Seluruh alur, peristiwa, tempat, adalah fiksi. Dimohon untuk bijak dalam membaca. Terimakasih, selamat membaca
"Chat dari siapa, Earl?"
Mata bambi itu menoleh ke asal suara, lalu kepalanya menggeleng pelan. Dirinya memberikan handphone dan menunjukkan isi dari pesan misterius itu.
Sebenarnya tak terlalu misterius, namun—
"Palingan dari murid yang naksir sama lo, haha."
Yang diajak bicara hanya mengangguk, sepertinya sudah saatnya ia mengganti nomor handphone nya lagi. Untuk kesekian kalinya. Sungguh, ia lelah mengganti nomor terus menerus, hanya demi menghindari pesan spam dari siswi-siswi yang naksir kepadanya.
"Gue laper, ayo ke kantin."
Laki-laki bermata Bambi itu menggeleng pelan, yang mengajak hanya mendengus pelan.
"Ayolah, Lucano Earl Nararya. Lambung lo ntar protes, ga dikasih makan."
"Ke kantin sendiri aja, kak. Males."
"Males aja terus."
Setelahnya, yang tertua hanya berdecak pelan, lalu badannya berdiri tegap. Kaki jenjangnya melangkah keluar, meninggalkan Earl dikelas sendiri. Ini memanglah sudah jam istirahat, para murid mengungsi ke kantin untuk menuntaskan rasa lapar mereka. Sementara Earl sendiri, dirinya tetap sibuk dengan benda persegi panjang berwarna hitam nya itu. Bukan apa, dirinya hanya malas untuk ke kantin.
BRAKK!!
"ASTAGA KAK RADYTA!! GAUSAH KERAS-KERAS KALO BUKA PINTU!!"
"RADYTA! SINI LO ANJIR!"
Laki-laki bongsor tersebut hanya bisa menghela nafas setelah berteriak seperti itu. Untung saja keadaan kelas itu sepi, jadi tidak akan ada yang terganggu dengan teriakannya.
Sang pelaku pendobrak pintu tadi hanya cengengesan, ia mulai duduk disebelah yang termuda. Laki-laki dengan name tag Sadana Radyta Tristan itu mengeluarkan cemilan yang ia bawa, lalu memakannya.
"Ada apa kakak datang kemari?"
Radyta dengan mulut penuh makanannya, dia menoleh kearah Earl.
"Ah, cuman numpang makan. Di kantin penuh, sesak. Lo tau sendiri, Earl. Gue agak benci sama kesesakan."
Setelahnya, kepala Radyta dipukul dengan sedikit keras. Itu mengakibatkan dirinya mengaduh kesakitan, mengusap kepalanya pelan dan tak lupa tatapan sinis darinya. Laki-laki yang memiliki bahu lebar itu—sang pelaku yang sudah memukul kepala Radyta hanya mengangkat bahunya acuh, mulai duduk di belakang Earl dan memainkan benda persegi panjang miliknya.
Lalu, setelahnya datanglah 4 murid yang masuk ke kelas itu. Tentunya, mereka ini bagian dari kelas tersebut. Mereka mulai duduk ditempat masing-masing, menikmati makanan dan minuman yang telah mereka beli. Suasana kelas cukup tenang, namun itu hanya bertahan sementara. Karena setelahnya—
"Tumben lo semua makan dikelas?"
Salah satu dari mereka berempat hanya memutar matanya malas, "alasannya hampir sama kayak lo, kak."
"Ha? Alasan gue banyak, ry. Jadi, alasan gue yang mana?"
Laki-laki yang memakai kacamata sekaligus pemilik paras cantik itu membuka mulutnya, "kantin terlalu ramai, kak Radyta. Jadi, kita mengungsi makan kesini."
Radyta mengangguk, "nah gitu, kayak Keithan dong kalo ngasih penjelasan. Dasar."
Kelas itu kembali menjadi hening, tidak sepenuhnya hening namun mereka kembali sibuk dengan makanan mereka. Tidak mereka semua sibuk dengan makanan mereka masing-masing, Earl contohnya. Dirinya sibuk membuat penanya menari-nari diatas bukunya, bukan mencatat pelajaran atau lainnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
In The Silent Night Chap 1 : A Game || Revisi
Fanfiction[Discontinue] Sesuatu terjadi, ditengah malam yang sunyi. Hanya suara makhluk malam, dan angin dingin yang berhembus. Ketika semua terjadi dengan cepat, disaat malam yang sunyi. Berawal dari seorang Lucano Earl Nararya, yang mendapatkan pesan mister...