...... ? POV :
" Is not about i love you 3000 , but its about how i hate you 3000 "
Sebuah asap rokok melebur diantara udara udara ringan disekitarku , bau yang sudah jarang kucium , walaupun begitu sensasi nya tetap sama dan tak akan pernah berubah , tetap akan terasa hampa . Dan membosankan .
Aku berjalan menelusuri gudang gudang rapuh di belakang rumahku sendiri , sejak kapan aku memilikinya ? Ini sangat buruk , aku membencinya .
Lupakan gudang itu , aku mengusap kasar wajahku yang penuh lebam . Sampah macam apa yang berani merusak ketampanan ku ini , aku berdecih , menggerutu , merengek tak jelas sendirian dengan sebatang rokok menyala di tanganku . Mungkin malam ini aku harus minum sebotol bir ? Mungkin saja jika aku tak kedatangan tamu .
Aku menatap makam di depan ku , tepat dibelakang rumahku , aku mulai berjongkok disana dan membersihkan beberapa dedaunan kering yang berserakan disana , tak lupa mengusap papan nama yang sudah mulai memudar itu , namun tidak apa , selamanya aku juga tak akan pernah melupakannya walaupun nama di batu nisannya sudah benar benar menghilang .
Aku memejamkan mataku , berdoa untukknya , kemudian aku segera beranjak dari sana dan segera membuang putung rokok ku , tak lupa menginjak nya agar api yang masih tersisa disana benar benar padam .
Aku kembali ke dalam rumahku , meratapi nasibku sendirian , setelah keluar dari biara moniyan , aku selalu menyendiri , di umurku yang hampir menginjak 17 tahun ini aku hanya berdiam diri mengerjakan urusan kantor , walau aku memutuskan untuk putus sekolah , otakku masih terlalu jenius untuk mengembangkan perusahaan milik ayahku ini . Yah walau dia tak akan menganggapku juga sih .
Tapi boleh saja , aku akan mengelolanya untukku sendiri , dan mungkin suatu hari aku akan mendapatkan pacarku sendiri ? Yah , aku tak akan berharap lebih . Orang mana yang mau berpacaran denganku ? .
"Sialan ini melelahkan"
Aku mengelap dahiku dengan sapu tangan di depanku , jam segini , bagaimana bisa aku disuruh lembur , sedangkan para pelayan di kantor ini sudah tertidur nyenyak dirumah nya , siapa yang akan melayaniku ? . Aku mengecek berkas berkas yang baru saja kukerjakan , kantuk mulai menghantuiku , aku memutuskan untuk membuat kopi panas , agar mataku tetap terjaga dan segera menyelesaikan pekerjaan ini .
"Kantor macam apa ini , lain kali aku akan merekrut sekertaris imut agar mataku tetap bisa melek saat melihatnya"
Aku menggerutu sambil mengaduk aduk kopi buatanku sendiri , saat aku berbalik dan hendak kembali ke ruangan pribadiku , seseorang menabrakku dan membuat kopiku tumpah tepat diatas kepalanya , aku terkejut , begitupun dengannya .
"Aduduh...Hei kau tak apa ? Ini sangat panas"
"M,maaf..."
Kenapa dia meminta maaf ? Aku yang menumpahkannya bukan ? Aku mengambil tisu dari jas ku dan kubersihkan mukanya itu .
"Lain kali hati hati , maafkan aku"
"T,tidak itu bukan salahmu , maaf"
"Jangan merendah begitu kau sial-an"
Mataku terbelak kaget , dia ? Hampir menangis . Aku reflex langsung mengulurkan tanganku dan menyentuh wajahnya , "Ini sakit ?" . Begitu kataku . Dia mengangguk , ini salahku juga , aku yang menumpahkannya , saat aku mengelap wajahnya sebagai rasa tanggung jawabku , aku baru sadar akan sesuatu .
Matanya...mata itu ? TUNGGU apakah ini mimpi ? Aku menatap lama pria didepanku ini , wajah yang tidak asing , apalagi mata merah gelap ini . Sangat familiar .
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny And My Time [END]
Random"Ketika semua perasaan yang kau pendam dalam dalam hingga tak seorang pun mengetahuinya, lalu dengan tiba tiba takdir membuka semua rahasia mu satu persatu , dan membuatmu muak akan hal itu. Namun , apakah mungkin , waktu yang akan mempersiapkan had...