demam

130 3 0
                                    


Untuk hari ini, Raflan meminta izin kantor- tempat ia bekerja untuk tidak masuk hari ini. hingga lusa, jika mungkin.

Ia merasa bersalah, bahkan hampir panic. Saat meraba dahi Fitma yang panas, thermometer menunjukkan angka 38 derajat celcius. Iapun menyuruh sang Isteri bangun agar mengenakan pakaiannya. Sebelumnya Raflan mencoba melap tubuh Fitma dengan kain basah, mengeringkannya dengan handuk, walau tak seluruh tubuh. Sekedar wajah, leher, hingga tangan. Juga telapak kaki.

"makan dulu, yuk!" ajak Raflan setelah memasak semangkuk bubur, juga semangkuk sup sayur. Fitma menurut, ia bangun dan duduk diatas ranjang. Dengan sigap Raflan menempatkan bantal pada belakang tubuh sang Isteri.

Dengan pelan, ia menyuapi Fitma. Tiap sendok bubur hangat, Fitma mau menelannya tanpa mengeluh.

"mau sup juga?" tawar Raflan. Fitma mengangguk. Dan Raflan menyuapinya lagi. "setelah ini minum obat demam, ya." Ucapnya.

Ah, tubuhnya mendadak sakit semua setelah semalaman itu. pertama kali, sangat mendebarkan. Fitma malah merasa tak percaya, apa yang terjadi seperti mimpi. Tapi itu sungguh nyata dengan bukti yang ia rasakan saat ini.

Pinggulnya nyeri, hampir seperti gejala saat menstruasi. Juga... daerah kewanitaannya ngilu, dan ia menemukan bercak darah disana.

Semalam.

"dokter bilang, kamu harus pulih dulu..." ujarnya sambari mendorong sedikit Raflan manjauh darinya.

Dari dekat, ia merasa bisa melihat kedua pipi lelaki itu merona. Detak jantungnya terdengar keras. Dan... Raflan mencengkram kedua tangannya, menindih tubuhnya dari atas. Dimana posisi Fitma berbaring diatas karpet depan televise.

"maaf, ya. Aku... ngecewain kamu, sayang." Ujarnya agak kaku. Seketika suasana canggung. "tapi aku bisa sekarang," sambungnya. Iapun menarik tangan Fitma, mengajaknya berdiri. Lalu, secara tiba-tiba Raflan menggendong Fitma, seketika Fitma memeluk leher Raflan. Lelaki itu meringis.

"aku berat, ya?" tanya Fitma.

"dikit. Tapi masih bisa, kok." Jawab Raflan lembut. Seketika Fitma mencium bibir Raflan sekilas. Membuat kedua mata lelaki itu terbelalak. "Yuk, ke kamar!" ajak Fitma. Yang ditanggapi senyum malu-malu oleh Raflan. Melangkah menuju kamar mereka.

Selebihnya detail apa yang terjadi semalam membuat Fitma tersipu. Jujur, ia bahagia. Juga puas. Walau ia masih merasakan ngilu diujung sana. Yang mungkin membuat tubuhnya agak panas- demam hari ini. alhasil, ia tak bisa berangkat ke kantor. Iapun mengirim pesan ke grup karyawan kantor, bahwa ia tak bisa masuk hari ini karena kondisinya yang kurang fit.

Tiba-tiba ponselnya berdering pelan beberapa kali. Notifikasi dari WA grup.

'kok, mendadak demam? Perasaan gak hujan, deh!'

'demam gak pas hujan doang, jeng.'

'iya, iya... btwe, cepet sembuhnya, ma! Bentar lagi rapat event.'

"kamu enggak tidur? istirahat di sofa dulu, aku mau ganti sprey kasur." Ujar Raflan tiba-tiba masuk. Membawa beberapa bungkus sprey yang mereka antar ke laundry 2 hari yang lalu.

"kamu ke laundry?" tanya Fitma.

"iya. Tadi aku cek di lemari sprey gak ada. Baru inget kemarin kita antar ke laundry. Kamu gimana?" tanyanya. Seketika ia mendekat, menempelkan punggung tangannya pada dahi Fitma. "panasnya udah turun. Masih pusing?" tanyanya. Fitma hanya menggeleng.

"ya, udah. Bisa berdiri kan?" tanya Raflan lagi. Seketika Fitma turun dari ranjang. Lalu melangkah pelan.

"aduduhhh..." jeritnya. Seketika membuat Raflan cemas. "apanya yang sakit?" tanyanya.

Dengan malu, Fitma menjawab, "itu... yang semalam..."

"oh," tanggap Raflan mengerti. Iapun menggendong Fitma seperti semalam saat menuju kamar mereka. "aku anter ke sofa. Jangan jalan dulu, ya?" sambungnya.

Fitma berada di sofa depan televise, sementara Raflan berada di kamar sedang memasang sprey ranjang mereka.

Sebelum memasang, ia melepas sprey yang masih menempel di spring bed. Saat menyibakkan selimut, ia menemukan...

Bercak merah. Itu darah. Tidak terlalu banyak. Membuatnya merasakan rasa bersalah lebih lagi.

Seperti yang ia baca dibuku, kegiatan seksual pertama kali seorang wanita dengan pasangannya, saat terjadi penetrasi, yang akan merobek selaput dara pada miss v. yang menimbulkan luka, tergantung kondisi miss v milik wanita itu sendiri. Yang diketahui sering dijadikan pandangan awam sebagai tolak ukur keperawanan seorang wanita. Jika masih memiliki selaput dara, wanita itu dinyatakan masih perawan.

Miss v pada wanita memiliki bentuk yang berbeda. Ada dimana mereka tak mengalami robek pada miss v bukan karena kegiatan seksual. Bisa saja selaput dara robek secara berlahan tanpa disadari oleh aktivitas fisik yang dilakukan. Seperti berolahraga yang melibatkan kegiatan tubuh anggota bawah seperti mulai dari pinggang hingga kaki. Sebagai contoh, bersepeda.

Mengingat itu, seketika Raflan ingat artikel yang ia baca tentang aktifitas seksual lain. efek perubahan setelahnya.salah satunya yang sekarang dialami Fitma.

Raflan memutuskan untuk mencuci sprey dan selimut itu sendiri tanpa harus mengirimnya ke laundry. Well, walau di rumah mereka tersedia mesin cuci, hadiah pernikahan mereka dari sanak keluarga Raflan. Kemarin, mereka terlalu sibuk hingga tak sempat mencuci selimut dan sprey. Akan aneh jika sprey bekas semalam diantar ke laundry, pikir Raflan.

Seharian di rumah, Raflan izin tidak masuk kerja hari ini, ia memutuskan untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah. Mulai mencuci, membersihkan rumah, hingga memasak. Ia melarang Fitma untuk pindah dari sofanya. Ia sempat memperhatikan Fitma di sofanya, yang tertidur pulas karena efek obat. Ia meraba dahinya, panas demamnya turun dan wajahnya tak sepucat tadi.

Sesakit itukah? Jujur, Raflan juga merasakan sedikit ngilu didalam sana. Tapi ini masih bisa ditahan, tidak terlalu hingga demam seperti dialami Fitma beberapa jam yang lalu. Itu normal yang dialami pasangan yang baru pertama kali mengalami kegiatan seksual.

"makan siang dulu, yuk? Aku udah masak." Ajak Raflan saat Fitma membuka matanya. Ia menggeliat pelan dibali selimut.

Raflan sengaja menyajikan makanan yang ia masak diatas meja depan sofa. Supaya Fitma tak melangkah dulu. Perempuan itu tersenyum meliriknya.

Fitma merasa tersentuh dengan sikap berlahan tak terduga Raflan ini. awalnya, ia bisa membayangkan kesulitannya. Namun, ternyata Raflan juga lelaki normal pada umumnya. Berlahan, Fitma merasa akan sungguh-sungguh jatuh cinta pada lelaki ini.

Pengalaman pertamanya itu... sangat mendebarkan. Rasanya, ia ingin mengulanginya lagi. Well, ini pertama kali, wajar saja. jika sudah kesekian kali, akan baik-baik saja.

my husband is shemaleWhere stories live. Discover now