Hal yang pertama di rasa setelah malam mengerikan itu adalah tubuh lemahnya terasa melayang, bergoyang hingga pipi bahkan ekor-ekor indah itu pun turut naik turun. Sakit di sekujur tubuhnya dirasa beberapa detik hilang ketika mata yang perlahan terbuka melihat sosok lelaki. Di bawah rembulan yang tak terlalu menampakkan cahaya, seperti tengah malu untuk memancarkan aura keindahannya malam ini, mata itu masih dapat melihat jelas bagaimana wajah serius itu menatap depan, hidung tinggi yang sangat gencar sekali mengeluarkan udara-udara hangat yang langsung menyapa wajahnya. Bahkan matanya dapat juga dengan jelas melihat pria itu sesekali menunduk hanya untuk memastikan keadaan tubuh yang tergulai lemah dalam gendongannya.
Tubuhnya yang lemah hanya mampu meremat pelan apa yang bisa digapai saat tubuhnya merasa dibawa untuk melompat. Meskipun bola matanya masih terpejam, namun makhluk-makhluk itu dapat merasakan dengan jelas kalau sekarang mereka sedang berada di tengah laut. Dan jelas pula telinga itu menangkap suara-suara keras begitu dengan bunyi tancapkan pada kayu.
•
•
•
••
☸
Malam itu gelap. Ia hanya mampu berlari dengan kedua tangan yang mengangkat seseorang. Bagaimana langkah kaki yang sangat kencang berlari namun berusaha untuk tidak mengeluarkan suara yang begitu besar mampu menguras banyak tenaga.
Melompat ke atas perahu, mendayuh sekuat mungkin agar perahu itu cepat bergerak menuju tengah. Ia tak membiarkan tangan perempuan itu terikat, dengan gusar ia berhasil melepaskan tali yang menimbulkan bekas luka di pergelangan tangan itu.
Satu anak panah berhasil menancap sempurna di perahu, disusul beberapa anak panah lagi.
Penglihatannya mampu menangkap bahwa perahu disanalah yang melakukan hal seperti ini. Ia merasa telah melakukan kesalahan sampai harus merasakan bagaimana anak panah itu mulai tertancap dimana-mana.
"Kembalikan itu atau kami akan membunuhmu!"
Pria itu sontak membuka matanya lebar dengan posisi yang sudah terduduk. Nafasnya tersengal seperti merasa lelah sekali karena berlari 10km dengan anjing hitam ganas yang berlari juga untuk mengejarnya. Bahkan rambut dan juga bajunya telah basah akibat keringat yang keluar begitu banyak.
Pria itu tahu kalau ini masih gelap, namun tetap saja nekat melihat jam hanya untuk mengetahui pukul berapa sekarang. Dan ternyata jarum disana menunjukkan pukul 3 pagi.
Niatnya berlibur untuk menghilangkan pikiran yang terlampau kacau karena mimpi itu selalu hadir dalam tidurnya. Namun tetap saja sama. Tak ada yang berubah meski sekarang dirinya tengah berlibur sangat jauh dari rumahnya.
Ia mencoba tidur kembali dengan menutup kepala dengan bantal, tapi tetap tidak kunjung kembali tidur. Merubahnya dengan menutup dengan selimut, ini pun juga tak mempan. Lantas pria itu bangun sambil mengacak-acak rambut lepeknya. Menyibak selimut untuk menurunkan kedua pasang kakinya yang kini telah tertutupi sandal bulu berwarna abu gelap. Dibawanya kaki itu melangkah menuju dapur. Tujuannya kini adalah kulkas. Kurasa dengan meneguk beberapa aliran air dapat membuat kantuknya datang. Baru saja dirinya menapak 8 anak tangga, netranya sudah menemukan satu pria yang duduk di meja dengan tangan yang memegang botol air mineral.
"Hyung?" Panggilan itu berhasil membuat pria yang tengah minum itu mendongak untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Kau bangun?" Tanyanya setelah mengetahui orang yang memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven In The Blue Sea
FantasíaNanti, kau akan tahu. Siapa aku, kau, dan perihal kita di masa lalu.