BANDAR KENAKALAN

3 4 0
                                    

HALO RACUN! WELLCOME BACK!

questions of the day is...

1. sekolah negeri atau swasta?

2. minta laptop atau hp?

3. enak bareng mama atau papa?

pertanyaan ketiga nggak berlaku buat kita yang pisah dari ortu aksbebwhsksj

HARAP JANGAN MENIRU KEBODOHAN YANG ADA DI CERITA INI!

HARAP JANGAN MENIRU KEBODOHAN YANG ADA DI CERITA INI!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. bandar kenakalan








"Ssssstt! Jangan berisik nanti ketahuan,"

Pak Danang sudah seperti hulk di kartun Avengers. Bedanya kalau Pak Danang ini mukanya ganti warna merah. Kembaran hulk.

"Tau apa salah kalian?"

"Enggak- aduh! Iya, Pak! Iya!"

Hani meringis ikut merasakan sakit kala penggaris kayu di tangan Pak Danang mendarat di bokong Putra secara tidak elok. Kelau begitu, habis pantatnya menjadi sasaran penggaris Pak Danang dan panci Mamahnya.

"Ini mah namanya BK bandar kenakalan, gurunya secara langsung memperlihatkan cara mereka pake kekerasan,"

"Harus di tuntas brantas, nih." timpal Hani.

Ipan mendorong kening Hani cukup kencang, "Cebol jangan sok mau jadi gituan dah,"

"Gue nggak pendek!"

"Gue nggak bilang lo pendek, sensi amat mbaknya."

"IPA- mmmmpphh!" Hani melepaskan tangan Sara yang bertengger menutup mulutnya. Melirik kesal gadis itu. Kalau saja tidak sedang menguping pembicaraan temannya dan Pak Danang, Ipan pasti akan di habisi.

"Inget, jangan berisik. Nanti ketahuan sama Pak Danang." nah kan hampir lupa kalau saja Sara tidak mengingatkan.

"Ipan, jangan usil. Hani lagi pms hari pertama makanya gitu, kalo nggak mau habis mending diem." Hani mendengus mendengar penuturan Sara yang hanya di beri respon anggukan oleh Ipan.

BK alias bimbingan konseling yang seharusnya membimbing malah jadi bandar kenakalan. Awal mulanya murid nakal pasti dari tempat ini nih, bikin mereka dendam makanya jadi urak-urakan.

"Saya nggak bakal minta orang tua kalian datang, saya cuma ngasih surat peringatan. Supaya kalian nggak ngulangin kejadian seperti tadi lagi."

Dua anak perwakilan dari kelas tetangga tersebut diam. Satu membaca kertas peringatan tersebut, satu lagi mengunyah permen sambil cengengesan menatap layar ponselnya.

JOURNALISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang