BAB 5

5.2K 102 0
                                    

Matahari sangat terik dan cuaca sangat panas, Mona terbangun dari tidur. Ia sedikit merasa baikan, melirik resep obat, ternyata siang ini harus meminum pil untuk menyembuhkan demam. Bangkit perlahan lalu menuju dapur menyiapkan bubur untuknya, makanan buat kakak ipar.

"Bismillah," kata Mona bangkit dari kasur menuju dapur dengan pelan.

Mona mulai memasak dengan tubuh lemas, ia harus mengerjakan pekerjaan rumah karena tak mau menyusahkan sang kakak ipar lagi. Dengan hati-hati menyiapkan bahan lalu menggoreng, ia mengulas senyuman saat semua telah beres. Pelan-pelan menuju ruang kerja Arka karena dia tau pasti lelaki itu tengah mengerjakan kesibukannya.

"Masss," panggil Mona dengan suara pelan sambil mengetuk pintu.

"Masuk!" perintah Arka tanpa menoleh ke pintu yang telah terbuka.

"Mas, makan siang sudah siap," tutur Mona membuat Arka menoleh sekilas lalu fokus tidak menghiraukan ucapan adik iparnya.

Mona berdiri diam di depan pintu, menunggu Arka menyahuti. Tiba-tiba terdengar suara perut berbunyi membuat Arka meruntuki lambung yang telah meronta minta di isi. Lelaki itu segera bangkit dan melewati Mona, adik iparnya mengikuti dari belakang.

"Mas mau minum kopi?" tanya Mona pelan saat sampai dapur, melihat lelaki itu duduk di kursi.

"Hmmmm, buat saja nanti kuminum," balas Arka lalu menyendok makanan.

Mona menyeduhkan kopi terlebih dahulu lalu mulai memakan bubur setelah selesai. Ia harus makan banyak agar cepat sehat, sehabis  nasi yang lembek itu ia bangkit. Menuju kamar tak lupa membawa segelas air.

"Apa aku harus istirahat atau membersihkan rumah?" tanya Mona pada dirinya sendiri.

"Istirahat saja, kalau kerja nanti sakitnya makin parah aku yang susah," sambar Arka dingin dan tegas saat melewati kamar Mona yang pintunya terbuka.

"Makasih Mas sudah diizinkan istirahat, maaf merepotkan," ujar Mona menundukan kepala lalu melangkah ke pintu untuk menutup karena Arka telah pergi.

Malam tiba suara bel membuat Arka yang bersantai di ruang tengah bergegas menuju pintu. Tatapannya langsung bertemu dengan beberapa anak muda seusia Mona. Ia menatap dingin, memandang satu persatu membuat mereka menunduk.

"Kenapa kalian datang kemari?" tanya Arka dengan nada dingin.

"Anu Omm, kami ingin menjenguk Mona kenapa dia tidak masuk sekolah," balas seorang pria dengan suara gemetar.

"Mona sedang sakit," seru Arka masih berdiam di pintu.

"Boleh kami menjenguk Mona, Om?" tanya lelaki itu berusaha agar suaranya tak bergetar karena merasakan aura yang menyeramkan keluar dari tubuh Arka.

Arka hanya mengembuskan napas kasar, lalu berdehem membuat jantung mereka semua memompa lebih cepat. "Jangan lama-lama karena ini sudah malam!" Perintah Arka dibalas anggukan semuanya, Arka memerintah mereka masuk dan mengikuti sampai kamar Mona.

"Monaaa, temanmu jenguk nih," ucap Arka dingin sambil mengetuk pintu, Mona yang mendengar langsung bergegas membuka pintu.

"Iya Mas," sahut Mona lemah lalu memandang mereka semua.

"Jangan lama-lama, ini sudah malam," kata Arka tidak seperti menasehati tapi memerintah.

"Iya Mas, makasih udah ngebolehin mereka masuk," balas Mona tidak ditanggapi Arka, lelaki itu langsung pergi.

"Mona lo gak papa?" tanya lelaki yang tadi berbicara dengan Arka.

"Gak papa, Raka. Makasih kalian udah jengukin gue," tutur Mona pelan mengajak mereka masuk dan duduk, tanpa menutup pintu.

"Iya sama-sama, Raka nih yang ngebet banget pengen ngeliat keadaan lo," sungut Mirna menunjuk Raka.

"Gue buatin minuman dulu ya," seru Mona dibalas gelengan semuanya.

"Gak deh, kita cuma sebentar. Om lo serem Mon," ucap Dimas dibalas anggukan semua.

Malam Pertama Dengan Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang