Be strong Irish!

608 43 1
                                    

Rasya pov
Aku menggengam tangan Irish dengan erat. 20 menit yang mendebarkan,karena 20menit itulah Dr.Smith,Mr&Mrs Parker menentukan kalau Irish harus kembali dirawat di rumah sakit atau tidak. Namun pada ahkirnya,Irish tidak jadi dirawat karena melalui pemeriksaan Dr.Smith, Irish dinyatakan hanya menderita shock ringan.
Benarkah Shock ringan?
pasalnya,Aku adalah satu-satunya orang yang persis melihat ,bagaimana ia frustasi akan kenyataan yang terkuak tanpa bisa mengingatnya.
Tiba-tiba pintu kamar Irish terbuka. Aku menoleh dan mendapati Mikha di ambang pintu. "Maaf aku menganggu" ujarnya dengan lirih.
"Tentu tidak" ujarku beranjak dari tepi tempat tidur Irish. Mikha duduk di sofa Irish dan segera aku menghampirinya. Aku sudah bisa menebak, ia ingin berbicara serius kali ini . Mikha menarik napasnya dan menghembuskannya kuat-kuat.
"Bagaimana kau bisa ada disana?" tanyanya dengan tatapan lurus ke depan.
"Maksudmu?" , tentu aku mengerti maksud dari pertanyaan Mikha. Ia pasti bingung mengapa aku tiba-tiba sudah berada di kamar Irish dan membopongnya.
"Ya,bagaimana kau bisa ada disana?membopongnya? Aku yang dibawah saja tidak keburu untuk membopongnya"
"A--aku hm...", sekarang harus mengatakan alasan yang seperi apa? "Hm,aku sedang menunggunya di kamar".
Mikha agak terkejut namun wajahnya kembali netral beberapa detik kemudian.
"Kau ingin apa?disana?"
"Ohh ayolah tidak seperti yang kaubayangkan Kha. Aku--- ya.... jadi hari ini aku tidak sekolah dan tidak membalas pesannya--" , Mikha terlihat mengangguk. mungkin Irish bercerita dengannya "--dan itu sengaja. Jadi, aku bermaksud memberinya sedikit kejutan. ya.. begitulah" .
aku memang tidak jago berbohong.
"Jangan membuat adik-ku panik seperti itu lagi" ujarnya tenang namun ada sedikit nada memerintah disana.
"Ya aku bermaksud iseng saja padanya" , kini aku mulai menggaruk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal.
"Dengar, aku tau kau adalah lelaki yang baik dan aku berterimakasih karena 50% kau sudah membuatnya move on dari masa lalu-nya. Tapi,entah mengapa aku menyimpan perasaan yang tidak enak tentangmu--" ada jeda cukup lama  "--Aku berharap kau adalah lelaki yang tepat untuk adikku. Aku berharap banyak padamu"

*
Angin berhembus kencang sekali sore ini, sebentar lagi musim gugur akan datang. Warna dedaunan perlahan mulai berubah. Aku kembali duduk di atap rumah---kali ini atap rumah Irish---dengan kupluk hoodie-ku yang menutupiku seperti biasa.  Perkataan Mikha masih terngiang di telingaku, Ia menggantungkan harapannya padaku. Harapannya. Harapan Irish.  Aku merebahkan badanku di atas atap dengan telapak tanganku sebagai alas kepalaku. Ini terlalu rumit, bagaimana kalau nanti mereka tau kutukan ini?kutukanku? bagaimana reaksi mereka? Bagimana reaksi mereka,jika untuk kedua kalinya di dalam kehidupan keluarga Parker--terutama di dalam kehidupan Irish---harus berjumpa kembali pria dengan ke anehan yang sama seperti di masa lalu-nya?.
Aku memejamkan mataku erat,
"Kalau boleh memilih,aku lebih baik tidak usah dipertemukan olehmu, Irish..."

**
Irish pov
Aku membuka kelopak mataku perlahan. Pusing. Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar,dan mendapati selang infus kembali tertancap di tanganku dengan kantung darah yang berada pada tiangnya. aku meringis.
memang selalu begini. Jika kumat, trombositku akan turun sangat drastis
"Kau sudah bangun?" , tiba-tiba suara berat menyapaku dari arah jendela besar.
"Kau ada disini?", pemilik suara berat itu mengangguk dan menghampiriku, memegang tanganku erat dan kemudian mencium puncak kepalaku dan mengelusnya.
"Maafkan aku"
"Maaf untuk apa?"
"Sudah menbuatmu khawatir dan tidak membalas pesanmu"
"Rasya,aku kan begini bukan karena itu"
"Aku tetap merasa bersalah",  aku menyentuh dahi Rasya dengan tanganku yang satu lagi--tangan kananku sedang di genggam olehnya-- ingin mengecek keadaannya. Ia juga sakit,kau ingat?
"Dahimu tidak panas,tapi mengapa dingin sekali" ujarku , dan ia tersenyum
"Dasar bodoh, aku kan tidak bilang kalau aku sakit demam. Aku sakit perut."

***
Irish pov
Rasya menggendongku turun ke ruang tv dengan--tentu saja infus yang masih tertancap,dan kantung darah merah segar namun selalu terlihat menjijikkan--yang aku pegang. Aku mengamati sekitar, Mom&Dad masih sibuk berdiskusi dengan Dr.Smith, Mikha tidak terlihat batang hidungnya, dan cewek itu..Lian--juga tidak terlihat.
Tiba-tiba aku merasa lemas kembali.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya sambil menangkup pipiku, membuat pipiku bersemu merah sekarang. Aku tidak tahan diperlakukan manis seperti itu.
"Kau berlebihan" ujarku sambil menunduk, tidak ingin memperlihatkan rona merah yang sekarang tentu saja sudah menjalar ke segala arah bagian pipi.
"Baiklah, kau ingin menonton salurann apa? Starworld? cartoon network? atau Fox?"
"Sebenarnya aku tidak ingin menonton tv"
"Jadi?" , aku mengedarkan pandanganku, dan langsung tersenyum ketika mendapatkan sebuah ide bagus.
"aku ingin kau memainkan itu", ujarku sambil menunjuk Grand Pianoku yang terletak di ujung ruang tv.
"Hmm baiklah,tapi ada satu syarat"
"Hey, aku kan yang memerintah disini,mengapa kau yang memberi syarat?"
"Mau atau tidak?"
"Baiklah,apa?"
"Duet bersamaku"
"yang benar saja, tanganku masih di infus Rasya"
"Kau hanya sedang ber-alasan" , ujarnya dengan bibir yang sedikit mengerucut
"Baiklah-baik"

Aku berjalan menuju Grand dengan mengkeret tiang infusan dengan dibantu Rasya,Lalu duduk di bangku Grand--kami satu bangku berdua omong-omong--. Jari Rasya mulai menari-nari diatas tuts, dan setelah menerka-nerka lagu apa yang ia sedang mainkan,aku langsung ikut memainkannya juga. "Kiss The Rain" mengalun sangat lembut, dan aku benar-benar sangat menikmati permainanku.
Tiba-tiba bibir Rasya mengecup lembut bibirku dengan jarinya yang sebagian masih menari-nari diatas tuts,  aku tersentak namun tidak menolak. Aku menyambut bibir Rasya yang lembut.

***
Rasya pov
Setelah kecupan itu--Pipi Irish langsung merona--aku berpamitan pulang dengan Mr&Mrs. Parker. Lucu juga ketika mengingat bagaimana gadis itu tersentak dan pipinya langsung merona merah. Aku tersenyum sendiri membayangkan kejadian barusan
"Kau salah satu keluarga Frost. do you?"
, tiba-tiba suara seorang cewek menegurku, aku langsung berbalik untuk melihat siapa yang bertanya hal semacam itu. Tidak ada yang tau margaku.
"Lian, are you?" , oh Lian, cewek yang kubaca matanya di kamar Irish tadi. Kakak Rian. baiklah mau apa dia kali ini
"Ya!-- kau membaca mataku tadi",
aku tersentak, cewek ini doyan membuatku tersentak sepertinya.
"Bagaimana kau tahu? Apa kita pernah bertemu?"
"Ekspresimu membaca mataku, sama seperti Rian" ujarnya lirih
"Jangan pernah samakan aku dengannya--" , aku mulai geram. Mendengar namanya saja sudah membuatku kesal,apalagi disamakan dengannya "--Kau tau aku keluarga Frost?"
"Tentu aku tahu, aku tahu semua tentangmu"
"Termasuk ibuku yang meninggal gara-gara perbuatan ayahmu?" ujarku sambil tersenyum miring.
skakmat! Tidak Lian ataupun Rian aku tidak akan pernah suka dengan mereka. keluarga mereka!
"Rasya..itu hanya kecelakaan"
"Kalau begitu, Jangan pernah merasa sedih dengan apa yang pernah terjadi pada adikmu. Itu hanya kecelakaan" ujarku sambil berlalu, meninggalkan Lian yang masih berdiri terpaku.

****
sedih banget deh kok readersnya makin dikit ya? gak seru ya ceritanya?;(( maaf ya kalau masih amatir banget,ini lagi diusahakan kok buat ceritanya ga ngebosenin.
ayodong vote nyaa plis bangett:')))
-sya

SNOWFLAKESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang