Please,stay

415 31 2
                                    

Irish menggenggam kalung perak berbandulkan snowflakes itu dengan kuat-kuat. Sampai-sampai sekitaran telapak tangannya terlihat memutih dan berpendar merah.
Ia tengah duduk di kursi ruang tunggu bandara dengan mata yang selalu berkaca-kaca. Mia hanya bisa menghela napas melihat kondisi kakak sepupu-nya itu begitu rapuh.

Baru sekitar 3 hari yang lalu, Irish ditemukan menangis sangat deras disebuah hutan pinus yang indah. Mia tidak habis pikir bagaimana cara kakak sepupunya itu menemukan tempat itu lantaran ia sang empunya villa saja tidak pernah tau kalau ada spot bagus dibalik hutan pinus itu. Ia selalu memandang sebelah mata akan hutan itu.
Namun ia tidak mengerti juga mengapa nalurinya bisa sampai memasuki hutan itu untuk mencari Irish.
Mia juga bisa mendengar; sesampainya ia dirumah,Irish langsung mandi menyalakan shower dan menangis sejadi-jadinya.
Namun lebih yang membingungkan lagi, ketika sehabis mandi Irish tampak seperti biasanya lagi. Walau wajahnya tetap selalu nampak sembab,tetapi ia mulai tertawa lagi,tersenyum lagi.
Bukannya apa, tapi perubahan secepat itu melah membuat keluarganya semakin menaruh khawatir yang besar bagi cewek itu.

"Kau ingin starbucks? cotton candy?" , tegur Mia sambil menyentuh pundak Irish. Irish menggeleng pelan dengan tatapan kosong.
Sejujurnya Mia takut. Ia baru remaja usia 15tahun dan orangtuanya menyuruhnya untuk menemani seorang remaja yang akan menginjak usia 18tahun dalam kondisi galau stadium 4.

Mia menghela napasnya lagi. Irish memang pantas bersikap seperti ini .
Irish baru memulai lembaran barunya di Indonesia--itu terlihat dari wajah dan tekadnya sehabis bershower itu-- lalu tiba-tiba telepon keluarga sambungan luar negeri itu memberi kabar buruk.
Mikha menelefon dan memberitahukan Rasya mengalami kecelakaan dan koma.
Mia kenal baik dengan Rasya. Cowok berambut blonde dan berkulit pucat itu merupakan pacar Irish. Tapi memang dasar Irish, ia tidak mengerti lagi dengan sepupunya itu karena lebih menggalauin orang yang mati daripada yang masih hidup. dan sekarang orang yang hidup itu berada di ujung kematian.

Suara wanita menggema di seantaro bandara keberangkatan. Irish menyentuh pundak Mia dengan tangan yang sudah menggenggam koper.

"Kita harus berangkat" tegurnya, Mia bahkan tidak tahu sudah berapa lama ia melamun.
Mia mengangguk, membetulkan tali ranselnya dan menggandeng kakak sepupunya itu.

••••••••••

Ini sudah hampir 5 hari Rasya terbaring koma dan Rian tidak melihat sosok bayangan Rasya dimanapun. Sudah 5 hari juga Emma menghilang dan tidak kembali padanya.

'kembali?' , untuk apa juga Emma kembali padanya? Rian menarik sudut bibirnya; tersenyum miris.
Mungkin cewek itu sudah 'berpindah' .
Rian tidak tau harus bagaimana. sampai-sampai ia menyadari bahwa ia berada di depan rumah Irish.

Rian meremas jambul highlightnya itu dengan kasar. Pasti cewek itu sudah mengetahui keadaan Rasya dan akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat .
Tidak sampai 1 menit ia berpikiran seperti itu, sebuah taxi berhenti dibelakangnya--nyaris menembusnya.
Rian membalikkan tubuhnya dan mendapati sepupu Irish--Mia, keluar dengan Irish mengekori.
mereka mengambil koper-koper di bagasi taxi dan memberikan beberapa tip untuk sang supir kemudian memencet bel rumah bertingkat dua itu.
Mom Irish terlihat membuka pintu dan segera memeluk Irish. Tangis cewek itu pecah. Rian tidak sanggup melihat Irish menangis pilu seperti ini terus.

Cukup sudah. ia muak dengan keadaan seperti ini .
ia sudah mengambil keputusan.
ia tidak ingin mengulur-ulur lagi.

∆¶∆¶∆¶∆¶∆¶∆¶∆¶∆¶∆

Rian terbang gesit dan tersenyum.
ia mendapatkan apa yang dicarinya.

Emma.

Emma belum 'berpindah' dan itu membuatnya bingung juga. Awalnya ia iseng saja mencoba mencari Emma. Dan ternyata Emma ada disini sesuai feelingnya.

SNOWFLAKESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang