasrat dalam belajar, 2) dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) harapan dan cita-cita, 4) penghargaan dalam belajar. Siswa yangmempunyai motivasi intrinsik yang tinggi, biasanya memenuhi indikator di atas. Mereka akan terus belajar untuk mendapatkan kepuasan, bukan karena imbalan.
Bahkan pada siswa yang kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi pun, motivasi intrinsik yang kuat ini mampu menjadi booster. Sebagai pendorong untuk semakin gigih berusaha dalam mencapai keberhasilannya.
Berbeda dengan motivasi intrinsik dimana dorongan tersebut muncul karena kesenangan pribadi. Sedangkan motivasi ekstrinsik muncul karena ada imbalan dari luar diri. Sebagai contoh, siswa belajar karena ingin mendapat nilai yang bagus, hadiah, pekerjaan, dan kepopuleran. Menurut teori individual differences yang meliputi kesenangan, tingkat kepuasan, kemampuan penyesuaian diri, tingkat emosi, dan kerentanan setiap orang berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat motivasi dalam diri seseorang. Maka diperlukan upaya pendorong dari luar diri individu. Untuk itu dibutuhkan kepedulian orang-orang di sekelilingnya. Bagi siswa, khususnya yang bermotivasi intrinsik rendah, bisa dibantu oleh orang tua atau wali, guru, teman dan masyarakat.
Salah satu teori motivasi adalah Teori harapan Vroom. Beberapa artikel tentang teori harapan lebih banyak membahas motivasi kerja. Namun tentu saja juga berlaku untuk motivasi belajar siswa.Tindakan yang dilakukan tergantung kepada harapan terhadap hasil yang diterima. Dengan tercapainya hasil yang sesuai harapan, akan meningkatkan motivasi seseorang. Begitu juga halnya dalam belajar. Ada tiga komponen teori harapan yaitu, kerja, imbalan, dan daya tarik imbalan.
Ketiga komponen ini merupakan satu siklus. Usaha yang dilakukan siswa dalam belajar mengharapkan kinerja yang lebih baik. Dalam hal ini mereka mengharapkan penghargaan dan prediket sebagai siswa yang rajin, mandiri, bekerja keras, disiplin. Dengan mendapatkan predikat yang baik tersebut, mereka mengharapkan imbalan berupa nilai dan kemampuan yang lebih tinggi. Selanjutnya nilai dan kemampuan tersebut akan berguna atau tidak bagi mereka.
Jika usaha sudah baik, mendapatkan predikat dan nilai yang baik juga maka siswa akan termotivasi untuk belajar. Namun jika terjadi sebaliknya, maka motivasinya akan menurun atau bahkan hilang.
Selama berlangsung kegiatan pembelajaran jarak jauh terlihat ketidak seriusan siswa dalam belajar. Berdasarkan persentase siswa yang mengisi daftar kehadiran dan penyerahan tugas terlihat bahwa motivasi siswa cukup rendah. Dari tiga hal utama di atas seperti motivasi intrinsik, ekstrinsik, dan teori harapan masih rendah dan belum bisa menjadi booster untuk kesadaran belajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Upaya Kemandirian Belajar
SachbücherMenurut beberapa survey tingkat kompetensi siswa Indonesia berada pada level yang rendah. Seperti yang ditemukan oleh PISA dan badan survey lainnya. Fenomena yang terjadi pada masa pandemi cukup membuktikan hal itu. Siswa mengalami kesulitan dalam p...