Berkat bantuan Taehyung, kamu mendapatkan penanganan Dokter yang tepat dan menyempatkan diri untuk berlibur.
Meskipun tidak sepenuhnya hilang dari ingatanmu, tapi hatimu sedikit menjadi lebih baik. Sampai hari dimana kamu mendapatkan jadwal penerbangan yang sama dengannya selama satu minggu di Amsterdam.
Bertatapan mata dengan Jungkook adalah kesalahan terbesarmu. Luka yang belum sepenuhnya kering itu terbuka kembali.
Sebisa mungkin kamu berusaha professional dan mengabaikan kala Jungkook mengajakmu berbicara diluar jam kerja atau pun pada saat waktu berdua.
Malam itu kamu pergi sendiri untuk mencari makan di downtown. Amsterdam adalah negara yang cukup ramai, aman dan bebas. Meskipun terkadang orang yang mabuk dijalan, mereka tidak akan menganggumu.
Seorang pria menarik tanganmu saat kamu berjalan di tepian sungi. "Sadarlah! Apa kau mabuk?" Jungkook bersuara sangat tinggi.
Kamu hanya melengos, tak menjawab dan melanjutkan berjalan untuk mencari tempat makan. "Kenapa kau mengikutiku?" tanyamu.
"Aku tidak mengikutimu." Langkah kakimu berhenti. Dan Jungkook pun melakukan hal yang sama.
"Kalau begitu, kau pergi lebih dulu." jawabmu sambil memberikan jalan kepada Jungkook.
Setelah Jungkook melewatimu, kamu memutar arah dan berjalan tanpa menoleh ke belakang. Lagi-lagi Jungkook menahan tanganmu.
"Y/n ah, aku perlu bicara denganmu." Cukup lama kamu terdiam sampi akhirnya kamu mengangguk.
Kalian memutuskan membeli makanan di minimart untuk dibawa kembali ke hotel. Kamu sudah berada dikamar Jungkook.
Dia berlutut di depanmu dan memelukmu dalam diam. memberikan kehangatan yang masih kamu rindukan. "Apa yang ingin kau katakan?" ucapmu sambil mendorong tubuh Jungkook.
"Apa kabarmu baik-baik saja?" Kamu mengangguk. Pembicaraanpun terhenti. Suasana hening.
"Ayo kita makan, setelah itu aku akan kembali kekamarku." ucapmu sambil tersenyum.
Jungkook berdiri dan mengunci pintu kamarnya. Dia melepaskan jaketnya dan merengkuh tubuhmu, melumat bibirmu dengan kasar. "Eump— lepaskan!!!" ucapmu meronta.
"Tidak. Kalau kau masih berpura-pura, aku akan melakukan hal yang lebih dari ini. Aku tau kau merindukanku, akupun sangat merindukanmu." bisik Jungkook.
Tubuhmu terasa sangat lemas, bagaimanapun kamu meronta dan menolak tapi hatimu sangat menyambut sentuhan Jungkook. Hingga kamu tersadar saat ponsel Jungkook berbunyi.
"Aku tidak akan pergi, jadi angkatlah telfon dari istrimu." ucapmu mendorong Jungkook sekuat tenaga.
Jungkook sempat menolaknya, tapi setelah kamu meyakinkannya—Jungkook akhirnya mengangkat telfon dari So Hee. Tidak lama mereka berbincang, hingga Jungkook sudah berada di depanmu.
"Aku mengetaui hal ini dari Taehyung." Jungkook meraba tanganmu yang masih sedikit tersisa bekas sayatan. "Aku mohon jangan melakukan hal bodoh yang bisa merugikanmu." pinta Jungkook.
"Aku tidak melakukan ini karnamu. Jadi kau tidak perlu khawatir." ungkapmu.
"Tidak. Walaupun bukan karna aku, tapi aku tidak mau kau sampai menyakiti dirimu sendiri. Y/n ah, kau tau aku masih sangat menyayangimu."
"Tidak. Aku tidak tau dan tidak mau tau, Jungkookssi." Suaramu bergetar menahan amarah.
"Aku merindukanmu. Sangat-sangat merindukanmu."
Jungkook sengaja membuatmu marah agar semua yang ada didalam hatimu keluar, meluapkan kepada orang yang bersangkutan. Karna sebenarnya Jungkook tau tentang kebiasaan burukmu yang suka menyakiti diri sendiri serta memendam perasaan.
"Ya!! Jangan konyol. Tidakkah kau malu dengan apa yang baru saja kau ucapkan? Sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah!!! Jangan berani kau berkata merindukanku, atau apa? Masih menyayangiku?? Setelah apa yang kau lakukan kepadaku?" Airmatamu sudah tidak bisa ditampung. Mereka keluar membasahi pipimu.
"Kau tau bagaimana aku menata hati yang sudah kau remukkan? Bahkan mereka belum kembali seperti sempurna, dan sekarang kau ingin menghancurkannya lagi? Belum puaskah kau menyakitiku Jungkookssi?" lanjutmu.
Jungkook hanya berdiam diri mendengarkan semua amarah yang keluar darimu. Membiarkan semua kata kasar terarah kepadanya.
"Sudahlah. Meskipun banyak sekali pertanyaan yang ada didalam kepalaku, dan kau bisa menjawabnya. Itu juga tidak akan bisa membawamu kembali kepadaku. Kita memang tidak seharusnya bersama, tidak—seharusnya dari awal aku tau bahwa kau hanya mempermainkan aku."
Kamu melepaskan kalung yang selama ini melingkar di lehermu, memberikan cincin yang pernah Jungkook berikan kepadamu. "Aku tidak pantas menerimanya." ucapmu.
"Kau bisa membuangnya." Jungkook berbicara sangat lirih.
Kamu tersenyum. "Ya! Jeon Jungkook. Percayalah bahwa aku pernah mencobanya, dan itu tidak berhasil. Aku memungutnya kembali dari tempat sampah. Ini adalah barang yang harganya tidak murah, dan kau membelinya dengan kerja kerasmu. Jadi aku hanya perlu mengembalikan ini kepadamu. Tolong terimalah."
"Y/n ah, tidak bisakah kau memanggilku seperti dulu?" pinta Jungkook merasa asing dengan cara bicaramu yang sedikit formal.
"Sayang? Jungkook ah? Apa kau sangat ingin mendengarnya?" Sindirmu sambil tertawa.
"Baik. Jungkook ah, aku tulus berharap dengan kebahagiaanmu— Ji Woo, dan keluarga kecilmu." Senyummu terlihat menyakitkan.
Kepala Jungkook tertunduk, tak tau lagi apa yang harus dikatakan kepadamu. "Malam ini, bisakah malam ini kau menghabiskan waktu denganku?"
"Tidak." jawabmu tegas. "Setelah menghabiskan makanan ini, aku akan kembali ke kamar. Selama itu kau bisa berbicara santai denganku, jangan lagi membahas hal ini. Bagaimana?"
Jungkook mengangguk. Hanya dua mie instan serta beberapa dumpling tidak akan membutuhkan waktu 20menit untuk menghabiskannya.
Namun baik kamu ataupun Jungkook sengaja memakan makanan itu dengan sangat pelan. Tenggelam dalam pikiran masing-masing membuat waktu berjalan sangat cepat.
Sudah lewat tengah malam sampai makanan itu habis. Kamu membuang nafas beratmu. "Apakah aku boleh kembali ke kamar? Aku tidak mau temanku teeganggu dengan kedatanganku." ucapmu sambil berdiri membereskan meja.
"Y/n ah, bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kali?" Kamu mengangguk dan merentangkan tanganmu.
"Kau tau cincin berlian yang kuberikan untukmu? Cahayanya sama sepertimu, indah dan cantik. Jadi, berjanjilah bahwa kau akn selalu bahagia, oh?" Untuk terakhir kalinya kamu membiarkan dirimu memeluk Jungkook.
Pria yang memberikan kehangatan, pria yang memenuhi hatimu dengan perasaan cinta dan sayang. "Ehm." jawabmu.
Tidak ada yang bisa melepaskan pelukan itu dalam beberapa waktu. Rasa sayang Jungkook kepadamu melebihi rasa sayangnya kepada So Hee. Namun jalan yang akan kalian tempuh sudah berbeda dan tidak bisa dirubah.
Jungkook menyimpanmu di sudut hatinya yang terdalam. Membiarkannya bertahan selama mungkin. Begitupula denganmu.
- the end -
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Then (Jungkook)
Fanfiction"Y/n berhenti menggodaku!!" ucap Jungkook membuatmu bingung. Telunjuknya yang panjang sedang membersihkan lipstick yang berantakan di sudut bibirmu. "Jangan menggigit bibirmu, kau tau itu pelanggaran!!" godanya sambil mengecup lagi bibirmu. "Padahal...