Percayalah, kamu akan
selalu menjadi bagian dari
hidupku yang tak ternilai.***
Rabu setelah istirahat kedua, Diran bersama Azraf mengumpulkan seluruh peserta simulasi ujian untuk berada di perpustakaan. Kedua guru itu membagikan brosur mengenai sebuah agenda.
Awalnya para siswa itu mengeluh, mengapa harus berkumpul di siang bolong seperti ini. Apa lagi jika mata pelajaran selanjutnya adalah pelajaran yang benar-benar hots.
"Jangan ngeluh, nanti nyesel loh kalian nggak ikut kumpul," ujar Diran sambil membagikan lembaran satu per satu.
"Ini itu kesempatan emas buat kalian, jangan disia-siakan dong," timpal Azraf berusaha menyemangati.
"AAAA?! SERIUS, BU?!"
Yang pertama menyadari adalah Liora. Perempuan itu sampai melotot dan terjingrak saking terkejutnya. Mulutnya terbuka, menatap Diran dan Azraf bergantian.
Hal itu tentu saja mengundang rasa penasaran siswa lain. Mereka sama terkejutnya, bahkan ada yang terdiam karena belum mencerna apa yang tertera di sana.
"Wah! Kalo beneran gini sih gue nggak nyesel ikut simulasi."
"Iya, liat aja, gratis!"
"Fasilitasnya banyak banget."
"Kenyang ini mah!"
"Hei, hei! Tenang! Ini semua benar, pihak sekolah juga sudah menyetujuinya dan akan membiayai kebutuhan umum kalian di sana. Kecuali jika itu kebutuhan pribadi, maka kalian sendiri yang harus bayar," ucap Azraf menjelaskan dengan lantang.
"Wes, gampang! Ora usah jajan, duit aman (nggak usah jajan, uang aman)."
Diran terkekeh, "Celo, awas loh ya, kalau nanti di sana malah ngerengek minta beli oleh-oleh."
Di samping keributan dari hal membahagiakan itu, ada Gevan yang juga diam-diam tersenyum. Lelaki itu menatap Liora di samping, dia tengah mengoceh dengan temannya, saling berbagi rencana.
Padahal di dalam pikiran Gevan, dia juga sudah menyusun rencana. Apa saja yang akan dia lakukan nanti bersama Liora, bagaimana cara mereka menghabiskan waktu, atau hal menyenangkan apa yang bisa dijadikan kenangan di sana.
"Tapi, Bu, kenapa kita liburannya ke pantai?" tanya Liora.
"Karena pantai itu bisa untuk apa saja. Refreshing, bermain, olahraga, dan lain-lain," Diran menjawab.
"Teru, kenapa kita ke pantai ini?" lanjut Celo yang kembali berkata.
Azraf diam sejenak, "karena Pangandaran punya sisi tersendiri untuk mengukir kenangan yang abadi."
***
Kira-kira pagi hari seperti biasanya, namun pada suasana yang tidak biasa. Bus pariwisata berada di halaman sekolah, mengundang perhatian siswa yang baru datang untuk menuntut ilmu.
Terkecuali siswa yang mengikuti simulasi ujian. Satu per satu mereka datang dengan koper dan ransel, memakai pakaian santai yang beraneka ragam. Seperti Celo, lelaki gendut yang menggunakan syal padahal matahari sedang terik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOUSE ; JaeMinju [TELAH TERBIT]
Ficção Adolescente❝ Maaf, aku telah salah memilih perahu dalam pencarian samudra bernama "kamu". ❞ Gara-gara kemalasan Viola yang bolos mengikuti simulasi ujian sekolah, Liora menjadi terseret untuk menggantikan posisinya. Dia harus memakai identitas palsu milik Viol...