1.5 - Indomarta dan Cerita

96 3 8
                                    

**
Chapter 1.5 - Indomarta dan Cerita

•×•

Meski awalnya Bayu dirundung gundah gulana lantaran apa yang ia tunggu tidak kunjung menampakkan batang hidung, pada akhirnya ia berhasil walau hanya memberi sepatah kata sapaan pada perempuan yang mengenalkan dirinya dengan nama Jihan itu.

Sehari, dua hari, berhari-hari berlalu dan mereka makin sering bersinggungan. Entah tidak sengaja berpapasan kala perempuan itu baru pulang mengajar, atau Bayu yang hendak berangkat ke Indomarta.

Perempuan itu manis jika tersenyum, dan Bayu bukan sekadar suka. Ia suka sekali.

Belum lagi lonjakan dopamin tidak terduga yang ia dapat hari ini, ketika hati dengan ikhlas menjadi kasir minimarket simpang kanan Kalawarna. Dan dihadiahi bertemu Jihan di pukul tujuh pagi.

Bayu sudah menawarkan diri untuk mengantar sang puan, setelah melihat ia datang tanpa kendaraan. Namun, dengan lembut dibarengi senyum manis Jihan menolak. Dan Bayu tidak bisa berkutik lagi.

Ia melebur, meleleh, menyublim, membias, menghablur, semuanya! Bayu sudah berantakan tidak karuan.

Bahkan saat ini, waktu telah berjalan sejak Jihan pergi ke sekolah. Menit demi menit telah berubah menjadi hitungan jam, dan Bayu masih tersenyum-senyum menggeliat di balik meja kasir dengan bodoh.

Hingga pintu kaca Indomarta terbuka, membiarkan suara bising jalanan sempat masuk untuk sepersekian sekon. Membuat Bayu lantas menegak, memberi salam sapaan andalan.

"Selamat datang di Indomarta, selamat--eh, pagi Dek Senandung."

Perempuan dengan kemeja oranye itu spontan menoleh kala sapaan ikonik itu malah berubah memanggil namanya. Lantas ia memberi senyum dan sedikit mengangguk, sebelum kembali melanjutkan langkah menelusuri rak-rak di Indomarta.

"Aih, manisnya."

Satu hal yang menjadi landasan mengapa para warga Kalawarna tidak punya rasa iba akan kesenjangan romantisme yang Bayu alami adalah, karena laki-laki itu sendiri hanya melas di wajah saja. Nyatanya, ia hanya seorang buaya cap tiga roda yang gemar tebar pesona kesana-kemari.

Selain Jihan--sasaran barunya--ada Senandung Kinanti; puan dengan paras cantik berperangai lemah lembut. Bayu sudah memasukkan perempuan itu dalam daftar tipe idealnya. Meski fakta berbicara bahwa Senandung adalah adik Dasa satu-satunya.

Ancaman menohok seperti nyaris dilempar galon isi ulang sudah sempat Bayu terima lantaran punya nyali menggombal pada Senandung di toko penatu. Namun, tentu saja ia tidak ciut sampai di sana.

Senandung itu selalu iya-iya saja. Ia hanya tersenyum dengan anggukan kecil, balasan santun untuk gombalan tidak mutu Bayu. Karena berpikir lelaki itu lebih tua darinya sehingga ia harus tetap berbaik hati.

"Kaca mana, ya, kaca." Melihat Senandung yang sepertinya hendak membayar, Bayu lantas bangkit untuk mengelilingi sekitar meja kasir dengan pandangan mencari cermin untuk merapikan diri.

Tidak menemukan, ia memutuskan untuk bercermin pada dinding kaca Indomarta meski hanya samar pantulan dirinya terlihat. Kemudian menyisir rambut dengan belahan jari, lalu memeriksa apakah aroma parfum yang ia semprotkan dari ujung leher hingga betis pagi tadi masih mewangi atau malah menguap telah bercampur dengan udara.

Dan tepat setelah Bayu membetulkan posisi name tag pada saku kirinya, Senandung membawa keranjang berisi belanjaannya ke atas meja kasir. Menggesernya pelan siap membayar.

"Ini, Mas."

"Mas Bayu cek dulu, ya." Lesung pipi yang sedalam Palung Mariana itu tercetak manis. Jimat andalan pemberian Tuhan, katanya.

[1] Kalawarna (under revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang