【CHAPTER 5】

3 0 0
                                    

- THE  DAY  I  DIE -

Beberapa bulan berlalu...

Sekarang sudah bulan Juli.

Aku tidak jadi mengikuti kelas lanjutan seperti yang disarankan oleh Varesa karena sepertinya ayah terlalu sibuk untuk menandatangani surat permintaannya.

Permintaan agar aku masuk ke sekolah yang berisikan remaja berumur 14 tahun. Dan aku masih berusia 7 tahun setengah. Bayangkan saja apa yang akan terjadi, aku akan sangat mencolok dan menjadi sorotan seluruh sekolah.

Untung saja hal itu tidak terjadi.

Letha membangunkanku tepat pukul 6:30, berbeda dengan biasanya, setelah sarapan, ia langsung memintaku untuk membersihkan diriku, hari ini merupakan hari penting. Karena hari ini aku akan keluar istana.

Hari ini merupakan hari pertamaku sekolah.

"Apa pangeran sudah siap untuk hari pertama sekolah?" Letha membuka payung yang sudah ia bawa dari tadi, langit mulai mendung, aku bisa merasakan rintik-rintik air mengenai telapak tanganku.

kami sampai di gerbang istana, sudah ada kereta kuda yang menunggu kami. ada 4 kuda yang menarik kereta kuda itu, semuanya berwarna putih bagaikan salju di musim dingin. Kereta itu dicat coklat tua dengan ukiran cantik di sisi-sisinya.

"Silahkan naik pangeran". Aku naik. diikuti dengan Letha yang kemudian menutup pintu kereta kuda dari dalam. Hanya kami berdua dan pak kusir diluar mengatur kuda-kuda yang menarik kereta ini.

Letha mengetuk kaca dua kali, kemudian kami berangkat.

"Letha, apakah perjalanan ini akan lama?" Tanyaku sambil melihati beberapa rumah yang kami lewati.

"Tidak pangeran, kita akan sampai sepuluh menit lagi".

Aku terus melihat keluar jendela, banyak orang berlari pelan mencari tempat untuk berteduh. Hujan yang tadinya merupakan rintik-rintik air, sekarang sudah menjadi hujan deras. Aku penasaran apa pak kusir baik-baik saja.

Ada banyak bangunan tinggi berjejer di pinggir jalan raya. Jalanan bata yang membentang luas. Banyak kereta kuda lainnya yang berlalu lalang, dengan pasti menuju tempat tujuan mereka masing-masing. Orang-orang yang tadinya berjalan santai kini berlarian mencari tempat untuk berteduh. Kebanyakan mereka berteduh di depan ruko-ruko atau pub agar tidak basah kehujanan. 

Beberapa menit berlal, kami akhirnya sampai.

Zasha pernah bilang bahwa sekolah yang dihadiri keluarga kerajaan merupakan sekolah khusus para bangsawan, seluruh siswa/siswi yang bersekolah disitu merupakan keturunan langsung dari para petinggi kerajaan Oveera.

Letha turun terlebih dahulu, ia membuka payungnya. Kemudian berbalik dan menjulurkan tangannya kepadaku."Silahkan pangeran".

Aku meraih tangannya, kami pun turun. Hujan masih deras, Letha mengetuk pintu kereta dua kali, kemudian kereta kuda itu pergi.

Letha memayungi diriku, pundak kanannya terlihat basah. Kami berjalan melewati taman kecil yang ada di depan sekolah. Ada air mancur kecil di tengah-tengahnya diatas air mancur itu terdapat patung malaikat dengan sayap dibentangkan, dan kedua tangannya diangkat kedepan seperti memegang sesuatu. Kemudian kami sampai di Aula utama.

Seorang pria dengan jas resmi mendekati kami, "Maaf, tapi wali hanya bisa menemani sampai disini. Selebihnya yang mulia tidak boleh ditemani".  Aku tersenyum, "Baiklah". Kemudian pria itu membungkuk. "Mari ikuti saya". Tanpa basa-basi, aku meninggalkan Letha. Ia memanduku menuju tempat dimana siswa baru berkumpul. Aku menoleh kebelakang. Letha tersenyum kecil sambil melambaikan tangannya.

Oveera Prince & The 11th KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang