26 Baik-baik saja (☉。☉)?

1K 133 22
                                    

Kandungan Riki menuju 7 bulan semua berjalan dengan baik tanpa halangan, Sunoo benar-benar menjaganya dan lebih sering menghabiskan waktunya bersama suami kecilnya.

Pasusu itu sama sekali tidak beranjak dari ranjang sejak pagi. Hari libur memang waktu yang pas untuk bermalas-malasan.

Sunoo mengusap lembut perut bulat buntalannya. Menempelkan telinganya keperut Riki.

"Dede bayinya tumben diam, biasanya dede bayinya suka tendang-tendang"

"Mungkin dede bayinya ga mau bundanya capek jadi diem"

Baru sedetik Sunoo mengatakannya tepat ditelinganya menempel ia merasa tendangan lucu. Sunoo sedikit tersentak memegangi telinganya.

"Dede bayinya nendang kenceng banget dek kaget mas"
"Iya? Mungkin dede bayinya ga suka sama mas soalnya mas jelek"

"Apa hubungannya? Gini-gini juga aku yang buat dede bayinya"
"Adek juga ikut buat!"

Sunoo jengah mendusalkan wajahnya diperut Riki kembali terbaring memeluk pinggang Riki. Malas berdebat.

"Kak"
"..."

"Sun"
"..."

"Kim Sunoo"
"..."

"Mas onu"
"Dalem sayang?"

"Ish ngeselin"
"Kan mas udah bilang mulai sekarang pake mas-adek"

Riki menatap julid suaminya pengen nyakar mukanya tolong 🙏

"Utuutu lucu banget sih kalo ngambek sini mas cium"

Sunoo mengecup wajah Riki terakhir menempelkan bibirnya ke bibir tebal mengerucut lucu.

Sebuah kecupan manis itu berubah menjadi ciuman dengan lumatan lembut membuat si kecil menggeliat.

Sunoo melepas tautannya menatap sendu sang suami kecilnya mempertemukan hidung keduanya.

"Dek katanya ngewe bisa nglancarin besok lahiran"
"Adek tahu, dikasih tahu papa kuki"

"Jadi.. kakak boleh?"

Riki mengangguk kecil membiarkan suaminya melakukan apa yang ia mau, toh mereka sudah menikah. 🐆💨

"Mas.. pelan-pelan kasian dede bayinya.."
"Huum"

Suara tv yang menyala tergantikan oleh suara rintihan halus dan decitan ranjang menjadi sound eksotis memenuhi ruangan. 🐆💨

—:—

Sore hari pasusu memilih untuk jalan-jalan sore dekat apart takun buntalannya kecapekan, disinilah sekarang Sunoo duduk dengan damainya menunggu pesanannya bersama Riki.

"Huh gorengannya masih lama pak?"
"Sabar dek, goreng gorengan juga butuh effort, waktu, dan tenaga biar enak"

Riki mengerucutkan bibirnya mencebik kesal capek dia tuh duduk ditempat sempit lebih tepatnya angkringan.

Awalnya Sunoo nolak kasian Riki susah duduknya tau sendirilah angkringan tu tempatnya segede apa, Rikinya aja yang ngotot pengen mam nasi kucing pake gorengan anget 😴

"Mam aja dulu nasinya"
"Ndak mau! Mau nunggu gorengannya dulu"
"Ya udah sabar, dede bayi sabar sebentar lagi ya?"

Sunoo berbicara dengan perut Riki mengusapnya lembut.

Beberapa menit kemudian gorengannya sudah matang Riki langsung nyerobot ngambil.

"Masih panas dek pelan-pelan"

Riki tidak menghiraukannya pipinya menggembung menikmati makanan nya.

"Istrinya mas?" Tanya bapak-bapak pemilik angkringan
"E-eh iya pak"

"Sudah berapa bulan?"
"Oh itu jalan tujuh bulan"

"Saya tebak anaknya kembar nanti mas"
"Ada-ada saja bapak ini"

Sunoo terkikik renyah mendengar perkiraan bayinya kembar. Terakhir USG bulan kemarin bayinya cuma ada 1. Ya kalau betulan kembar juga gapapa.

"Dilihat perutnya lebih besar dari perut orang hamil pada umumnya, semoga istrinya lancar lahirannya ya mas"
"Amiin aja deh pak makasih doanya"

Sunoo memasukkan sesendok penuh pada mulutnya. Kemudian beralih menatap suami kecilnya. Matanya membelalak kaget bukan apa sih perasaan baru bentar ditinggal ngobrol udah abis 3 bungkus ..

"Dek..."

Riki ingin mengambil nasi bungkus keempatnya ditahan cepat oleh Sunoo. Riki menoleh menatap berkaca-kaca.

"Kenapa?.. adek mau lagi.."
"Sebenarnya mas ga bakal nglarang adek makan banyak... tapi dede bayinya kasian"

"Uh? Ih .. iya kasian dede bayinya.. dede bayi maafin bunda ya sayang"

Riki mengusap-usap perutnya sedih hampir saja ia melupakan bayinya. Sunoo tersenyum gemas mengusak surai lembut Riki.

"Sudah kan? Mau pulang sekarang?"
"Huum" Riki mengangguk lucu.

"Totalnya berapa pak?"
"Udah ga usah mas hitung-hitung bantuin orang hamil ngidam, istrinya juga lucu saya ga tega"

"Eh? Gapapa biar saya bayar"
"Ga usah mas, besok kapan-kapan aja mampir kesini"
"Ah .. terimakasih ya pak"

Sunoo tersenyum ramah membalas pemilik angkringan, Riki pun tersenyum senang mendekati pemilik angkringan badannya sedikit dicondongkan.

"ADEK!!"

Sunoo menyeretnya paksa ya kali ni bocah mau cium bapak-bapak angkringan pliss kalo aja Riki ga hamil udah mau dia ewein lagi biar tau rasa. 😊💔

"Kak"
"..."

"Kak Onu!!"
"Dibilang panggil mas susahnya apa si dek?"

"Ndak mauu, maunya kak"
"Ya udah jangan dekat-dekat mas"

"Dede bayi lihat ayah nakal besok kalo sudah besar pukul aja ya?"
"Heh!?"

"Apa!?" Riki ngegas menatap sengit Sunoo kemusuhan fiks.

"Gapapa, sini mas pijitin adek capek kan?"

Riki mengangguk setuju mendudukkan dirinya disofa membiarkan kedua kakinya bebas dipaha suaminya.

"Ngomong-ngomong kabar Kak Yuna gimana yah sekarang?"
"Dia udah tenang disana"

"Maksud kakak?"
"Yuna meninggal karena kecelakaan beruntun Minggu kemarin"

"Tjih jinjja!? Semoga Kak Una tenang disana dan ditempatkan ditempat yang mulia, amiin. Kak Onu ayo amiin"
"Males"

"AMIIN GAK!?"
"amiin"
"Nah gitu dong good boy"

"Adek mau ga kalau kita memperkerjakan bibi buat bantu adek beberes rumah?"
"Mau! Sekalian biar adek aja temennya kalau kakak kekampus atau kakak pergi ke kantor ayah"

"Oke besok kakak cari orangnya"
"Huum"

"Kak besok kalo dede bayinya lahir tapi aku belum sempat lihat bagaimana?"

Sunoo tertegun sejenak apa yang dimaksud suami kecilnya? Riki akan baik-baik saja sebenernya iya takut namun ia tetap berpositif thinking. Semua akan baik-baik saja.

"Adek ga boleh ngomong kek gitu, kamu bakal baik-baik aja percaya sama mas"
"Adek harap begitu.."

Tbc—

Book nya udah mau selesai guys 🐆
Stay healthy and happy satnight!
See you~





✓ Kak Onunya Iki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang