PLUVIOPHILE 3

471 49 1
                                    

Nyicil ngebuat chapter ini di sekolah lagi, tapi pas jam istirahat.

Makasih banyak orang orang baik yang udah vote sama komen.

Baca part ini pelan pelan ya soalnya panjang.

Sedih, cerita ini masih belum rame.

----- Keep on reading -----

03. Curhatan kecil

Satu minggu ini tidak ada keributan antara Herlin dengan Meyta, dikarenakan papanya mengambil cuti untuk melihat pertengkaran antara Meyta dan Herlin.

Ya jelas tidak akan ada apa apa, bagaimana mama tirinya itu main tangan sedangkan suaminya sedang dirumah.

Apa papanya itu tidak bisa berpikir sejauh itu?

Awalnya papanya itu merencanakan liburan sekeluarga guna mempersatukan Herlin dan Meyta, akan tetapi Meyta menolak keras ajakan papanya. Ia lebih memilih untuk ke toko buku daripada pergi untuk berlibur.

Selain menyukai Skateboard, tak jarang juga Meyta membaca buku fiksinya.

Sore hari Meyta pamit kepada papanya untuk bermain skateboard. Papanya juga mengijinkan, karena Meyta sudah terbiasa melakukan hal tersebut. Tapi pulang pulang ia pasti mendapatkan cidera di tubuhnya.

"Pa Meyta pamit ya, ditempat biasa!" Teriak Meyta dari luar kamar papanya.

"iya, jangan pulang malem malem, jangan bawa luka juga kalo pulang!" Sahut papanya didalam kamar, Meyta hanya tersenyum tipis.

Menaiki mobilnya, sebelum ke tempat tujuannya, Meyta berhenti di swalayan untuk membeli makanan ringan tak lupa membeli minumannya juga. Menempati rak selanjutnya, Meyta dikagetkan dengan kedatangan seseorang.

Bersampingan dengan laki laki itu membuatnya merasa kesal, ia harus bertemu dengan laki laki aneh itu. Bagaimana tidak, Meyta yakin sehabis ini ia akan dibuntuti.

"Hi Mey!" Panggil lelaki itu dengan senyum mengembang. Iya dia Vendra.

Baru dipanggil saja, Meyta sudah mengumpat dalam hati, ingin rasanya kabur tetapi sudah terlambat.

"Panggil nama belakang aja kalo nama depan kesannya lo manggil gue mey mey!" Jawab Meyta yang disamakan pemeran perempuan di kartun upin ipin.

"Nama 'Ta' udah banyak, biar beda, gue panggil lo 'Mey' aja,"

"Serah lo!" Jawab Meyta. Vendra yang mendengarnya tersenyum, enaknya menjahili adik kelasnya ini.

"Mau kemana lo?" Tanyanya pada meyta dan mengikuti dari belakang.

"Bukan urusan lo!" 

"Ya jelas urusan gue, gue mau ikut sama lo!"

Meyta menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Vendra. "Please kali ini jangan ganggu gue dulu, Vendra!" ucap Meyta dan membuat bola mata Vendra melotot.

"Gue kakak kelas lo bodoh, nggak pake embel-embel 'Kak' lagi!"

"Seriusan lo kakak kelas gue?" Meyta beneran tidak tahu asal usul kakak kelasnya ini.

"Ya emang lo kira gue apa?" Tanyanya dengan nada tak terima.

"Enggak. Maklum kalo gue nilai lo begitu, abisnya lo paling boncel diantara temen temen lo itu!" Meyta yang berucap begitu membuat Vendra mengalah saja, jika ditanggapi lagi urusannya bisa panjang. Apapun masalahnya, perempuan paling benar.

PLUVIOPHILE [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang