Iwabe x Wasabi - Sayang

478 47 20
                                    

Wasabi membuka pintu apartemennya dengan perlahan. Gelap. Pasti Iwabe sudah tidur, pikirnya. Pandangan mata Wasabi turun ke bawah untuk melihat rak sepatu yang ternyata sudah tersusun rapi. Iwabe memang tidak mempunyai tampang yang lembut seperti Inojin atau berpenampilan rapi seperti Shikadai. Jika orang-orang melihat Iwabe pasti akan berpikir bahwa kekasihnya adalah orang yang sembrono dan tidak bisa diatur. Tapi dalam masalah kebersihan, Iwabe lebih apik daripada Wasabi.

Kekasihnya memang bermulut kasar dan sembarangan jika dengan orang lain, bahkan mereka sering kali terjebak dalam perdebatan yang sengit sampai-sampai muncul ancaman akan mengakhiri hubungan yang sudah mereka bangun hampir 3 tahun itu.

Ego mereka sangat tinggi, tapi sebagai laki-laki tentu Iwabe selalu mengalah dan meminta maaf duluan dalam waktu kurang dari satu jam. Walau beberapa menit kemudian mereka akan beradu mulut lagi.

Langkah pelan Wasabi memasuki ruang tamu, semuanya benar-benar rapi dan bersih. Iwabe memang pintar dalam hal merawat rumah daripada dirinya, bahkan Wasabi sendiri mengakui bahwa masakan lelakinya lebih sedap disantap dibanding masakannya. Walau Iwabe sering sekali memuji masakan Wasabi, tapi Wasabi rasa itu hanya untuk menyenangkan wanitanya saja.

Saat memasuki kamar, Wasabi langsung menaruh tasnya di meja rias kemudian menghampiri Iwabe yang tidur tengkurap dengan dengkuran keras yang tertahan oleh bantal. Wanita itu duduk di pinggir kasur, ia mengusap pelan dan sayang rambut gondrong kekasinya yang setiap hari selalu tertutup kupluk merah anehnya itu.

"Tidurnya keliatan capek banget, kayak abis bersihin 3 lantai apartemen aja," Wasabi tertawa pelan, sejujurnya ia senang sekali menggoda Iwabe dalam keadaan apapun. Kemudian Wasabi bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Wasabi mengusap rambutnya di bawah guyuran shower, ia memegang sejenak ujung rambutnya yang pendeknya se-leher itu. Ada sepenggal percakapan lama yang selalu ia ingat bersama Iwabe mengenai rambutnya.

"Aku boleh panjangin rambut gak?"

"Boleh."

"Kamu suka aku rambut pendek atau panjang?" lalu Wasabi melihat mata sang kekasih.

Iwabe memandang sejenak wanita cantic di depannya, "apa aja juga suka, tapi lebih suka kamu rambut pendek."

"Kenapa?"

"Soalnya sexy. Leher jenjang kamu kelihatan."

"Mesum!" kemudian percakapan itu diakhiri oleh pukulan Wasabi untuk lengan kekar Iwabe.

"Hahaha. Lho?! Tapi ini beneran, aku suka rambut pendek kamu."

Selesai mandi Wasabi segera berpakaian, kemudian menuju ke kasurnya lalu berbaring di samping Iwabe yang sudah berubah posisi menjadi miring.

Hari yang melelahkan, pikir Wasabi. Menjadi dokter hewan merupakan tanggung jawab yang besar, ia sering sekali lembur atau bahkan tidak pulang ke apartemen karena kesibukan yang luar biasa. Jadwal kerjanya yang jauh berbeda dengan sang kekasih, membuat mereka jarang menghabiskan waktu berdua kecuali saat weekend dan malam hari. Itu pun kalau mereka tidak tertidur. Kadang juga jika Wasabi mempunyai waktu free, ia akan ditinggal dinas oleh Iwabe yang memang mengurus bisnisnya di luar kota.

"Sayang ..." Wasabi mengguncang pelan badan Iwabe yang sedang memeluk guling dengan mesra.

" ... "

"Iwabe"

" ... "

"IWABE!" Habis sudah kesabaran si cantik bermata hijau itu.

"Apa sih?!" Iwabe terbangun karena mendapat pukulan keras di punggung kencangnya itu.

"P E L U K!"

Nyawa Iwabe langsung terkumpul sepenuhnya melihat kilatan mata hijau Wasabi.

"Udah pulang?" Iwabe mengusap wajahnya sambil memindahkan guling yang tadi ia peluk mesra.

"Udah mandi juga."

Wasabi memajukan bibir manisnya, memberi isyarat bahwa ia cemberut karena Iwabe tidak menyadari kepulangan kekasihnya.

Iwabe melebarkan kedua lengan besarnya untuk memberi tanda bahwa ia sudah siap memeluk Wasabi. Wasabi segera masuk ke dalam badan kekar lelakinya, kemudian mengusak wajahnya manja di dada Iwabe.

Iwabe segera merengkuh tubuh ramping wanitanya, "Besok ada jadwal?" tanya-nya kemudian mengusap lembut kepala Wasabi.

Wasabi menggeleng kemudian menghirup dalam-dalam aroma tubuh kekar kekasihnya, "Aku besok free, kamu gimana?" kepala kecilnya mendongak, menatap wajah tegas berkulit tan Iwabe.

"Aku juga, kemungkinan lusa baru ada pertemuan sama klien," jawab Iwabe sembari mengecup lembut kening Wasabi, "mau jalan-jalan?"

Wasabi menggeleng, "gak mau, aku mau di rumah aja buat istirahat. Sekalian berduaan sama kamu, kita cuddle aja seharian di rumah, gimana?" senyum sumringah terpancar di wajah Wasabi.

"Siap, laksanakan!" Iwabe tersenyum, kemudian mengecup mesra bibir Wasabi.

Terkadang kalau sudah terbangun seperti ini, Iwabe tidak akan bisa tidur lagi. Mereka akan mengobrol sampai larut atau sampai Wasabi terlelap duluan.

Walau pun di luar Iwabe dan Wasabi terlihat sering bertengkar, tapi jika sedang berduaan seperti ini mereka selalu menyempatkan diri untuk deep talk dan membicarakan masa depan.

Umur Iwabe juga lebih dewasa dari pada Wasabi. Lelakinya sangat memegang komitmen dari awal berhubungan sampai Iwabe meminta restu kepada ayah Wasabi untuk meminta mereka tinggal bersama, dengan tantangan adu panco melawan ayahnya Wasabi yang berbadan besar namun tetap dimenangkan oleh Iwabe. Sampai di titik Iwabe berhasil menabung untuk membelikan promise ring yang sekarang tersemat di jari manis tangan kiri mereka masing-masing.

"Sayang ..."

Iwabe memecahkan keheningan, kemudian mengusak hidungnya di pucuk kepala Wasabi lalu menatap wajah cantik kekasihnya.

"Hm?"

Wasabi balas mengusak hidungnya ke dagu Iwabe. Kucingku, batin Iwabe gemas.

"Ngantuk?" tanya Iwabe dengan intonasi serius.

"Emang kenapa?" Wasabi balik bertanya.

"Itu ..."

"Apa?"

"Itu ... Udah lama enggak,"

Ucapan Iwabe mendapatkan tatapan bingung Wasabi, tapi sedetik kemudian ia sadar kemudian tertawa pelan.

"Oh ... Oke, boleh."

Jawaban dan senyum lembut Wasabi sebagai tanda persetujuan membuat semangat Iwabe bangkit. Kemudian-

End.

Sampai di situ aja ya! Hahaha. Anw, maaf baru update lagi (╥﹏╥)

Oneshot Boruto : Naruto Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang