02. Z E R L A N

828 85 21
                                    

Zea menatap sendu kearah kedua orang yang ada didepannya, ingin rasanya ia menjadi seperti Vina. Yang selalu di jaga oleh Erlan.

Zea capek, ia ingin menyerah ia ingin sekali pergi dari hidup Erlan. Namun lagi dan lagi Erlan selalu berhasil membuatnya bertahan.

"Bang Er, Vina mau makan nasi goreng pedes deh." Rengek Vina, kini mereka bertiga sedang berada di kantin kantor milik Erlan.

"Jangan dong, nanti kalau Vina sakit perut gimana? Kan bang Erlan gak tinggal sama Vina lagi." Vina mendengus. Ia akan tetap terus memaksa agar abangnya ini mau menuruti permintaannya.

"Pokoknya Vina gak mau yang lain! Vina cuman mau nasi goreng pedes," Erlan mendengus namun ia tetap kekeh untuk tidak memberikan Vina makanan yang tidak sehat.

"Kalau Abang gak mau kasih Vina nasi goreng pedes, Vina gak bakalan ajak bicara Abang." Erlan melototkan matanya, dengan amat terpaksa ia memesankan Vina nasi goreng pedas.

"Kamu mau makan apa?" Tatap Erlan kini beralih kearah Zea yang sedang tersenyum lembut. Sejujurnya Erlan merasa bersalah pada Zea, tapi ia bingung harus apa.

"Mau makan seblak aja, tapi yang pedes banget yah." Erlan mengangguk lalu berjalan ke arah ibu penjual kantin. Untuk memesankan makanan yang diinginkan kedua orang yang ia sayang.

Vina menatap sinis kearah Zea, "Lo tadi liat sendiri kan? Bang Erlan gak peduli sama lo. Buktinya aja dia gak larang Lo makan pedes. So, Lo nyerah aja deh. Hidup lo juga gak berguna," Zea menundukkan kepalanya, ia tak berani untuk membalas ucapan Vina. Sebut saja dirinya bodoh, tapi inilah Zea. Selalu diam saat di tindas.

Vina yang melihat itu tersenyum miring, lalu mengalihkan pandangan nya kedepan. Disana Vina dapat melihat abangnya yang sedang berjalan dengan cool kearahnya.

"Sudah bang? Kok cepet banget," Vina bertanya seperti itu hanya untuk sekedar basa basi.

"Abang gitu loh," Balas Erlan dengan terkekeh kecil, Erlan mengelus rambut Vina dengan lembut.

"Ze, nanti kalau kamu sakit perut aku gak tanggung jawab loh." Zea menatap Erlan dengan raut wajah polosnya.

"Kenapa?" Tanya Zea dengan bingung.

"Kan kamu yang pesen, jadi kamu harus tanggung resikonya," Vina yang mendengar itu tersenyum puas.

"Nah bener tuh apa yang dibilang bang Erlan, awas aja kalau sakit perut," Ketus Vina tetapi diwajahnya terlihat ada senyuman miring.

Zea mengangguk polos, Erlan yang melihat itu menatap Zea dengan perasaan bersalah.

"Permisi ini makanannya," Erlan mengambil makanan itu lalu menyuruh penjual tersebut pergi. Namun sebelum pergi Zea sempat mengucapkan kata terima kasih.

"Kalian habis ini pulang aja yah." Vina dan Zea yang mendengarnya hanya mengangguk, karena memang Zea sudah lelah baik batin maupun fisiknya. Sedangkan Vina? Ia akan menginap dirumah temannya, karena nanti malam ia dan para sahabatnya akan pergi ke club.

Setelah semuanya selesai Vina berpamitan pada Erlan. Begitupun dengan Zea yang akan pulang, namun tangannya di tahan oleh Erlan, dirinya diseret oleh Erlan menuju keruangan.

"Kamu kenapa diem terus hm?" Tanya Erlan dengan tatapan lembutnya, ia menarik tangan Zea agar duduk di sampingnya.

"Gak papa kok. Cuman lagi gak pengen ngomong aja," Balas Zea dengan senyum manisnya, ia senang di perlakukan baik oleh Erlan.

"Beneran? Gak ada masalah kan?" Zea menggeleng mendengar pertanyaan Erlan.

"Bagus deh, kalau ada apa apa cerita aja yah." Zea hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

ZERLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang