💜💜💜
"Cowok itu meskipun tidak tampan, setidaknya tubuhnya wangi. Biar pas pandangan pertama ada yang jatuh hati."
-Hanin Adika Gemintang-
***
"Hanin, kalau nggak ada rencana bulan depan, mending kamu liburan ke kampung aja. Apalagi, Idul Qurban udah deket. Rame lho, lebaran di kampung."
Suara Mama terdengar sementara aku justru sibuk dengan laptop yang ada di pangkuan. Konsentrasi tertuju pada benda yang jadi sumber penghasilanku selama ini.
"Haniiin!"
"Eh, iya, Ma. Aduuh, Hanin lagi ngetik ini. Lagi kejar deadline naskah, Ma." Aku berjengit oleh teriakan Mama yang kini lebih nyaring, membuatku menoleh dengan senyum terbaik pada beliau.
"Serius amat. Mau jadi novel lagi?" selidik Mama dengan alis bertaut.
"Bener, Ma. Ini udah ditagih sama editor Hanin. Kudu selesai besok, soalnya para pembaca di whiteboard pada nagih novelnya. Mana udah sebulan mandek tidak Hanin selesaiin." Aku memasang raut memelas. Biasanya, kalau udah teriak seperti ini, Mama lagi ada masalah.
"Hmm, gitu. Ya udah, selesaiin gih. Ntar kalau udah ngetik, Mama mau bicara." Usai berkata, Mama pun berlalu dari kamarku.
Menatap punggung wanita terbaik di rumah ini, aku menghela napas. Entah mengapa, akhir-akhir ini Mama kerap mengajak aku berbicara yang ujungnya akan berakhir dengan kalimat beliau ... Mama lupa mau ngomong apa, Han. Hal itu kadang membuatku heran.
Sebenarnya Mama mau ngomong apa?
Tak ingin memikirkan sesuatu yang tak jelas, aku kembali melanjutkan pekerjaan. Menyelesaikan naskah novel yang akan terbit. Profesiku sebagai penulis di salah satu aplikasi menulis yang awalnya hanya hobi, kini berubah jadi pekerjaan tetap yang hasilnya lebih dari cukup.
Kini, aku bisa membangun rumah untuk mama, serta kendaraan yang menunjang pekerjaanku atau mengantar mama ke mana saja.
Siapa bilang penulis tidak bisa menghasilkan cuan? Aku adalah contoh nyatanya, jika dilakoni dengan konsisten serta tak mudah menyerah maka usaha tak akan menghianati hasil. Ya, meskipun tulisanku belum sampai ke penerbit mayor. Namun, dengan self publishing aku bisa meraup untung yang lumayan.
Namun sayang, bapak tak ada di sini. Di antara aku juga mama dan Rukli. Bapak telah bahagia dengan pilihan hidupnya bersama wanita lain yang beliau hadirkan, saat kami berada dalam kondisi sedang tidak baik-baik saja.
"Apa pun yang Mama minta, Insya Allah Hanin akan berusaha mengabulkannya." Aku berkata setelah deretan masa lalu yang menyakitkan itu, kembali muncul lantas menghadirkan sesak di sini, di dadaku.
***
"Hah? Ke kampung buat dikenalin sama calon suami? Maksud Mama?"
Oh, tidak! Jangan bilang Mama melakukan ini karena desakan keluarga di kampung. Lebih tepatnya desakan nenek. Ya, nenek dari pihak mama yang bersikeras agar aku segera menikah karena usiaku, katanya kelewat perawan tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesandung Cinta Juragan Jengkol (Kecantol) Siap Terbit
General FictionBlurb : Hanin Adika Gemintang, selalu berharap jika suatu hari bertemu dengan jodohnya itu, seperti kisah romantis yang ia buat di novel-novel hasil karyanya. Hingga suatu hari, sang mama memintanya ke kampung untuk bertemu pria yang hendak dikenal...