Pertemuan Pertama

17 3 0
                                    

Tepat pada Desember 2018 Menjadi pertemuan pertama ku dengan dia, dia Zaid, yang tanpa sengaja kutemui di gazebo sekolah. Saat itu dia sedang membahas kisi-kisi bersama temannya. Ya, saat ini kami sedang melaksanakan ujian akhir semester.

Anehnya pada saat itu aku mulai mengagumi dia, padahal ini kali pertama aku melihat dia disekolah. Bahkan teman-teman ku mengenal dia, eh tunggu tampaknya satu sekolah mengenal dia. Siapa yang tidak kenal dia? Most wanted nya sekolah yang terkenal pintar dan alim. Bisa-bisanya aku tidak tahu saat itu.

Pertemuan pertama ini aku belum tahu siapa namanya, kudet banget kan haha. Tapi aku sempat melihat name tag dibajunya yang bertuliskan Zaid al-Fatih.

"Jadi namanya Zaid" batinku.

~~~

Aku duduk di bangku gazebo sekolah bersama seorang teman dekatku, Yola. Dan Zaid bersama dua orang temannya yang sedang membahas kisi-kisi ujian bersama. Jarak bangku yang ku duduki dengan yang Zaid duduki hanya berbatas satu bangku, yang digunakannya untuk meletakkan tas milik nya. Jadi dengan leluasa aku bisa memperhatikannya. E-eh keceplosan hehe.

Zaid sangat fokus membahas kisi-kisi. Sesekali aku melihat Zaid menuliskan note di samping kisi-kisinya, "halaman 142 paling atas" yang masih dapat kubaca dari bangku yang ku duduki. Aku juga melihat dia memejamkan matanya sambil mengadahkan tangan, seperti berdo'a agar dilancarkan ujian mungkin.
First impression ku pada Zaid kala itu, "pasti ni orang rajin, jarang-jarang anak cowo bahas kisi-kisi di sekolah, pasti dia pintar, eh tulisannya juga rapi, ganteng lagi." Begitulah first impression ku pada Zaid kala itu.

Beberapa saat setelah itu, Yola meminjam kisi-kisi Zaid. Mereka memang saling kenal karena berada dalam organisasi yang sama, walau belum terlalu akrab.

"Zaid boleh lihat kisi-kisi nya bentar?" Tanya temanku dengan sedikit canggung.
"Ohh ini" ucap Zaid langsung memberi kisi-kisinya dengan sedikit terpaksa. Garis bawahi terpaksa. aku dapat melihat dari raut wajahnya yang seakan mengatakan "aku juga lagi baca." Tapi Zaid tetap meminjamkan kisi-kisi itu pada temanku. Dia tampak berusaha ramah.
Lihat! Bagaimana bisa aku tidak mengangumi nya saat pertemuan pertama itu.

"Zaid geser" ucap seorang cewek yang tiba-tiba sudah berdiri di depan bangku yang Zaid duduki. Cewek itu menatap kearah tas Zaid yang diletakkan di atas bangku.
Dengan peka nya Zaid mengambil tasnya agar cewek itu bisa duduk disana.
Aku yang melihatnya langsung "ahh baik bener ni orang."
Tapi cewek tadi malah bilang "eh gajadi" aku yang mendengarnya langsung kek iwhh ni cewek mah caper doang ternyata. Dasar genit.
Dia langsung tertawa berbincang-bincang dengan temannya.
Sedangkan Zaid hanya diam sambil sedikit melirik cewek itu. Seakan berkata "aneh ni cewek, tadi aja minta geser."

~~~

Bel tanda masuk pun berbunyi, aku dan temanku, Yola. Langsung menuju ruangan ujian. Begitu juga dengan Zaid dan dua temannya.
Diam-diam dari kejauhan ku perhatikan punggung Zaid yang sudah mulai menjauh. Tubuhnya yang menjulang tinggi, Cara berjalannya yang tenang namun berwibawa, sepatu Vans, jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, serta gaya rambutnya yang aduhh membuat demage nya bertambah berkali-kali lipat. Pesona seorang Zaid benar-benar tak dapat ku elakkan. Ditambah sikapnya yang baik dan ramah. Membuatku mengangumi nya.

Ini kali pertama aku mulai mengangumi seseorang. Dan orang itu Zaid al-Fatih.

~~~

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang