2.

119 10 1
                                    

Gadis kecil dengan rambut kuncir dua menyambutmu dengan riang. "Eonni~" serunya sambil memelukmu yang baru saja masuk kedalam rumahnya.

"Bagaimana kabar uri Ji Woo?" Tanganmu ditarik untuk langsung kearah kamarnya yang serba biru.

"I am good. Kenapa eonni jarang datang kesini?" Kamu mengeluarkan boneka dari tas jinjingnya. Boneka kecil yang bisa dibawa kemana-mana.

"Mianhae Ji Woo-ya, sebagai gantinya bagaimana kalau hari ini kita nonton?" Bujukmu sambil memeluk gadis kecil yang terlihat kesepian.

"Berdua?" tanyanya.

"Iya berdua, eonni sudah ijin dengan oppa. Dan karna nanti malam oppa pulang, jadi kita harus sampai di rumah sebelum oppa datang. Bagaimana? Ji Woo mau?" Gadis kecil itu mengangguk.

Dengan antusias dia melompat dari tempat tidurnya untuk memilih baju yang akan dipakainya.

Jeon Ji Woo adik semata wayang Jungkook. Gadis kecil itu masih berusia 10tahun. Selain tinggal bersama dengan Jungkook, Ji Woo juga tinggal dengan pengasuhnya. Hal itu dikarenakan pekerjaan Jungkook yang jarang pulang kerumah.

Kamu dan Ji Woo pergi ke mall yang mempunyai bioskop. Selain menonton film, kalian juga pergi makan—makanan kesukaan Ji Woo.

Aura bahagia sangat tampak di wajah Ji Woo. Bukan hanya karna makanan, melainkan waktu yang sudah kamu berikan kepadanya.

Berulang kali gadis itu mengucapkan kata terima kasih. Dengan umurnya yang masih kecil, terkadang Ji Woo berpura-pura menjadi dewasa. Hanya kepadamu dia bisa menjadi anak seusianya.

"Kau suka? Mau dibawa pulang?" tanyamu saat Ji Woo melihat tas bewarna coklat.

"Tidak. Oppa baru saja membelikan tas untukku. Lagipula, Ji Woo bukan melihat tas ini—tapi yang dibelakang."

Sudut matamu mencari tas yang ditunjuk oleh Ji Woo. "Tas pria?" Ji Woo mengangguk. "Untuk oppa?" tanyamu lagi.

"Bulan depan Jungkook oppa ulang tahun, Ji Woo sudah menyisihkan uang jajan untuk membelikan oppa tas kerja."

Meskipun bukan untukmu tapi kamu merasa hangat dan juga tersentuh. "Ayo masuk, kita beli tasnya." Tapi Ji Woo menahanmu.

"Bagaimana kalau ternyata uang Ji Woo tidak cukup untuk membeli tas itu." ucapnya menunduk sambil menunjukkan beberapa puluh lembar uang yang sudah ditabungnya.

"Hmm, sepertinya cukup. Kita lihat dulu kedalam, bagaimana? Atau Ji Woo mau mencari hadiah yang lain?" tanyamu untuk memastikan dan tidak terlalu memaksa.

"Tidak. Ayo masuk eonni."

Kalian di sambut oleh seorang pramuniaga. Lalu kamu meminta pramuniaga tersebut untuk memperlihatkan tas yang di inginkan oleh Ji Woo.

"Berapa harga tas ini?" tanya Ji Woo polos dan malu-malu.

Pramuniaga itu sempat melirik ke arahmu, dan kamu memberikan jawaban dengan anggukan. "335.000 won." jawabnya sambil menunduk, menyamakan tingginya dengan Ji Woo.

Ji Woo tampak menghitung uangnya. "Eonni? Apa oppa akan suka dengan tas ini?"

"Tentu saja, apapun yang Ji Woo berikan. Oppa pasti akan menyukainya." jawabmu sambil mengusap rambut Ji Woo.

"Baiklah, Ji Woo mau ini." Ji Woo memberikan semua uangnya kepada pramuniaga.

"Tasnya mau diberi initial?" tanya pramuniaga kepadamu.

"JK." jawabmu. Pramuniaga itu mengangguk.

"Ji Woo tunggu disini sambil minum, eonni akan minta agar tasnya dibungkus dengan cantik." Ji Woo mengangguk setuju, kakinya pun sudah terasa lelah.


**

Saat memasuki rumah, bibir Jungkook tersenyum. Dalam beberapa menit dia hanya berdiri dan menatap Ji Woo yang tertidur dengan kepala yang bersandar di pahamu.

"Kau sudah pulang?" Matamu mengerjap kala bibir Jungkook menyentuh keningmu.

"Hm. Aku pulang." Masih dengan menggunakan seragam, Jungkook menggendong Ji Woo untuk masuk kedalam kamarnya.

Setelah mencium, mematikan lampu dan menutup pintu kamar Ji Woo—giliran kalian yang masuk kedalam kamar Jungkook.

"Sudah seminggu kita tidak ketemu, kau tidak merindukanku?" ucap Jungkook manja sambil memelukmu.

"Tentu saja aku merindukanmu." Kamu menjawab kemudian mencium bibir Jungkook.

Jungkook menarik tubuhmu saat kamu berusaha untuk berhenti menciumnya. Jungkook terlalu merindukan sentuhan yang diberikan olehmu.

Selain Jungkook yang merindukan sentuhanmu sebagai pelepas lelahnya, hidungmu pun dimanjakan dengan aroma pesawat dan juga parfum bvlgari yang bercampur jadi satu ditubuh Jungkook. "Aku sangat menyukai aroma ini." monologmu.

Satu persatu seragam yang dipakai oleh Jungkook terlepas dan jatuh di lantai, berganti dengan kulit yang saling menyentuh satu sama lain.

Setiap kali mendapatkan kenikmatan yang luar biasa, kamu harus menutup mulut rapat-rapat agar tidak mengeluarkan suara. Melihatmu yang tersiksa, Jungkook membiarkanmu untuk meremas pundaknya dengan kuku.


Walaupun tubuh dan pikiran Jungkook terasa lelah sepulang kerja, tapi saat bersama denganmu semuanya hilang—sirna. Disela kenikmatannya, Jungkook membisikkan bahwa kamu adalah wanita yang luar biasa hebat.

"Hebat apa?" tanyamu penasaran.

"Hmm~ hebat dalam hal apapun. Kau membuatku, Ji Woo dan bibi merasa nyaman saat saat sedang bersamamu. Kau tau bukan bahwa Ji Woo tidak bisa dekat dengan seseorang." Kamu mengangguk.

"Sama halnya keberadaanmu yang sangat berarti untuk Ji Woo, kau juga sangat berarti untukku." lanjut Jungkook.

Kamu tidak mampu menjawab perkataan Jungkook. Hanya senyum bahagia yang terukir di bibirmu. Tanganmu memeluk tubuh Jungkook yang masih tidak menggunakan pakaian.

"Kau juga hebat akan hal ini rupanya, maka dari itu kau sengaja memancingku lagi, Kim y/n??" Kamu tampak terkejut dan mendorong tubuh Jungkook.

Matamu melihat kebawah dan membelalak. "Tidak!! Aku tidak bermaksud seperti itu!!" Secara reflex kamu menutup tubuhmu dengan selimut saat Jungkook mulai mendekat.

"Kau tidak mau tanggung jawab?" tanya Jungkook dengan tatapan menggoda.

"Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menolaknya." Jawabmu sambil terkekeh.

Kamu menarik dan menindih tubuh Jungkook hingga kamu berada di atas. "Aku akan bertanggung jawab." tukasmu dengan senyum berbalik menggodanya.

"SIAL!!" gunam Jungkook, sambil menarik kepalamu dan melumat bibir itu dengan agresif.



- to be continue-

Only Then (Jungkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang