Boy's Talk : Paradoks Sifat Ketuhanan

1 0 0
                                    

Ada yang bilang saat laki-laki berkumpul itu yang dibicarakan adalah perempuan, iya memang, namun hanya sebagai topik pembuka -setidaknya di tongkronganku. Semakin waktu bergulir topik bahasan kami akan berubah, mulai dari gim, film, politik, rencana masa depan, agama sampai pada hal-hal absurd lainnya. Biasanya salah seorang akan meleparkan pertanyaan aneh seperti "apa definisi dari kanan?", "apakah manusia pertama memiliki pusar?" atau "setan keenakan gak sih kalau di neraka yang sama-sama api?". Ada diskusi yang diakhiri dengan menyepakati suatu hal namun biasanya lebih sering tetap tidak mendapat jawaban apapun sampai fajar tiba. Aku kadang ikut berdiskusi, terkadang juga tidak, terutama kalau sedang malas dan jawaban dari pertanyaan tersebut tidak akan berpengaruh apapun padaku. Misal pada pertanyaan manusia pertama punya pusar atau tidak, baik jawabannya iya atau tidak pun tidak akan mengubah apapun. Tidak akan tiba-tiba mengubahku menjadi kaya raya kalau tau jawabannya, kan? Hahaha.


tl;dr;

Diskusi yang akan kubahas sekarang adalah diskusi yang menurutku cukup berpengaruh karena berkaitan dengan keyakinan akan kuasa Tuhan. Pertanyaan yang dilempar pada diskusi tersebut adalah Jika Tuhan Maha Pencipta dan Tuhan Maha Kuat, bisakah Tuhan menciptakan batu yang tidak dapat diangkat oleh dirinya sendiri?. Persepsi jawaban dari pertanyaan itulah yang sebenarnya cukup menggelitik, karena jika jawabannya iya, maka Tuhan tidak Maha Pencipta karena tidak bisa meciptakan batu tersebut. Jika jawabannya tidak, maka Tuhan tidak Maha Kuat karena tidak bisa mengangkatnya. Sebenarnya pertanyaan ini pertama kudengar bukan dari tongkrongan, melainkan dari guruku saat masih SMP saat kajian malam. Saat itu guruku tidak memberikan jawaban, beliau hanya membiarkan murid-muridnya berdiskusi dan berdebat hingga selesai kajian. Kalau dipikir-pikir lagi curang ya, guruku melemparkan pertanyaan tapi tidak memberikan jawaban pasti pada kami -atau mungkin beliau sudah memberikan jawaban, tapi aku saja yang tidak ingat atau mendengar. Sampai saat kuliah pertanyaan tersebut muncul kembali.


Pendapatku mengenai pertanyaan tersebut akan kupisah menjadi tiga bagian, yang pertama menggunakan penekatan Agama. Agama Islam, karena saat pertama kudengar hal tersebut, katanya pertanyaan itu dilemparkan untuk umat muslim yang Tuhannya menklaim dirinya sebagai Maha Pencipta dan Maha Kuat secara tertulis. Kedua akan kugunakan pendekatan secara matematika, tepatnya Logika Matematika. Ketiga Aku akan menggunakan pendekatan secara bahasa. Namun jawaban paling favoritku adalah tidak tahu, karena menurutku kita hanya bisa menerka untuk pertanyaan semaca itu dan bisa jadi jawaban pastinya tidak bisa dijangkau dengan akal manusia yang terbatas.


Langsung saja pada pendekatan pertama, yaitu Agama. Dalam Islam Tuhan memiliki 99 nama agung salah duanya adalah Al-Khaaliq (Maha Pencipta) dan Al-Qawiyy (Maha Kuat). Dua klaim inilah yang dipertanyaakan dalam diskusi tersebut. Umat muslim percaya bahwa Tuhan mustahil memiliki sifat yang berlawanan dari ke-99 sifat tersebut. Aku akan coba menggunakan nama agung lainnya sebagai contoh yaitu Al-Adl (Maha Adil). Misalkan ada seorang manusia yang sedari lahir hingga akhir hayatnya tidak pernah mempercayai tuhan, selalu berbuat dosa dan tidak pernah berbuat baik. Bisakah Tuhan memasukkan orang tersebut ke surga-Nya bersama umat-umat-Nya yang baik dan taat beribadah? Bisa saja, perkara mudah bagi Tuhan untuk memasukkan dan mengeluarkan siapa yang Ia kehendaki dari surga. Namun Tuhan memiliki sifat Maha Adil, oleh karena itulah umat muslim percaya bahwa setiap orang akan diberikan ganjaran sesuai amal perbuatannya. Karena jika tidak, maka Tuhan akan menafikan sifat wajib-Nya sendiri. Contoh lain, sifat tuhan Mukhalafatu Lil Hawaditsi (Tidak serupa dengan ciptaan-Nya). Umat muslim dan kristiani memiliki Tuhan dengan sebutan yang sama, namun memiliki ajaran yang berbeda. Salah satu perbedaannya adalah karena sifat Tuhan yang dipercayai orang muslim tersebut. Dalam kepercayaan umat Kristiani Tuhan menjelma menjadi manusia dan turun ke bumi untuk menebus manusia. Sedangkan umat muslim percaya bahwa Tuhannya tidak akan melakukan hal tersebut karena sifat tidak menyerupai ciptaan-Nya, walaupun mudah saja bagi Tuhan jika ingin mejelma menjadi manusia (Aku tidak membenarkan salah satu pihak, hanya memberikan gambaran perbedaan sudut pandang saja). Berdasarkan dua contoh sebelumnya, bisa diambil kesimpulan bahwa bagi umat muslim mudah saja Tuhan untuk melakukan segala hal, namun ada hal-hal yang tidak mungkin dilakukan Tuhan dikarenakan sifat-sifat agung yang dimiliki-Nya. Berdasarkan logika tersebut seharusnya pertanyaan di atas dapat dijawab dengan jawaban yang sama, yaitu bisa saja menciptakan batu tersebut namun tidak akan dilakukan bila hal tersebut menafikan sifat Tuhan yang lainnya.

Bacotan IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang