DUA

373 38 0
                                    

HAPPY READING
-
-
-
-

VOTE★!

"lebay banget sih Lo. Nah makan sendiri. Punya tangan kan? Nggak usah manja" ucap Oscar sambil memberikan kotak bekal pada Clarisa

"Kak Oscar aduin papa ya" ancam Clarisa

"Gitu aja ngadu"cibir Oscar lalu menyuapkan Clarisa dengan kesal. Oscar tidak peduli dengan banyaknya makanan yang disuap pada Clarisa sampai Clarisa kwalahan menguyah nya.

"Bentar dulu kak, ini yang dimulut Clarisa belum ditelan" ucap Clarisa mengentikan tangan Oscar yang ingin menyuap makanan ke mulutnya

"Diem, tinggal Telen susah banget. Kenapa? Mau ngadu lagi Lo. Puas Lo siap ini pasti gue dimarah sama bokap gue" bentak Oscar. Clarisa menangis. Clarisa adalah orang yang tidak bisa dibentak, Oscar adalah orang pertama yang berani membentaknya

"Nangis terus, nggak capek Lo nangis. Lemah banget jadi cewek. Tasya aja nggak kek gitu" pecah sudah tangis Clarisa apalagi makanan yang berada di mulutnya belum ditelan. Taukann gimana rasa sakitnya menahan tangis sambil makan.

"Jangan nangis Lo! mau ada yang denger diluar terus bikin gue dimarahi lagi. Masalah tadi aja gue yakin bokap gue bakalan hajar gue lagi" panik Oscar apalagi mendengar jam pendeteksi detak jantung Clarisa yang berbunyi. dia takut Satrio semakin marah dengannya jika tau kalau dia membuat Clarisa menangis lagi.

Dan benar saja pintu terbuka menampilkan Satrio, William serta willard

"Kenapa lagi ini?"ucap William. Tangis Clarisa semakin besar. Clarisa sengaja agar Oscar tau dia tidak boleh bermain-main dengannya. Ketenangannya Oscar ada ditangan Clarisa

"Kenapa HM, telan dulu makanannya yang dimulut. Jorok tau" ucap willard menenangkan. Tangis Clarisa mulai reda sama seperti bunyi jam pendeteksi detak jantung itu yang sudah mulai menghilang, Clarisa mulai mengunyah makanan yang dimulutnya lalu menelannya walaupun sulit karena dia masih sesenggukan.

Satrio menatap tajam penuh amarah kearah Oscar yang menundukkan kepalanya.

"Dia bentak Clarisa" tuduh Clarisa pada William saat tangis nya mulai reda.

"Kau membentak putriku, aku saja orang tuanya tidak pernah membentak nya."

"Dia juga bandingi Clarisa dengan Tasya pacarnya. Dia bilang Tasya lebih baik dari pada Clarisa. Dia juga bilang kalau Clarisa tidak ada apa-apanya dibandingkan Tasya."

"Tidak ada yang lebih baik dari putriku."

"Aku tidak mengatakan seperti itu"bantah Oscar

"Kau mengatakan kalau putriku berbohong?"

"Maaf tuan William. Ini salah putraku. Aku akan mendidik putraku Oscar menjadi lebih baik" ucap Satrio

"Memang sudah seharusnya"

"Kami pamit tuan"

Satrio menarik Oscar keluar. Bertepatan saat mereka keluar, Griselia dan Bianca ingin memasuki ruangan itu.

"Ayo kita pulang" ajak Satrio pada Bianca.

"Kami pulang dulu" pamit Bianca pada Griselia.

.

Cetarr... cetarr...cetarr

Sesampai dirumah, Satrio langsung membawa Oscar ke ruangan khusus yang disediakan di dalam ruang kerjanya. Jika Oscar memiliki nilai rendah di salah satu mata pelajaran, maka Satrio akan menyiksanya diruangan itu. Satrio akan mengurung Oscar didalam ruangan itu, menyuruh nya untuk memperbaiki jawabannya sampai benar.

Satrio melibas kaki Oscar dengan tali pinggangnya. Oscar sama sekali tidak bergerak, kakinya tetap kokoh berdiri walaupun dia berkali-kali meringis mengangkat satu kakinya yang baru dilibas.

Oscar sudah kebal dilakukan papanya seperti ini, jadi dia tidak merasakan sakit seperti yang pertama kali saat papanya memukulnya.

Oscar lebih baik dipukul seperti ini dari pada dia melihat Satrio memukul mamanya dan kakaknya. Pernah sekali Oscar melawan Satrio dan berakibat kakaknya-olivia yang menerima kekerasan sang papa.

Melihat air mata Olivia dan mamanya lebih sakit dari pada terkena amukan sang papa. Walaupun Olivia bukan kakak kandungnya tapi dia sangat menyayangi Olivia. Oscar tidak tahu banyak tentang Olivia.

Yang Oscar tau hanya Olivia diadopsi saat Olivia masih TK. Saat itu orang tuanya belum memiliki anak padahal sudah 5 tahun pernikahan, sehingga Satrio dan Bianca memutuskan untuk mengadopsi Olivia.

Satrio dan Bianca sangat menyayangi Olivia hingga beberapa bulan kemudian Bianca hamil dan melahirkan Oscar.

Tentu saja Satrio bahagia, sangking bahagianya dia ingin mengembalikan Olivia ke panti asuhan jika tidak dihentikan sang istri

Olivia juga tau diri siapa dia, dia hanyalah anak adopsi, semenjak dia diambil dari panti asuhan dan memulai hidup baru dikeluarga barunya. Awalnya orang tua barunya memperlakukan dia dengan baik mengubah identitasnya sebelumnya, membawanya pindah kota agar melupakan masa lalunya. seiring berjalannya waktu, dia mulai melupakan masa lalunya, karena dia sudah terbiasa dengan kehidupan barunya di kota barunya. Dari Yogyakarta ke Surabaya. Itulah sebabnya saat mereka kembali ke Yogyakarta, Olivia biasa saja karena ingatannya tentang kota itu sudah menghilang, apalagi dia tidak memiliki kenalan di kota itu hanya mengandalkan tetangganya saja.

Setelah puas Satrio menyiksa anaknya, Satrio keluar dari ruangan itu dan melihat istri serta putri angkatnya yang sudah menunggu di depan pintu.

Tanpa sepatah kata, Satrio berlalu meninggalkan mereka. Bianca dan Olivia, menolong Oscar yang sudah terduduk meniup lukanya. Olivia mengambil kotak P3K dan mulai mengobati luka itu dibantu Bianca.

"Jangan buat papa kamu marah lagi ya. Kamu harus mengerti perasaan papa kamu"

"Ngerti perasaan papa? Coba tanya papa, dia ngerti nggak gimana perasaan Oscar di siksa kayak gini?"

Oscar langsung berdiri membiarkan Olivia yang masih mengobati lukanya.  

.

"Pa"

"Hm"

"Clarisa pengen deh tunangan sama kak Oscar biar, kak Oscar nggak main-main sama perempuan lain"

"Nanti ya, setelah kamu lulus SMA. Papa bakal bicarakan ini sama orang tua Oscar. Oscar nya juga biar fokus kuliah dulu"

VOTE★!

TERIMA KASIH

The Bad Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang