Sebenarnya tidak ada alasan khusus sih, kenapa mengangkat hal ini sebagai bahasan pertama. Hanya saja dari beberapa tema yang sudah terpikir ini hal pertama yang bisa dengan mudah diceritakan.
Awal mula terpikir mengenai hal ini adalah karena merasa aneh dengan orang yang mengharuskan datang ke acara pernikahan seseorang dengan membawa 'gandengan'. Aku tidak masalah dengan orang yang memang lebih nyaman datang bersama gandengannya tapi buat orang yang gak punya dan selalu mencari gandengan tiap ada undangan pernikahan menurutku agak berlebihan. Bahkan terkadang memberikan efek yang kurang baik. Aku sering dijadikan tumbal untuk mendatangi suatu acara pernikahan yang entah siapa pengantinnya, bahkan sedari kecil. Aku yang merupakan anak bungsu tidak jadi -karena jarak umur dengan adik cukup jauh- sering dibawa oleh Ibu atau Ayah untuk datang ke acara pernikahan. Aku yang masih kecil sih oke-oke saja selama ada es kirm, hehe. Aku ingat dulu selalu cemberut sepulang dari kondangan bila tidak dapat es krim di acara tersebut. Berbicara soal dampak buruk, sejak kecil aku sudah mendapat dampak buruk menjadi tumbal kondangan. Ibuku adalah yang paling sering membawaku ke kondangan, sebagai seorang muslimah nan taat yang dilakukan beliau saat menyalami keluarga mempelai adalah mengatupkan kedua belah tangan sebagai ganti jabat tangan pada yang bukan mahramnya. Memberikan pelukan atau cipika-cipiki pada sesama jenis. Bisa ditebak apa yang dilakukan diriku yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa itu? Yak, yang kulakukan adalah meniru prilaku ibuku tercinta. Walaupun diriku laki-laki tapi yang kulakukan adalah mengatupkan kedua belah tangan saat bersalaman, baik dengan bapak-bapak atau ibu-ibu -kerena tidak mungkin anak kecil peluk-peluk atau cipika-cipiki. Paling, saat bertemu orang lain yang cukup familiar dan ibuku bilang "Salim sama om." baru aku sun tangan. Entah saat sudah SD kelas berapa aku baru sadar bahwa salam dengan mengatupkan kedua belah tangan itu salam yang lumrah digunakan pada lawan jenis.
Berlanjut ke masa kuliah dan setelahnya, karena di masa SMP dan SMA pernikahan yang kudatangi biasanya pernikahan saudara sendiri. Pada masa-masa ini lah biasanya aku diajak dan diminta untuk menemani seseorang kodangan. Buat diriku yang introver sebenarnya mendatangi keramaian yang tidak familiar cukup melelahkan. Sayangnya kemampuan teman-temanku merayu lebih jago dibanding kemampuanku menolak. Okelah kalau semisal aku bisa datang saja terus diam di sudut sambil main ponsel, tapi kan kalau datang ke pernikahan aku harus menyalami mempelai dan setidaknya dikenalkan ke satu-dua temannya untuk menunjukkan bukti dia datang bareng orang lain. Kegunaan lain diriku selain untuk dikenalkan adalah sebagai pegangan saat dia jalan atau menaiki tangga, karena biasanya mereka kesulitan menggunakan sepatu hak tinggi, hahaha. Ada temanku yang lain dengan baik hati bilang gak usah nyalamin pengantin dan ngobrol sama temenku cukup makan-makan aja di sana, tapi tetap saja aku lebih milih bergoler di kasur dibanding harus ke keramaian yang tidak dikenal. Pernah juga dalam satu kesempatan aku ketemu dengan temanku yang lain, sewaktu diajak oleh seseorang ke kondangan. Saat itu aku sedang sendiri mengambil makanan dan tiba-tiba ditepuk dari belakang.
"Hei, lu ada di sini." kata temenku sambil senyum-senyum.
Aku yang berusaha bales senyum balik cuma bisa bilang "Ah, iya. haha".
"Kenal juga sama mempelainya?"
Mampus, pikirku. Klo aku bilang aku cuma diajak temen ke sini bakalan disangka numpang makan doang, atau minimal dia bakal nanya yang mana temenku yang ngajak dan bakalan jadi pembicaraan di komunitas kalau aku jalan ke kondangan sama cewek tak dikenal. Akhirnya dengan probabilitas limapuluh-limapuluh aku coba jawab saat dia bertanya kenalan dari sisi mempelai yang sebelah mana. Untung saat itu jawabanku dan dia berbeda, kalau sama pasti ditanya kenal dimana dan kapan. Duh, akhirnya malah jadi bohong sama temen sendiri buat hal yang gak perlu.
Dikarenakan aku mengalami banyak hal tidak menyenangkan saat diajak kondangan ke orang yang tidak dikenal, aku lebih memilih tidak mengajak siapapun saat mendapat undangan pernikahan dari teman. Sudah banyak sekali undangan pernikahan yang kudatangi tanpa membawa 'gandengan' sama sekali. "Toh, itu pernikahan temen kita, pasti di sana juga ketemu dengan teman-teman yang kita kenal juga." itu yang selalu menjadi jawabanku tiap kali ditanya kalau datang kodangan selalu sendiri. Namun bukan berarti sesuatu yang menurut kita benar selalu membawa hal bagus juga. Terkadang beberapa hal menyebalkan terjadi. Ya, minimal aku gak bakal bisa ngobrol terlalu bebas dengan teman undangan yang lain karena rata-rata mereka akan membawa gandengan. Tentu saja mereka harus tetap memaintain gandengan mereka untuk diajak ngobrol ato makan. Jadi kadang kalau memang tidak ada teman yang bisa diajak ngobrol akhirnya aku hanya ngamplop, salaman, icip dikit, foto terus pulang.
Pernah ada satu kejadian kondangan aku datang sendiri dan dalam undangan itu maksimal orang yang kukenal hanya lima orang termasuk salah satu mempelainya. Awalnya aku dan temanku berencana berangkat bersama, tapi karena satu dan lain hal tiba-tiba dia tidak bisa, katanya dia akan datang bersama pacarnya. Tak ada masalah buatku sebenarnya. Hanya saja saat naik ke pelaminan dan meyalami mempelai, si mempelai bilang "Lho, dateng sendirian? Kirain sama si X. Ya ampun kasian banget, parah." Di situ aku langsung gak habis pikir, kenapa dibilang kasian dan parah. Iya sih temenku yang sebutlah X itu membatalkan janji, tapi seenggaknya dia udah bilang dan aku oke, oke aja. Di situ aku menagkap bahwa dia mengasihani diriku karena datang sendiri ke kondangan -dan itu terbukti karena dia pernah bahas ini lagi saat aku, dia dan X beretemu. Aku berpikir, aku kan dateng ke sini karena kamu yang ngundang. Aku dateng buat ngasih selamat ke kamu, kenapa aku jadi dikasinahi dan dibilang parah buat hal yang sebenernya gak penting. Setelah itu aku langsung pulang tanpa icip makanan atau foto karena memang yang dikenal sedikit banget dan sepertinya buat dia menyedihkan kalau aku tetep disana sendirian.
Ada kejadian lain yang membuatku sedikit menyesal datang ke undangan pernikahan sendiri. Sebenarnya hanya salah persepsi saja, atau aku yang terlalu menganggap berlebihan. Jadi pernah juga aku datang ke pernikahan yang aku kenal dekat dengan keluarga si mempelai wanita. Aku pun pernah bertemu dengan mempelai prianya. Aku memang datang sedikit terlambat jadi naik ke pelaminan sendiri, teman-temanku yang lain sedang ngobrol di tempat makan. Saat menyalami orangtua mempelai pria biasa saja, tapi saat menyalami mempelai pria aku tiba-tiba dipeluk. Dia menepuk pundakku berapa kali terus dia bilang "Makasih ya, udah dateng." Awalnya aku masih bingung, tapi masih lanjut nyalamin mempelai wanita dan basa-basi sedikit. Setelah itu aku nyalamin keluarga mempelai wanita yang sudah kukenal itu, karena kenal aku cium tangan tapi saat cium tangan itu si orang tua mempelai wanita itu juga ngusap-ngusap punggung dan mencengkram bahuku. Di situ aku baru sadar, Oh Shit. Mungkin karena aku dekat dengan si mempelai wanita aku dianggap menaruh perasaan juga sama dia dan saat aku muncul seorang diri untuk bersalaman mungkin si mempelai pria dan si bapak mengira aku datang dengan menahan perasaan pedih di hati, jadi mereka memeluk dan mengusap punggungku untuk menguatkan. Heeey Noo, tidak ya walaupun kami dekat saya tidak pernah punya perasan spesial sama dia begitu juga sebaliknya, aku pun setelah turun dari panggung sempat melihat dan menunggu sebentar berharap pelukan dan usapan punggung tadi itu hal lumrah yang mereka lakukan ke semua tamu, tapi ternyata tidak. Damn. Mungkin itu hanya perasaanku yang berlebihan, tapi saat itu aku cukup menyesal untuk datang sendiri, haha. Tapi tak apa, aku senang bisa memberikan selamat pada mereka, sekalipun kecurigaanku benar itu hanya salah paham. Aku juga sempat berfoto bersama mempelai dan teman-temanku yang lain dan aku tetap masih berpikir tak ada masalah untuk kondangan sendirian.
Jadi, pendapat pribadiku sih buat orang yang suka mengajak orang lain untuk datang ke undangan penikahan yang tidak mereka kenali lebih baik tanya dulu, apakah mereka tidak masalah atau mau datang ke pesta pernikahan yang tidak Ia kenal. Jangan sampai mereka datang hanya karena terpaksa oleh ajakanmu saja. Terus buat orang lain yang melihat seseorang datang sendiri ke pernikahan -gak jarang pula aku dikasih pandangan atau pertanyaan aneh sama EO dan orang yang ngantri untuk salaman atau berfoto karena aku sendirian- janganlah berfikir yang terlalu berlebihan, apalagi yang jelek-jelek. Dia datang ke acara pernikahan niatnya baik, ngasih selamat, memberikan doa bahkan ngasih kado dan amplop. Dia sudah merelakan waktu senggangnya sekedar memeriahkan pesta yang dibuat oleh si mempelai. Jadi tidaklah aneh jika seseorang datang ke pesta pernikahan sendiri.
Eh, iya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bacotan Introvert
NonfiksiKumpulan tulisan di sini adalah sarana lain saya untuk kembali membangun kebiasaan menulis. Saya mendapat ide premis tulisan ini dari kata-kata 'introvert tak suka banyak bicara, tapi saat membicarakan soal kehidupan bisa menghabiskan waktu satu har...