Act Two

294 41 1
                                    

"ARA!!! Cepetan bangun! Siap-siap. Ayo kita udah telat" ucap Niana sembari mengganti pakaian dan memasukkan beberapa barang yang dibutuhkan ke dalam backpack miliknya.

"Duh... berisik banget sih, Na. Gue masih ngantuk"

Ara justru menutup kepalanya dengan selimut dan akan kembali tidur.

"Heh! Kita udah telat 10 menit tau dari jadwal keberangkatan"

"HAH? LO SERIUS NA?!"

Ara yang terkejut dengan penuturan sahabatnya seketika langsung terduduk tegak. Dan... setelah beberapa detik keheningan diantara keduanya, keributan pun mulai terjadi di dalam kamar hotel mereka.

•••

"Huh... untung aja, ketua kelompok kita ngirimin lokasi penelitiannya. Kalo nggak, bisa-bisa kita dipulangin Ra karena dianggap nggak becus kerjanya"

"Ya maaf... lagian lo kenapa nggak pasang alarm?"

Niana yang malas berdebat pun memilih untuk diam, memandang ke arah luar kaca mobil yang mereka tumpangi. Terlihat beberapa bangunan-bangunan persegi khas negara Irak. Hingga mobil itu berhenti di tempat yang menjadi tujuan mereka.

Niana dan Ara pun segera membayar supir taksi tersebut dan bergegas untuk turun, tentunya dengan membawa backpack dan perkakas yang mereka butuhkan saat mengobservasi nanti.

"Loh? Ini kita nggak nyasar kan, Na?"

"Nggak kok, Ra. Orang di google maps aja titiknya pas disini"

"Kalo bener, kok sepi banget? Orang-orang yang lain pada kemana?"

Ara terlihat celingak-celinguk karena sejauh mata memandang yang ia lihat hanya hamparan pasir serta beberapa gundukan batu. Dimana rombongan arkeolog itu berada?

"Sebentar deh, coba gue telfon dulu Kak Terry nya"

Tutttt...

Belum sempat Niana menelfon ketua regunya itu. Tiba-tiba sambungan terputus. Rupanya karena akses sinyal yang sangat buruk. Ya wajar saja sih, listrik pun kemungkinan tidak ada di tempat tersebut.

"Ck, Damn it!"

Kesabaran Niana habis saat berkali-kali ia coba menelfon namun gagal. Akhirnya ia memutuskan untuk mengajak Ara berjalan ke arah sebuah tenda putih untuk berteduh dari teriknya matahari. Ia pikir tenda tersebut adalah milik rombongan mereka yang belum tiba.

Terlihat Ara yang terduduk lemas diatas koper perkakas miliknya dan Niana yang mondar-mandir mencari sinyal agar pesannya dapat terkirim.

Hingga beberapa saat kemudian.

Ting!

Sebuah notifikasi muncul di layar handphone milik Niana. Ternyata dari Kak Terry, ketua regu mereka.

Niana dengan dahi berkerut berbalik ke tempat Ara berada untuk mengajaknya kembali ke kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Niana dengan dahi berkerut berbalik ke tempat Ara berada untuk mengajaknya kembali ke kota.

Namun, betapa terkejutnya Niana saat melihat ke arah tempat sahabatnya berada, yang ia lihat justru seekor kambing gurun. Ia melihat ke semua arah tetapi tidak menemukan keberadaan Ara sama sekali.

"ARAA!! JANGAN MAIN-MAIN DEH INI KIT---"

BUK!

Belum selesai Niana berbicara, tiba-tiba ia merasakan pukulan di tengkuknya, lalu setelahnya gelap. Ia tidak bisa melihat apapun dan tubuhnya terjatuh begitu saja.

Sayup-sayup ia mendengar perbincangan antar dua orang atau lebih yang berada di sekitarnya.

"Thena! Apa yang kau lakukan?! Dia pingsan"

"Apa kau bilang?! Seharusnya aku yang bertanya, bagaimana bisa kau gagal mengendalikan pikirannya hah? Bisa-bisa keberadaan Domo terbongkar"

×××

Apa itu Domo? Mengendalikan pikiran? Ah sepertinya syaraf otak Niana mulai terganggu.

Apa itu Domo? Mengendalikan pikiran? Ah sepertinya syaraf otak Niana mulai terganggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prohibitos || Druig's FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang