Alfin Kecil

12 3 3
                                    

Farhana tidak bercanda saat mengatakan Muslih sangat mirip dengan Alvin. Gema bertemu Muslih saat Gema memenuhi undangan Farhana untuk datang ke rumahnya. Syukuran acara aqiqah anak kedua Kak Fahri.

"Muslih salam dulu sama Om Gema. Om Gema teman Ibu waktu kecil."

Muslih mengulurkan tangannya malu-malu. Gema menyambutnya, dan mengusap kepalanya dengan lembut. Satu-satunya anggota tubuh yang diwarisi Farhana ke Muslih hanya matanya yang menyerupai mata kucing dengan bulu mata yang sayu.

"Muslih mau main lagi sama Bang Iqbal?" Tanya Farhana sambil menggelitik dagu Muslih. Muslih mengangguk. "Oke. Tapi tidak mengganggu para tamu ya Nak. Kalo bisa main di lapangan aja."

"Iya, Bu"

Gema dan Farhana menatap tubuh kecil itu berlari menghampiri Iqbal dan teman-temannya. Meskipun bertubuh mungil, namun Alfin sanggup berlarian ke sana ke mari dengan lincah.

"Alfin tau?"

Farhana mengangguk. "Baru aku kasih tau kemarin pas lagi di Jakarta."

Gema tidak merespon. Pasti Farhana punya alasan, selama lima tahun menyembunyikan Muslih dari Alfin, Gema, dan teman Jakartanya.

"Aku baru bisa berdamai sama semua kejadian itu lima tahun. Aku kira bakal lebih."

"Kalo kamu kasih tau saat belum bisa berdamai, emang apa yang bakal terjadi?"

Farhana mengedikkan bahu. "I'm not sure. Mungkin meminta Alfin kembali? Atau memaksa Alfin nikahin aku?" Farhana tersenyum menatap Gema. "Nggak tau. Tapi pasti bakal drama."

"Kamu kenal Khalisa?"

Mata Farhana membesar. "Aku udah denger beritanya. Turut berduka buat Ghani. And how's the baby?"

"Ghani nggak yakin dia bisa membesarkan Shafa sendirian"

"He could. Allah gives him this chaotic, because He know, Ghani is capable."

"Like you do all this time?"

"Thats my momma's said, when I was swimming in a pool of tears."

Farhana mengalihkan pandangannya dengan menyisir seluruh ruangan. Ia merasakan perubahan suasana di antara ia dan Gema setelah berbicara dengan saling bertatapan intens.

Sedangkan Gema tersenyum kecil, lalu menyesap tehnya. Baru kali ini ia merasa tepat berada di sisi Farhana. Merasa pantas--

"Alfin cerai sama Ruby."

Gema hampir menjatuhkan gelas tehnya, jika ia tidak segera duduk tegak dan meletakkan gelas ke meja.

"Anak mereka, Shaline cuma tiga bulan lebih tua dari Muslih. Cantik."

Alfin, penjahat kelamin sialan.

"Ruby kena baby blues, dan memutuskan untuk pergi saat Shaline baru dua bulan. Shaline ulang tahun pertama, Alfin dan Ruby cerai."

Muslih muncul dari ujung tangga diikuti Iqbal di belakangnya. Langkah kecilnya mengarah ke Farhana dan Gema. Air matanya menumpuk di pelupuk mata.

Tiba di depan Farhana ia memeluk Farhana erat, meledaklah tangisnya.

"Tadi teman Iqbal meledek Muslih nggak punya Ayah, Tante Farhana" lapor Iqbal berapi-api. "Tapi udah Iqbal pukul perutnya."

Farhana tersenyum mendengar laporan Iqbal. Ia mengelus kepala Iqbal dengan penuh kasih sayang. "Makasih ya Bang, udah jagain adiknya."

Iqbal mengangguk antusias.

"Abang nggak mau main lagi?"

Iqbal menggeleng keras. "Nggak mau. Mereka semua jahat sama Muslih."

TUJUH PAGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang