Harapan Paman

14 9 0
                                    

Pagi hari telah menyambutku dengan cahaya matahari yang menembus tirai putih tipis  melalui jendela kaca dan membuatku terbangun dari tidur. Hari inipun tidak berbeda dengan hari-hariku sebelumnya, baik saat aku tinggal bersama dengan Paman maupun tidak. Pagi hariku akan terus seperti ini hanya dapat menatap atap langit dan pintu berharap seseorang akan datang memanggilku dan menyuruhku untuk makan pagi bersama. Aku tahu aku tidak bisa berharap seperti itu karena akulah yang meninggalkan kehangatan itu dan lebih memilih tinggal sendiri, menjauh meninggalkan Ibuku. Jika aku ingin  mengulang waktu, maka itu adalah khayalan yang menjijikan. Tak pernah terbayang oleh ku jika aku akan kehilangan Ibuku secepat ini dan disaat usia ku ini aku mengharapkan  sesuatu yang sudah kutinggalkan sendiri sejak lama.

"Tok Tok" suara ketukan pintu.

“Reskya apa kau sudah bangun? Cepatlah keluar dan segera sarapan, Paman membuat telur rebus kesukaanmu!” panggil Paman dari balik pintu.
Mendengar itu aku tidak menjawab apapun hanya memandang pintu dan membayangkan jika saat aku membuka pintu maka Ibu akan tersenyum padaku dan berkata "Kau sudah bangun, segera keluar dan makan bersama dengan Ibu!" 

“Reskya apa  ka…” panggil Paman kembali saat tak menerima jawabanku.

“Aku segera keluar!” teriakku.

Saat aku tiba diruang makan, di meja sudah tertata rapi makanan yang terlihat sangat nikmat, melihat semua makanan itu aku memandang Pamanku mengenakan celemek hijau tanpa ekspresi dan segera mengambil kursi kosong yang berada didekatku.

“Kenapa kau melihat Paman seperti itu?” tanya Paman.

“Kenapa Paman memasak sebanyak ini untuk makan pagi, terlebih lagi kita hanya berdua?” tanyaku.

“Karena ini hari pertamamu dan pertama kalinya kau makan bersama dengan Paman disini" jawab Paman membukakan kulit telur, "Kau tidak pernah mau berkunjung kerumah Paman. Apa Paman ini sangat menakutkan bagimu sampai kau tak perna mau berkunjung?”

“Maaf! Tapi Paman tidak perlu berlebihan seperti ini” ucapku mengambil terus rebus yang telah dibersihkan oleh Paman.

“Sudahlah Paman melakukan ini karena Paman sangat senang, cepat makan setelah ini kau harus pergi ke kampus bukan!”

“Kampus? Apa maksud Paman?”

“Paman mendaftarkanmu menjadi mahasiswa semester awal, Paman akan mengantarmu.”

“Tunggu! Untuk menjadi mahasiswa dinegara ini tidak mudah. Bagaimana Paman bisa mendaftarkanku! apa Paman menyuap mereka?”

“Hei! Mungkin benar Paman bisa menyuap mereka, tapi itu hasilmu sendiri. Ibumu memberikan ijazah dan sertifikat mu dan Paman mendaftarnmu sebagai wali."

“Walaupun begitu bagaimana aku bisa terdaftar jika aku tidak mengikuti test?”

“Karena kamu memang cerdas Reskya, jadi bersiaplah dan pergi kekampus”

“Aku tahu Paman berbohong, aku tidak ingin keluar!"

“Reskya Paman ingin kau dapat beradaptasi dengan orang-orang, Paman tidak ingin kau sendiri, saat ini hanya Paman yang kau miliki jadi Paman mohon padamu dengarkan Paman sekali ini saja!” Ucapnya berharap.

Tanpa membalas perkataan Paman, aku hanya memandanginya dengan tatapan kosong. Aku berpikir perkataan Paman memang benar hanya Paman yang kumiliki saat ini entah apa yang akan terjadi di masa depan. Aku kehilangan Ibuku dan jika aku harus kehilangan Paman aku akan benar-benar sendiri. 

Akupun tersadar dengan lamunanku dan segera memakan makanan yang telah Paman siapkan. Makan pagi bersama ini terasa tidak asing bagiku, saat enam tahun  lalu aku meninggalkan rumah setelah makan pagi bersama dengan Ibuku. Aku tidak ingin hal itu terjadi dengan Paman aku tidak ingin jika Paman akan meninggalkanku juga. Saat itupula setelah aku menghabiskan makanan ku aku segera kembali kekamarku dan Paman hanya diam dengan menatap kepergianku dari ruang makan. Diriku mencoba memikirkan apakah aku harus terus hidup seperti biasanya atau mengikuti saran dari Paman?. Hingga akupun memutuskannya saat ini.

 “Ayo kita pergi!” ajakku membuat Paman tersenyum.

LIFE'S COMPANION : familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang