Karena pada dasarnya, kita memang sudah ditakdirkan untuk bertemu.
***
"Ira sayang, nanti pulang sekolah tolong anterin alat masak yang di dalam lemari makan ya?" ucap Brita yang tengah memoleskan riasan ringan di wajah.
"Dianterin kemana, Mah?" jawab Liora sambil mengepang rambutnya.
"Itu di dalam paper bag nya ada alamat, kamu ke sana aja ya."
"Iya siap!"
Brita menggandeng lengan Liora sampai depan gerbang rumah, membiarkan anaknya masuk ke dalam mobil yang sudah terisi dengan supir pribadi. Liora mencium tangan ibunya, bergantian dengan Brita yang juga mencium pipi Liora.
"Mamah pulangnya jangan kemalaman loh ya, kalau belum makan nanti bilang sama aku, oke??" ujar Liora khawatir.
"Iya-iya, pasti mamah kabarin tiap waktu." Brita terus meyakinkan anaknya untuk tidak khawatir, meskipun sebenarnya itu adalah hal wajar bagi mereka.
Setelah melambaikan tangan, Brita memutuskan untuk duduk di ayunan di taman halaman depan rumahnya. Wanita karir itu memiliki jadwal meeting sampai malam, itu sebabnya dia meminta Liora mengantarkan pesanan dari salah satu mahasiswa kampus.
Dahulu di ayunan itu, Brita pernah menghabiskan bertahun-tahun hidup dengan sosok lelaki yang sangat dia cintai. Meskipun kini hal itu mungkin tidak akan pernah terjadi lagi. Bagaimanapun juga, Brita senang dengan kesehariannya sekarang.
Tak lama, sebuah mobil putih berhenti tepat di depan rumah Brita. Tentu saja hal itu menyita perhatiannya, dia segera berdiri dan menyambut rekan kerjanya itu.
"Selamat pagi, Nona Brita. Maaf sedikit terlambat," ucap lelaki yang baru saja keluar dari dalam mobil.
"Pagi Tuan Ardhias, iya nggak apa-apa, ini nggak terlambat kok," jawab Brita ramah.
Lelaki itu tersenyum. "Silahkan masuk, semoga kita menjadi rekan tim yang baik," ucap Ardhias sambil mengulurkan tangan.
Brita menatap uluran tangan itu sejenak, sebelum akhirnya menjabat tangan itu dengan senang hati. "Tentu."
***
Perpustakaan siang itu tampak lenggang dengan beberapa gelintir siswa yang berdiri di hampir setiap deretan rak. Ada juga yang bergelut dengan buku tebal, atau sekadar ingin rebahan sambil menikmati sejuknya udara AC.
Sementara itu, Viola ketar-ketir di tempatnya begitu mendengar bahwa Gevan mengajaknya untuk mengumpulkan buku-buku latihan simulasi tempo hari. Gadis itu panik bukan main, alasan apa yang harus dia berikan?
"Beneran lo nggak bawa buku nya?" Gevan melirik Viola yang sejak tadi hanya diam membatu.
"Sekarang terakhir di kumpulin, kalau lo nggak ngumpulin juga, bisa kena denda," lanjutnya.
Terakhir? Itu artinya Liora juga akan mengumpulkannya hari ini.
Viola menengok ke sekitar perpustakaan, tidak ada tanda-tanda kemunculan Liora. Mungkin saja dia belum mengumpulkan?
"Em, sebenernya gue takut buat bilang..."
"Kenapa? Nggak usah takut, biasanya waktu simulasi lo banyak ngomong tuh," celutuk Gevan yang behasil membuat Viola gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOUSE ; JaeMinju [TELAH TERBIT]
Teen Fiction❝ Maaf, aku telah salah memilih perahu dalam pencarian samudra bernama "kamu". ❞ Gara-gara kemalasan Viola yang bolos mengikuti simulasi ujian sekolah, Liora menjadi terseret untuk menggantikan posisinya. Dia harus memakai identitas palsu milik Viol...