15. Kembali Berdamai

557 136 28
                                    

Di malam yang sama, seorang gadis dengan langkah tertatih menyusuri trotoar sembari memegang sekantung plastik roti. Dia baru saja membelinya di kedai terdekat usai mengganti perban di kakinya.

Viola tersenyum tipis, setelah meyakinkan diri akhirnya gadis itu mau menjenguk Liora. Dia hanya berharap gadis yang ingin dikunjunginya belum tidur, meskipun dia tahu ini sudah cukup larut untuk sekedar mengintip dari bilik rumah sakit.

Perempuan itu sedikit terkejut saat sebuah motor berhenti tepat di sampingnya. Jelas dia tahu betul motor siapa itu, bentuk dan warnanya sudah dia hafal di luar kepala. Viola berhenti, dia menatap heran pada lelaki di hadapannya.

"Belum kapok lo? Malem-malem gini keluar sendirian, kalo ada apa-apa gimana?" ucap lelaki itu sambil melepas helmnya.

Viola tidak menanggapi, dia melanjutkan langkahnya dengan sedikit tergesa, biarlah rasa sakit di kakinya bertambah daripada meladeni lelaki yang menurutnya sangat gila.

Fayyadh ikut melajukan motornya, menjajarkan dengan langkah Viola. "Gue ngomong sama lo."

Viola mendengus malas, "gue yang nggak mau ngomong sama lo."

"Kenapa?"

"Lo nyadar nggak sih? Semua kekacauan yang terjadi sama gue dan Liora itu karena siapa? Itu karena lo," ujar Viola yang terlanjur kesal dengan ketidakpekaan Fayyadh.

Lelaki itu menggaruk tengkuknya, tetap memandangi Viola yang terus saja berusaha menghindarinya. "Gue tau gue salah. Lo nggak mau nanya gue abis dari mana?"

"Nggak."

"Kenapa?"

"Lo nggak penting." Fayyadh terbelalak tak setuju, "gue abis nemuin Liora, dia udah maafin gue. Jadi lo nggak bisa diemin gue terus, Vi."

Viola menatap Fayyadh curiga, "yakin lo? Jangan bohong."

Lelaki itu mengangguk penuh. Sadar bahwa Viola menahan sakit di kakinya, Fayyadh menarik pelan tangan tangan gadis itu, menuntunnya untuk duduk di boncengan.

"Nggak usah nolak, sini gue anterin. Lo mau ketemu Liora kan?" ujar Fayyadh sembari membantu Viola duduk di motornya.

"Gue... sendiri aja. Bisa kok," tolak Viola. Awalnya gadis itu tidak mau diboncengi, tetapi karena perlakuan Fayyadh yang benar-benar lembut, akhirnya dia mengiyakan.

Motor itu melaju dengan kecepatan normal, tidak seperti beberapa hari yang lalu ketika dia membawa kabur Liora. Motornya pun bukan motor yang sama. Siapa yang tahu Fayyadh di kota ini? Ketua Landscape yang bahkan memiliki garasi sendiri untuk koleksi motornya.

Sepanjang perjalanan, Viola hanya menikmati angin tanpa berkata apapun. Ini bukan kali pertamanya dia diboncengi oleh Fayyadh. Jika dilihat-lihat, mereka memang sudah dekat sejak Viola memiliki urusan dengan Landscape.

"Fay," panggilnya.

"Hm?"

"Di motor ini... udah berapa cewek yang lo boncengin?"

Fayyadh tertawa renyah, "berapa ya? Gue lupa, lumayan banyak sih."

Viola ikut terkekeh, kemudian dengan refleks menabok bahu lelaki di hadapannya. "Lo tuh ya, dasar buaya."

"Buaya gini juga tetep ganteng kok," celutuk Fayyadh yang kembali mendapat geplakan super kuat di helmnya.

***

Mereka tiba di rumah sakit jam sepuluh malam, sekali lagi Fayyadh membantu Viola untuk turun dari motornya, menemaninya berjalan hingga lobby rumah sakit.

MOUSE ; JaeMinju [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang