9 - Ajudan Tampan Pak Nas

845 99 7
                                    


Satu-satunya cara untuk tidak terluka adalah tidak jatuh cinta

-Kayla Abimana-

"Pierre..." Pierre refleks menahan knop pintu.

"Maaf.." ucap Kayla.

"Dan terimakasih," lanjutnya.

Pierre tertegun. Apakah ia tidak salah dengar?

Beberapa detik Pierre terdiam.

Setelah tersadar, ia lalu menangguk dan tersenyum sebelum benar-benar menutup pintu kamar.

Kayla memejamkan matanya mencoba tidur.

Sementara itu Pierre kembali ke kamarnya. Entahlah, ada perasaan senang ketika mendengar ungkapan terimakasih dan maaf dari seseorang yang selama ini membuatnya selalu canggung.

Ia berharap kedepannya hubungannya dengan gadis itu dapat membaik. Mungkin saja suatu saat nanti mereka bisa menjadi teman, pikir Pierre.

*****

16 Agustus 1965

Tadi malam, Bu Joanna mendatangi Kayla dikamarnya. Istri Pak Nas itu meminta Kayla untuk ikut bersama Pak Nas menghadiri seminar di kampus. Bu Joanna berpikir bahwa adiknya itu sudah sepantasnya terlibat dengan banyak kegiatan, bukannya terus-terusan berada di rumah.

Kayla awalnya ingin menolak. Tapi sejujurnya ia ingin melihat wajah Jakarta di tahun 1965 lebih banyak. Ia ingin tau bagaimana masyarakat di tahun ini, suasana di pinggiran Jakarta, dan tentu saja kulinernya.

Jadi, Kayla menangguk sebagai jawabannya.

Keesokan paginya, Bu Joanna mengetuk kamar Kayla. Kayla yang terbiasa bangun kesiangan terpaksa membuka mata. Istri Pak Nas itu menyuruh Kayla untuk siap-siap karena sebentar lagi Pak Nas akan berangkat ke tempat seminar. Kata Bu Joanna, acaranya mulai jam 8. Kayla menurut. Ia bergegas siap-siap.

Saat didepan lemari, Kayla bingung memilih baju. Sungguh baju-baju yang ada di lemari Sarah sama sekali bukan style nya. Semua baju di lemari ini khas bergaya tahun 60 an. Kayla menggaruk kepalanya.

Mbok Marni pernah mengatakan pada Kayla bahwa segala keperluan adik Bu Joanna sudah disiapkan sebelum ia pulang ke Indonesia.

Kayla sejenak berpikir, berarti Sarah itu benar-benar ada. Tapi jika seseorang yang bernama Sarah itu benar-benar ada, lalu dimana dia sekarang?

Dan mengapa ia justru disangka Sarah?

Kayla terus mengamati isi lemari.

"Anak kuliahan di tahun ini baju nya gimana ya?"

Kayla mengamati satu persatu baju di lemari itu.

Mungkin saja sebenarnya baju-baju di lemari ini sedang tren alias baju terbaru di tahun ini, mengingat latar belakangnya yang merupakan keluarga terpandang. Tapi tetap saja, bagi Kayla semua baju ini ketinggalan zaman. Baju-baju dres dengan motif kotak-kotak, garis, dan polkadot yang mencolok.

Kayla bingung. Ia harus memakai pakaian yang sedikit formal namun tetap terkesan santai. Tapi lemari ini dipenuhi dres sebawah lutut. Bu Joanna mungkin berpikir bahwa adiknya itu sangat feminim, padahal Kayla tipe yang sangat cuek dengan penampilan, bahkan terkadang suka memakai baju kedodoran.

Akhirnya, pilihan Kayla jatuh pada dres sebawah lutut dengan motif kotak-kotak kecil berwarna biru muda, dengan aksen kancing yang menurut Kayla cukup manis.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Will Never EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang