3.

14 2 0
                                    

Deru motor yang sedikit kencang, tiba-tiba mendatangi telinga keduanya. Beberapa saat setelahnya, motor itu tiba di belakang mobil Ardano. Motor itu berhasil mencuri perhatian Freya dan Ardano untuk beberapa saat. Dibuktikan dengan keduanya yang menoleh pada motor itu.

Motor itu berpenampilan klasik. Warna cokelat tua mendominasi motor itu. Lampu depannya berbentuk bulat dan tangkinya berada di antara setang dan jok yang berbentuk persegi panjang. Mesin motornya ada yang tidak ditutupi pelindung, jadi bisa dilihat. Lalu, lampu belakangnya berbentuk persegi panjang dan ukurannya tidak terlalu besar.

Badannya dibalut seragam SMA Surya Mentari, yang dapat dibilang tidak rapi. Atasannya tidak dimasukkan, dan dasinya sudah longgar. Ia memakai jaket denim sebagai pelapis seragamnya. Hanya sepatu hitam ketsnya dan celana abu-abunya yang rapi.

Cowok yang menunggangi motor itu, melepas helm klasiknya yang juga warna cokelat. "Lo berangkat saja, biar Deo gue yang antar."

Ardano melihat cowok yang mengendarai motor, yang ia ketahui bernama Arion, dengan tatapan tidak suka. "Sama aku saja, sopirku akan mengebut." Ardano berujar biar Freya ikut dengannya.

"Itu tetap saja makan waktu, akhirnya malah nanti Deo yang telat, atau lo yang telat." Cowok bernama lengkap Arzan Arion Alanza, berkomentar, yang mana membuat Ardano bertambah merasa tidak suka.

Deolinda Freya dilanda kebingungan, mana yang ia harus pilih. Jika memilih bersama Ardano, karibnya itu nanti akan terlambat mengikuti latihan berkuda. Ia tak ingin sahabatnya itu dilanda keterlambatan itu. Belum lagi, kemarahan pelatih Ardano yang akan Ardano terima. Namun, jika bersama cowok bermotor itu, dirinya bisa dalam bahaya karena ia tidak membawa masker.

"Freya sensitif sama debu, jadi lebih baik sama gue saja!" Ardano mendebat.

Cowok itu membuka ranselnya. Ia kobok-kobok sebentar, lantas dikeluarkannya sebuah masker medis yang masih terbungkus rapi. "Deo bisa pakai masker ini."

Baiklah, satu-satunya kekhawatirannya terhapus. Ia jadi yakin akan pergi ke Rumah Sukses-tempat lesnya Freya-dengan siapa. "Ardano, aku berangkat sama Arion saja ya. Maaf dan terima kasih." Freya berujar sebelum ia menghampiri Arion.

Gadis itu memakai masker dan pelindung kepala. "Ardano, ayo cepat! Nanti kamu telat!" Gadis Xavier meminta Ardano untuk lekas pergi dari sana.

Cowok Altezza hanya bisa menurut. Ia lekas menaiki mobilnya lagi dengan rasa kesal menyesaki hati. "Ayo berangkat, Pak!" Pintanya dengan nada sedikit kesal.

Ia duduk malas di joknya, dengan lehernya bersandar pada joknya. "Sial."

***

SMA Surya Mentari merupakan sekolah menengah atas swasta yang menduduki peringkat 15 teratas dari ribuan sekolah swasta di Indonesia. Peringkat 15 dari ribuan, tentunya merupakan kedudukan yang tinggi, mengingat banyaknya sekolah swasta yang kualitasnya bernilai A. Hal-hal yang menjadikannya menjabat peringkat 15 di antaranya, bangunan serta lingkungan yang bagus nan bersih, guru-guru yang ramah serta sabar namun tegas, siswa-siswi yang memborong piala kejuaraan, fasilitas yang lengkap serta berkualitas, dan siswa-siswi yang berhasil memasuki perguruan tinggi negeri jalur SNMPTN maupun SBMPTN.

Lepas masuk gerbang SMA Surya Mentari, kau akan disuguhi dengan taman luas dengan berbagai pohon rindang dan tanaman serta bunga yang indah. Dua tempat parkir mengimpit taman cantik itu. Setelah melewati taman hijau tersebut, kau akan menemui lobi SMA ini yang mana di sana terdapat satu set kursi dan meja serta beberapa etalase berisi piala-piala berkilau. Lepas melewati lobi, kau akan dihadapkan pada sebuah lapangan luar ruangan dengan satu tiang bendera di sebelah utara. Di sekeliling lapangan itu, terdapat 4 gedung: gedung A yang digunakan kelas sepuluh; gedung kelas sebelas; gedung kelas dua belas; dan gedung khusus kantor, ruang OSIS, dan perpustakaan.

Pesta TopengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang