Enam

1.9K 239 11
                                    

My Lord,
Drew Carrington

Aku telah memikirkan jawabanku matang-matang atas tawaranmu yang ingin menikahiku My Lord, atau bisakah aku menyebut itu sebagai lamaran?

My Lord, jujur aku memang sedang mencari pendamping hidup yang baru untuk menghentikan gosip-gosip miring yang bertebaran mengenai diriku di luar sana namun di sisi lain, perasaanku masih terlalu rapuh atas kepergian mendiang suamiku. Aku tidak tahu apakah aku mampu membuka hatiku lagi tapi bersamamu aku ingin mencobanya.

Maka dari itu My Lord, aku bersedia menerima lamaranmu. Jika kau sudi menerima janda ini dan berjanji untuk menikahinya hanya ketika dia siap untuk berumah tangga lagi, maka undanglah Sloane Tavistock ke kastilmu sebab dia sangat berharap dapat membuka hatinya untukmu dan mengenalmu lebih jauh.

Your Lady,
Sloane Tavistock.

Drew membawa sepucuk surat itu ke hidungnya lalu menghirup aroma Sloane yang ada di sana. Oh, betapa bahagia hati Drew mengetahui wanita itu bersedia mengenalnya lebih jauh. Meski Sloane belum dapat memberi kepastian soal pernikahan, tapi Drew yakin cepat atau lambat Sloane akan merasakan apa yang juga dia rasakan. Drew bersumpah atas nama leluhurnya bahwa janda muda itu akan jatuh cinta kepadanya.

Memanggil beberapa orang prajurit Drew menugaskan mereka untuk menjemput calon istrinya, Sloane Tavistock. Di surat yang wanita itu tulis, Sloane ingin Drew mengundangnya ke kediamannya jika dia bersedia menerima persyaratannya. Maka tanpa membuang banyak waktu untuk berpikir, Lord Lincoln segera mengirim seorang kusir bersama beberapa orang pengawalnya untuk menjemput Lady Canterbury.

Ah, tidak sabar rasanya menyambut Sloane di kastil ini sebagai calon istrinya.

Drew segera menugaskan tukang masak di kediamannya untuk memasak berbagai macam hidangan yang lezat. Sembari menunggu Sloane datang, lelaki itu pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuh dan berganti baju sebab ia ingin semuanya terlihat sempurna saat Sloane tiba di sini, termasuk penampilannya.

Sebelumnya sang Earl berpikir kalau jawaban akan ia dapatkan dari Sloane dalam waktu yang cukup lama dan dia sudah mempersiapkan diri untuk bersabar menunggunya. Namun siapa sangka tiga hari kemudian sepucuk surat dari wanita yang berhasil membuat Drew tergila-gila datang dan Drew merasa sangat bahagia. Demi Tuhan, surat dari Sloane adalah surat teristimewa yang ia dapatkan dan Drew akan menyimpan surat itu baik-baik agar dapat ia kenang suatu hari nanti, mungkin saat dirinya dan Sloane sudah tua dan duduk di taman kastilnya sambil menceritakan masa lalu mereka.

Tak lama kemudian kusir datang mengantarkan Lady Sloane Tavistock ke kediaman Lord Lincoln. Drew berdiri gagah di depan kastilnya menyambut kedatangan Sloane dengan sumringah. Ia membantu wanita itu turun dari kereta kudanya lalu ia mengecup punggung tangan Sloane dan berkata, "Selamat datang di kastilku, My Lady"

"Terima kasih, Lord Lincoln" jawab Sloane, "Kau mengirim cukup banyak orang hanya untuk menjemputku, orang-orang di ladang menjadi heboh mereka berpikir aku dijemput karena melakukan tindak kejahatan"

Drew terkekeh pelan, "Maafkan aku, aku hanya ingin memastikan kau memiliki perjalanan yang aman, Sloane"

Sloane mengangguk paham.

"Silakan masuk My Lady, senang bisa menyambutmu di kastilku" ucap Drew seraya merangkul pinggang Sloane dan membawa wanita itu melangkah memasuki kastilnya.

Drew membawa Sloane berkeliling terlebih dahulu, memperkenalkan setiap sudut yang ada di kastilnya kepada Sloane. Drew menganggap bahwa ia perlu melakukan hal itu sebab Sloane adalah calon istrinya.

"Dan ini adalah kamarku" ucap sang Earl. Ia mengulurkan tangannya kepada Sloane meminta wanita itu untuk masuk, Sloane mulanya merasa canggung, tapi kemudian ia menyambut uluran tangan Drew dan melangkah memasuki kamar tidur lelaki itu.

"Sepertinya aku bukan wanita pertama yang masuk ke kamar ini" gurau Sloane.

"Ya, memang" sahut Drew. Air muka sloane luntur seketika, entah mengapa ia merasa sedikit terganggu mendengar Drew mengakui bahwa dirinya bukanlah wanita pertama yang masuk ke dalam kamar lelaki itu, "Jangan berpikir yang tidak-tidak, My Lady. Wanita lain yang kumaksud adalah para pelayanku, mereka harus masuk untuk membersihkan kamarku bukan?"

Ah ya, tentu saja. Mendadak Sloane merasa tolol.

"Ayo saatnya kita makan, aku tidak ingin tamuku yang cantik kelaparan"

Sloane tersipu, lalu dengan bergandengan tangan mereka menuju ke ruang makan. Sesampainya di meja makan, Drew menarik kursi untuk Sloane layaknya gentleman pada umumnya. Mereka duduk berdampingan dan Sloane terkejut mendapati pelayan Drew mulai mengantarkan berbagai macam hidangan ke meja makan.

"My Lord hidangan sebanyak ini hanya untuk kita berdua saja?" tanya Sloane, tak menyangka.

Drew mengangguk, "Ya, memangnya siapa lagi?"

"Maaf sebelumnya My Lord, tapi ini terlalu berlebihan kita tidak akan mampu menghabiskan semuanya"

Drew memandangi hidangan yang telah tersaji meja makan kemudian terpekur. Sloane benar, hidangan ini tidak akan habis jika mereka makan berdua saja.

"Kau benar" ucap Drew, "Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuang-buang makanan, aku hanya berpikir untuk menyenangkanmu"

Sloane mengangguk paham, ia mengerti Drew hanya ingin menyambutnya dengan baik di kastilnya sehingga tanpa lelaki itu sadari ia telah meminta pelayannya menyiapkan hidangan yang begitu banyak. Tapi membuang-buang makanan tidaklah baik, oleh karena itu Sloane punya ide yang bagus agar semua makanan ini habis.

"Lord Lincoln, jika kau mengizinkan kita bisa mengajak pelayan-pelayanmu bergabung untuk makan bersama"

Sontak kedua alis Drew terangkat naik. Serius? Sloane Tavistock, Lady Canterbury, berpikir untuk makan di meja yang sama dengan para pelayannya?

"Kau yakin, My Lady? Kau tidak keberatan?"

Sloane menatap lelaki itu bingung, "Mengapa aku harus keberatan?"

Oh, Sloane memang berbeda dari bangsawan yang lain, wanita itu rendah hati. Sloane bahkan meninggalkan kastilnya di Canterbury untuk tinggal di tengah-tengah permukiman petani anggur, tentu saja makan bersama pelayan bukanlah masalah yang besar baginya, Sloane sudah terbiasa berbaur.

"Baiklah, My Lady" sahut Drew.

Drew memanggil para pelayannya untuk bergabung bersama mereka. Mulanya para pelayan Drew tampak segan dan canggung, tapi melihat bagaimana ramahnya Lady Sloane Tavistock, mereka menjadi lebih nyaman duduk di meja yang sama dengan sang Earl dan kekasihnya.

— TBC —

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

Sweet Widow Of Mine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang