5 - Salah Paham

921 105 1
                                    

"Semenjak mengenalmu, aku jadi senang menghitung hari."

Sejak kedatangan Pak Nas dan ajudannya itu, Kayla tidak bisa leluasa keluar kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kedatangan Pak Nas dan ajudannya itu, Kayla tidak bisa leluasa keluar kamar. Ia canggung. Pak Nas setiap kali bertemu dengannya pasti akan bertanya bagaimana Sarah di Amerika. Ia jadi tidak enak karena harus selalu berbohong. Seperti saat ini.

"Di Amerika itu orangnya tinggi-tinggi ya Sar? Kamu punya banyak teman tidak disana?" tanyanya.

"Alhamdulillah aku punya banyak teman disana mas," ucap Kayla pelan. Ia berdoa agar Tuhan mengampuninya karena keadaan Kayla sedang tidak mendukung untuk berkata jujur.

Kayla sedang bersama keluarga Pak Nas duduk di teras rumah. Berbincang sejenak seraya mendengar cerita Pak Nas dalam tugasnya terakhir kali.

Kayla ingat bahwa dia pernah mendengar Bu Joanna bercerita pada mbok Marni bahwa Sarah mendapat tawaran sekolah gratis di Amerika karena Sarah sangat berbakat dalam menulis. Di usianya yang baru menginjak 15 tahun, tulisan Sarah sudah di muat di koran nasional. Kepala direktur perusahan penerbit koran itu kemudian menawarinya untuk sekolah jurnalistik ke Amerika. 

Sarah adalah anak bungsu dari keluarga bu Joanna. Istri Pak Nas itu bercerita bahwa kedua orangtuanya meninggal saat adiknya Sarah itu baru berumur 5 tahun. Oleh karena itu, Sarah hanya diasuh olehnya dan adik keduanya yang sekarang menetap di Surabaya. Dan sejak bu Joanna menikah dengan Pak Nas, Sarah ikut tinggal bersamanya.

Kayla bisa mendengar Bu Joanna hampir menangis saat ia bercerita ketika melepaskan Sarah untuk sekolah ke luar negeri. Tapi bu Joanna memiliki pemikiran terbuka sehingga mengizinkan adiknya itu untuk sekolah ke Amerika. Sarah juga dijamin kehidupannya selama disana oleh pihak penerbit. Bagi mereka, anak berbakat seperti Sarah bisa menjadi investasi mereka di kemudian hari dan tidak boleh di sia-siakan.

"Mbak mu ini sering menangis jika merindukanmu," ucap Pak Nas. Kayla tersenyum. Bu Joanna sangat baik hati dan berhati lembut. Kadang ia merasa beruntung berada di rumah ini. Meskipun ia terlempar ke masa lalu, setidaknya orang-orang ini baik kepadanya. Kayla bahkan mendapat fasilitas penjagaan dari para ajudan Pak Nas ketika keluar rumah, lebih dari di kehidupannya terdahulu. Meskipun Kayla artis, tapi ia tidak memiliki bodyguard. Melisa bilang gaji untuk bodyguard mahal, jadi Kayla tidak pernah punya penjaga disekitarnya.

"Sekolahmu sudah benar-benar beres kan Sar?" kali ini Bu Joanna yang bertanya. Kayla mengangguk. "Berarti tidak pergi ke Amerika lagi kan?" Lanjutnya.

"Su-sudah mbak. Aku tidak senang jauh-jauh dari kampung halaman," ucap Kayla. Yang terakhir memang jujur ia katakan. Kayla tidak senang jauh dari kampung halamannya, tempat peristirahatan neneknya berada.

Teringat neneknya, Kayla jadi ingin makan bubur jagung, makanan kesukaannya. Dulu, setiap kali pulang ke rumah neneknya, Kayla selalu dibuatkan bubur jagung oleh neneknya itu. Ia akan makan dengan lahap dan neneknya akan mengelus kepalanya setiap kali Kayla minta tambah. Saat menemani mbok Marni ke pasar tempo hari, ia melihat ada penjual bubur jagung di pinggir jalan.

Will Never EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang