silence

130 5 3
                                    


Perubahan sikap Fitma membuat Raflan bingung. Suasana kembali canggung. Sejak 2 hari yang lalu. Bersikap biasa saja, menutupi sesuatu.

Memang, Raflan hampir 4 hari tidak pulang ke rumah. Sekalinya pulang, ia hanya mengambil beberapa barang yang dibutuhkan. Dan Fitma tak bertanya apa-apa. hanya menyalaminya seperti biasa, saat ia pergi. Menyiapkan bekal untuknya saat ia pulang ke rumah sebentar. Ia tak seagresif saat itu. sering mencium sebelah pipinya sebelum berangkat kerja.

"ponsel kamu bunyi terus, entah dari siapa." Ujarnya saat mengganti sprey tempat tidur mereka. Raflan baru keluar dari kamar mandi.

Fitma tampak cuek, sibuk membereskan tempat tidur. setelah melepas sprey, ia memasang sprey bersih yang ia ambil dari ruang sebelah, ruangan yang digunakan khusus menyimpan baju dan kain bersih. Juga barang-barang yang lain. seperti koleksi tas dan sepatu mereka.

Seketika kedua mata Raflan terbelalak, saat melihat isi layar ponselnya. Panggilan tak terjawab puluhan kali, juga pesan masuk dari orang yang sama.

Madam Ellen – 'apa kabar, sayang?'

Madam Ellen – 'kamu ada waktu?'

Madam Ellen – 'aku merindukanmu,'

Madam Ellen – 'kamu melupakanku sekarang?'

Madam Ellen – 'datanglah ke mansion. Kamu jangan ingkar janji, ya?'

Madam Ellen – 'my babe~'

Apa tadi Fitma melihatnya sekilas? Membuat Raflan kebingungan ditempat. Seketika ia menghapus semua pesan dan histori panggilan. Lalu melirik Fitma yang sudah mengganti sprey dan sarung bantal. Melangkah keluar kamar. Tanpa berkata apa-apa.

Raflan memang menceritakan masa lalunya. Tapi, ia masih memiliki rahasia lain yang sulit ia katakan sekarang.

Ia belum siap. Masih butuh waktu untuk mengakuinya lagi.

Fitma menitikkan airmatanya saat Raflan benar-benar pergi. Pamit padanya dengan alasan ada urusan penting. Fitma mengurungkan diri bertanya. Ia hanya mengangguk dan mencium punggung tangan suaminya seperti biasa.

Ah, kenapa ia malah sedih? Cemburu?

Saat melihat layar ponsel Raflan dari seseorang. Seseorang yang jelas mengirimkan kata-kata mesra pada pasangannya. Siapa itu bagi suaminya?

Fitma menyadari pernikanan mereka berawal dari perjodohan. Belum memiliki perasaan. Dan Raflan terkesan menyebalkan, dengan tingkahnya sedikit gemulai. Walau pada akhirnya berlahan berubah. Sejak ia mengungkap kejujuran padanya. Dan ia memutuskan untuk menerima lelaki itu apa adanya.

Apa... masih ada lagi?

Sunyi. Hampir beberapa minggu hening. Tak sehangat terakhir kali. Fitma menyadari dirinya yang membuat keheningan ini. memilih diam daripada mengutarakannya dulu. Ia tak ingin gegabah, dalam mengendalikan emosi.

Raflan merasa bersalah. Ia melihat wajah murung Fitma beberapa hari ia tak pulang. Hampir seminggu lebih. Bahkan ia tak tidur di rumah. Fitma tak banyak bertanya. Menyiapkan kebutuhannya seperti biasa.

Raflan memeluknya dari belakang, namun Fitma malah melepas rangkulannya. Berputar menoleh kearah Raflan. Menatap matanya sekian detik. Lalu, mengecup bibirnya. Saat Raflan ingin membalas, buru-buru Fitma melepas pagutan bibirnya.

"kamu kenapa?" tanya Raflan kecewa. Fitma melepas apronnya.

"enggak apa-apa. aku Cuma capek. Kamu juga kan?" Fitma tampak tersenyum paksa, Raflan rasakan itu.

Hening.

Raflan hanya memandang langit-langit kamarnya. Fitma membelakanginya, tak menghadap kearahnya. Matanya sulit terpejam karena menginginkan kehangatan dari Fitma. Saat mencoba memeluknyapun, Fitma menggeliat tak nyaman. Menyingkirkan tangan Raflan yang mendekap pinggangnya.

'enggak apa-apa,' bermakna ada sesuatu. Seseorang enggan memastikan, bertanya, atau mengatakan apa yang ada dihati dan pikirannya. Seperti Raflan yang berlahan memahami keheningan ini. tampak baik-baik saja, tapi, sunyi terasa dingin. Secara tidak langsung Fitma menunjukkan sikap kecewanya, tanpa mengungkapkannya dengan kata-kata.

Fitma menitikkan airmatanya diam-diam. Ah, untuk apa menangis? Seseorang berhak menyimpan rahasia dari orang lain.

Dan dia, masih merasa dirinya adalah orang lain bagi lelaki itu, suaminya. Mulanya ia mulai mendapatkan rasa percaya satu sama lain, lelaki itu menceritakan tentang masa lalunya. Tapi, itu hanya menghilangkan sesak sejenak. Seperti mengakui kesalahan dan meminta maaf.

Rahasia itu privasi, seseorang berhak menjaganya dari orang lain. tapi, ia menuntut kejujuran. Cinta itu sudah tumbuh.

'aku minta maaf, sayang. Sekarang belum waktunya kamu tahu itu.' tulis Raflan dalam pesannya.

my husband is shemaleWhere stories live. Discover now