BAB 9

4.2K 76 0
                                    

Mona terbangun jam enam, matanya mengerjap menyesuaikan penglihatan. Ia turun dari kasur, merasa heran karena berada di kamar. Berpikir keras, tidak mungkin kejadian tadi malam hanya mimpi lantaran terasa sangat nyata.

"ishhh, sudahlah mendiangan aku mandi, cepat-cepat berangkat sekolah," ujar Mona saat melihat jam di dinding.

Gadis itu terus meguap setelah memakai bedak dan memoles lipbalm di bibir. Hari ini ada kelas pagi, karena kemaren sore Mirna memberitahu lewat chat. Saat menuju dapur untuk membuat sarapan, tetapi ia bertemu Arka yang menenteng sesuatu.

"Masss," lirih Mona pelan masih teringat kejadian semalam, ia ragu jika itu mimpi apalagi melihat tatapan Arka tidak seperti biasanya.

Arka langsung menunjuk kening Mona dengan telunjuk. "Apa otakmu ini sudah berpikir dengan benar? mau patuh padaku atau mengganti rugi uang yang dibawa kakakmu," sinis Arka menatap tajam wajah Mona yang seketika pucat.

"Ternyata bukan mimpi, lagi malam aku sempat hendak dilecehkan," batin Mona berseru dengan lirih, jari tangan saling meremas berusaha memendam kegelisahan.

"Jawab! Bukan diam," bentak Arka tak sabaran terus menatap sinis Mona yang gemetar.

"A-aku pilih patuh, Mas," sahut Mona dengan terbata-bata.

Arka tersenyum mengejek ia menoyor kening Mona membuat sang empu terdorong sedikit ke belakang. "Makanya kalau mau berbicara berpikir dulu! Kamu hanya bisa menurut padaku, apalagi Kakakmu sendiri yang menumbalkanmu hhaha. Kalian hanya orang miskin! Jangan belagu," geram Arka lalu menyodorkan plastik putih pada Mona.

"Siapkan ini untuk sarapan, kamu tak perlu memasak." Setelah Mona menerima plastik itu, Arka langsung pergi ke kamar untuk membersihkan diri.

Tanpa dikomando air mata Mona berjatuhan. Lekas mengusap dengan kasar karena menangis tidak akan mengubah nasib malang yang menyerang. Cepat melaksanakan tugas menyiapkan sarapan di meja.

[Mona, siapkan pakaianku sekarang!] - Arka

Saat menerima pesan dari Arka, Mona langsung bangkit lalu berlari menuju kamar kakak ipar untuk menyiapkan pakaian sesuatu perintah. Dengan cekatan memilih baju, celana yang pas. Sehabis itu cepat keluar karena mengetahui jika Arka selesai mandi.

"Ahhh syukurlah, aku masih takut dengan Mas Arka. Apalagi setelah kejadian itu," monolog Mona dengan suara pelan, mengelus dada menenangkan detak jantung yang berpacu.

Arka keluar kamar mandi ia mendengar suara pintu yang ditutup dengan cepat. Seringai muncul di bibirnya, merasa bahagia bahwa gadis itu takut. Segera memakai pakaian lalu mengambil tas dan dasi. Melangkah menuju meja makan, dia harus cepat-cepat karena ada jadwal rapat hari ini.

"Mona! Cepat pakaikan dasi, aku harus segera sarapan dan pergi bekerja," perintah Arka, ia menyodorkan dasi itu pada adik iparnya.

Mona mengambil dasi itu, memakaikan dengan gugup. Ia takut berdekatan dengan Arka, lelaki itu tinggi membuat Mona kesusahan untuk memasangkannya. Arka yang mengetahui kesulitan Mona lebih menunduk, dia merasa senang saat melihat Mona gelagapan.

"Cepatlah! Waktuku terbuang sia-sia jika kamu lama sekali memakaikannya," ejek Arka, Mona menunduk sebentar lalu dengan cekatan mengenakan dasi pada Arka.

Selesai memakaikan dasi, Arka langsung menyuruh Mona untuk sarapan. Lelaki tersebut juga makan dengan lahap, memakai menu favoritnya. Sehabis itu bangkit lalu mendekati Mona menaruh uang tiga puluh ribu di meja.

"Ini uang jajanmu, harus cukup sehari! Ini hukuman karena ucapanmu kemarin." Arka menunduk mensejajarkan wajahnya dengan adik ipar.

"Belajarlah menjadi pengganti istriku dengan baik. Jangan terlalu gugup, karena aku akan melakukan yang lebih dari ini," ucap Arka lalu mengecup bibir Mona sekilas yang menjadi candu untuk, dengan tidak memperdulikan air mata Mona yang menetes lagi, Arka bergegas pergi meninggalkan adik ipar sendiri.

Malam Pertama Dengan Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang