Hai! Cerita ini aku tulis untuk meramaikan event Chanrosé, cerita ini ringan banget! Semoga kalian menikmati ceritanya.
Kalau suka, tinggalkan vote dan komentarnya yaaa<3
Happy reading!
- Secretary Park -
Chanyeol meneguk habis sisa wine di tangannya. Sekarang ia tak peduli pada apapun lagi. Ia hanya butuh ketenangan, ia butuh penenang. Meski jalan yang dipilihnya adalah sebuah kesalahan.
Ya, pergi ke club untuk menenangkan diri itu jelas keputusan yang salah. Karena bukannya menyelesaikan suatu masalah, yang ia lakukan malah memperburuk keadaan dan merepotkan banyak orang tentunya!
"Yaak! Park Chanyeol kau ini payah sekali!" Sehun yang sedari tadi mendampingi berdecak kesal sembari menoyor kepala sahabatnya yang kini tak lagi dalam kesadaran penuh.
Payah! Sehun menyebutnya payah karena Chanyeol sudah mabuk padahal baru meneguk beberapa gelas wine saja.
Sehun sendiri kesal, salah satu sikap Chanyeol yang tidak dia suka adalah seperti ini. Bertingkah sesukanya, memaksakan kehendaknya, tidak suka penolakan dan intinya sesuka dirinya, kadang dirinya tak mementingkan orang lain padahal dirinya sendiri tak bisa hidup tanpa orang lain. Dasar Park Chanyeol!
"Rose! Cepatlah kemari, bos mu ini sudah hampir mati disini, bergegaslah!" Sembari menelfon Sekretaris Chanyeol. Sehun melangkah keluar dari ruang VIP ini menuju pintu utama agar mudah menemukan Rose nantinya. Meninggalkan Chanyeol sendiri disini, ia bergegas.
Sementara di tempat lain.
Rose berusaha menetralkan napasnya yang memburu, kini perempuan itu tengah dalam perjalanan ke club yang lokasinya sudah Sehun kirimkan sebelumnya.
Katanya Chanyeol disana, kondisinya tidak baik-baik saja. Ya ampun Chanyeol! Rose terkejut bukan main, apalagi malam-malam begini, sungguh dia adalah definisi Bos yang sangat merepotkan!
Sesaat setelah taksi yang ia tumpangi berhenti, bergegas ia memasuki club yang memang terlihat sangat ramai sekali malam ini, ataukah, club memang seperti ini? Ah! Entahlah, dirinya tak perlu memikirkan itu, kan? Rose hanya perlu mengangkut Chanyeol dari sini secepatnya. Sebelum berita mabuknya Direktur besar itu di input dan disebarkan oleh media. Tentu hal itu tidak boleh sampai terjadi.
Rose mempercepat langkahnya, ia melihat Sehun yang tengah berdiri di depan sana, dia mondar-mandir seperti menunggu sesuatu. Rose pergi menghampirinya dengan berlari kecil.
"Rose! Kau, lama sekali!" Sehun yang menyadari kehadiran Rose lantas menarik tangan perempuan itu berlari memasuki sebuah ruangan lantai atas, tempat dimana Chanyeol berada.
Saat masuk ke ruangan ini, Rose sedikit tersentak. Dia, ah maksudnya Chanyeol memang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja! Chanyeol terduduk dengan kepalanya yang tersungkur di atas meja, Rose mendekatinya, mengangkat sedikit wajahnya agar bisa jelas ia lihat.
"Apa yang terjadi dengannya?" tanyanya pada Sehun namun masih tak mengalihkan atensi pada Chanyeol di depannya. Rose sungguh khawatir sekarang.
"Aku tidak tahu," tutur Sehun dan Rose mengangguk.
Kembali ia memandang Chanyeol lekat. Entah ada masalah apa tapi setahunya Chanyeol tak pernah datang ke club walau sekedar bermain-main. Dia bukan tipe lelaki seperti itu. Tapi kenapa dengannya kali ini? Tangan Rose refleks menyentuh dahinya, memastikan kembali kalau Chanyeol baik-baik saja, dan harus baik-baik saja.
"Apa kau hanya menonton disitu?" Rose memutar matanya kepada Sehun yang sedari tadi hanya mematung dibelakang mereka. Pria tinggu itu nampak tak berniat membantu sama sekali padahal Rose tengah kesusahan merangkul Chanyeol yang badannya sudah pasti lebih besar darinya. Dasar!
Sehun terkekeh kecil lalu mulai bergerak saat Rose instruksikan, mereka sekarang menuntun Chanyeol berjalan keluar dari ruangan ini dengan perlahan.
"Bawa ke mobilnya," ucap Sehun dan Rose setuju saja.
"Dia berat juga, huhhh." Sehun nampak mendengus kesal, dan Rose menggelengkan kepala sembari terkekeh kecil melihat pria itu mengeluh. Dia ini sahabat baiknya Chanyeol, tapi teman Rose juga. Mereka pernah berada di kelas yang sama waktu SMA dulu, dan sekarang mereka dipertemukan lagi, ahh dunia ini memang sempit, bukan?
Sepuluh menit berlalu, Chanyeol akhirnya berhasil mereka posisikan di kursi depan mobilnya.
"Kau bisa menyetir mobil kan?"
"Ya, tentu saja," sahut Rose antusias.
___
Rose terlihat masih setia menopang tubuh Chanyeol agar tak terjatuh. Tangannya memencet tombol angka di lift agar bisa membawa Chanyeol ke lantai atas dimana kamar pria itu berada. Tapi lihatlah betapa sulitnya ia melakukan hal ini sekarang.
"Hufttt!"
Jika bukan karena keselamatan dan harga diri Bos nya ini, entahlah Rose sepertinya harus berpikir dua kali untuk melakukannya. Ini melelahkan, sungguh.
Rose menghela napas panjang. Sekarang ia terlihat berjalan lebih pelan, mengabsen satu per satu nomor di pintu kamar dan mencari kamar milik Chanyeol tentunya.
Room 203. Rose kemudian memasukkan digit password kamar Chanyeol yang memang diketahui olehnya.
Setelah pintu berhasil dibuka, dia segera menuntun dan membaringkan Chanyeol ke kasur. "Ahhh akhirnya," ucapnya lega. Tak lupa Rose mengambil selimut di lemari, kemudian menyelimuti tubuh pria ini agar bisa beristirahat dengan nyaman.
Rose mendudukkan dirinya di tepian kasur, kedua manik hitamnya memandang lekat pada pria 27 tahun yang sedang terlelap di alam mimpinya ini.
Deruan nafasnya terdengar teratur, wajahnya tetap terlihat tegas meski kondisinya tak sepenuhnya stabil. Tangannya kembali menyentuh dahi pria ini, lengkungan di sudut bibirnya juga terangkat otomatis kala ia memperhatikan wajah Sajangnim nya ini dari dekat.
Rose suka dengan pemandangan ini, entah mengapa jadi begitu nyaman untuk di pandang. Tapi, mengingat bahwa pria ini telah punya seseorang dihatinya membuat Rose dengan segera menjauhkan tangannya. Ia melupakan hal yang paling penting. Dia hanya sekretarisnya, dan posisi Chanyeol jauh lebih tinggi di atasnya.
"Tidurlah dengan tenang, Sajangnim," ucapnya seraya sedikit menunduk. Dengan cepat ia meninggalkan tempat ini.
BERSAMBUNG!
See you next chapter!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary Park #ChanRoséCreationFest ✔
Fanfic🏅3rd Winner AU | Romance | #Monochromance. 28/11/21 Rose menyimpan perasaan untuk orang yang tak bisa ia gapai. Namun semuanya berubah, saat laki-laki itu mengatakan kalau dia juga mencintainya. "Berhenti memanggil calon suamimu begitu! Sekretari...