Konflik yang Melelahkan

590 41 4
                                    

"Apa yang sedang kau pikirkan sehingga berani melawannya lagi? Kakek sudah pernah bilang Ara! Berhenti melawannya. Kau akan berahkir sia-sia!", kakek langsung menyerangku sepulangnya aku dari sekolah--setelah telepon itu.
aku menunduk dalam dan mengepalkan tanganku. menahan semua amarah akan si persetan,Rian.

"Kalau begitu ajari aku" tandasku

"apa?"

"Ajari aku agar tidak kalah lagi kek. Aku inging mengalahkannya" ,
tiba-tiba lampu kecil yang terletak di nakas ruang tamu terlempar ke dinding sehingga lampu itu pecah berkeping-keping.
Aku menoleh kaget ke arah Kakek. Ya,kakek yang melemparnya

"Kalian cucu kakek! kalian saudara!! sepupu kandunh!!. Apa yang sedang kalian pikirkan sehingga ingin saling menjatuhkan???,kalian ingin meneruskan perseteruan antar orang tua kalian dulu,begitu? begitu kahhh??" , kakek berteriak hebat. aku tidak pernah melihat kakek semarah ini. Kakek adalah sosok yang pintar dalam mengontrol emosinya.

Aku menunduk makin dalam.
Disudut mataku,aku dapat menangkap Verdy menuntun kakek untuk duduk. Sebelumnya Michelle telah diungsikan ke rumah rekan Verdy dengan istri rekannya Verdy merupakan penyelenggara senam ibu hamil. Jadi Verdy membawanya kesana dan sekalian menghindari sesi tarik urat ini. Bayangkan kalau Michelle yang sedang mengandung melihat pemandangan ini? bisa-bisa ia setres mendadak dan itu tentu tidak baik bagi perkembangan janinnya.

Kakek terlihat memegang dada nya sambil menenggak air putih yang diambilkan oleh Verdy beberapa detik yang lalu.

"Pa, jangan begitu lagi" ujar Verdy sambil mengelus punggungnya.

"Katakan itu pada keponakanmu" tandas kakek sambil melirikku tajam.

Baiklah, aku sudah mencapai titik kemuak-kanku.
Hey! apa disini aku yang sepenuhnya salahh? Apa disini aku yang terlihat mencari gara-gara?? Apa aku patut di persalahkan seperti inii?
Aku menunduk semakin dalam sehingga wajahku hampir bersentuhan dengan lututku,dan aku meremas kepalaku erat-erat

"Apa aku yang slalu harus dipersalahkann?"

"Ara!!" Verdy yang membentak kali ini. Oke,mereka semakin memancing saja sekarang.

"Rian yang menyerangku duluan. Aku hanya mengeluarkan kekuatanku ini untuk menahan atas serangan-serangannya. Apa kalian tau alasan ia menyerangku? Hanya gara-gara Irish!! ia adalah mantan Irish, ia tidak rela Irish jatuh cinta padaku! Ayolah,ia bahkan sudah mati. Mengapa ia harus berbuat senaif itu?" semburku kepada mereka berdua.

Kakek menatapku tanpa berkedip, sementara Verdy menganga. "Apakah kakek,setidaknya berbicara juga pada Rian ?? agar ia bisa pindah ke alam yang seharusnya ia berada?? Aku benar-benar muak" .

Aku bangkit dan meraih ranselku lagi, lalu melenggang pergi dari rumah.
Aku benar-benar butuh ketenangan. Dan itu-sepertinya-bukan dirumah.

*
Aku mencelupkan kedua kaki-ku ke air danau yang tenang. Aku bahkan tidak bisa merasakan air ini dingin atau tidak. Aku hanya bisa merasakan sensasi hangat atau panas.
Aku terlihat seperti sudah kehilangan indera dalam merasakan dingin.

Aku menyesal telah berkata kasar pada kakek tadi,namun tidak bisa dipungkiri aku juga merasa letih akan sikapnya yang selalu menyalahiku.
Lagipula, darimana kakek tahu aku terlibat perkelahian "sihir-sihiran" dengan Rian selama ini?

Aku merebahkan diriku kembali. Diatas jembatan dermaga danau sambil melihat bintang-bintang.

"Rasya?"

Aku segera bangun dan duduk tegak, menerka-nerka suara siapa yang tadi memanggilku. Dan begitu menoleh aku mendapati Irish. ia tersenyum manis sekali.
Tiba-tiba aku merasa kehangatan menjalari relung hatiku kembali.
Aku balas tersenyum.

SNOWFLAKESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang