Bagian 2

18 9 10
                                    

Semua yang terjadi dalam cerita ini hanyalah fiksi, jika ada kemiripan baik dalam sisi nama, tempat, kejadian dan sebagainya mohon maaf. Semua alur adalah hasil dari ide saya sendiri. Selamat membaca.



























"Woah, Kei! Pada akhirnya lo ikut juga, khh~"

Yang disebut namanya hanya bisa melontarkan senyuman andalannya. Setelah mendapat pesan misterius itu, mereka memutuskan untuk mengikuti acara survival itu. Tentunya, karena hadiah yang sangat menggiurkan bagi mereka. Siapa yang tidak ingin mendapatkan beasiswa?

"Semuanya udah siap?"

"SIAP."

"Tikar? Alat buat ngelindungin diri sendiri? Jaket?"

"UDAH SEMUA, KAK LYMAN!"

Lyman mengangguk mantap, lalu menginstruksikan mereka masuk kedalam mobil. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, baik orang yang ingin ikut atau benda. Merasa tak ada yang janggal, akhirnya Lyman masuk kedalam bagian mengemudi mobil.

Ya, dirinyalah yang akan menyetir untuk pergi kesana.

Omong-omong, kenapa harus bawa tikar?

Ini ide Radyta. Karena ia dapat kabar dari pihak sekolah bahwa mereka akan libur selama seminggu karena sebuah alasan, dan pihak acara survival yang akan mereka datangi ini mengatakan bahwa waktu untuk mengikuti acara ini selama 4 hari.

Jadi, mereka membawa baju-baju yang dibutuhkan, tikar untuk persiapan tidur nanti. Namanya saja acara survival, pasti tidak akan menyediakan villa untuk mereka tidur.

Selama perjalanan mereka sibuk menyalakan lagu-lagu beraneka genre, mulai dari lagu klasik, Hip-hop, dan genre yang menurut mereka cocok untuk menemani perjalanan mereka. Kadang, mereka juga akan ikut bernyanyi sesuai lirik lagu yang mereka mainkan.

Namun, di dalam mobil hanya 2 orang yang nampak terdiam. Termenung, seperti tengah memikirkan sesuatu, atau merasa akan ada sesuatu yang terjadi. Namun, mereka tidak tahu itu apa.

Keithan yang sedari tadi asik bernyanyi, merasa aneh saat Avaneesh hanya diam saja. Dirinya tahu, Avaneesh ini orang yang irit bicara. Namun setidaknya, laki-laki pucat di sebelahnya ini tersenyum atau ikut menikmati lagu yang dimainkan. Tapi ini tidak.

"Kak?"

Hening, Avaneesh tetap bergeming. Lebih tepatnya, ia masih sibuk melamun.

Keithan pov.

Aku merasa aneh dengan Fayyath dan kak Avaneesh yang sedari tadi hanya diam termenung. Aku sangat mengenal mereka, apalagi Fayyath. Dirinyalah yang akan menjadi orang paling berisik jika di saat-saat begini, tapi ini tidak. Dan kak Avaneesh juga, setidaknya ia mengetarakan bahwa ia ikut menikmati musik.

Mereka berdua kenapa?

Karena aku duduk di belakang bersama mereka berdua, dan di depan ku ada Earl dan kak Radyta tengah asik bernyanyi. Aku menoleh kearah Fayyath dan kak Avaneesh secara bergantian.

Aneh.

Tanganku terangkat, mulai melambaikan tanganku di depan wajah kak Avaneesh. Mencoba menyadarkannya.

"Kak Avan?"

Netraku menangkap kak Avaneesh terkesiap, lalu menoleh ke arahku. Tadi itu seperti jiwa kak Avaneesh melayang sejenak, lalu kembali ke raganya.

"Kak Avan ngelamunin apa? Ada masalah?" Ujar ku dengan pelan, aku tak ingin merusak kesenangan yang ada di depan.

Yang aku dapatkan hanya gelengan dari laki-laki berkulit pucat itu. Kini aku berbalik dan menatap Fayyath, mata bak elangnya itu seperti tengah melihat sesuatu.

In The Silent Night Chap 1 : A Game || RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang