"WOI NJING, BANGUN LO BANGSAT, LO DI PANGGIL ABANG GUE ANJIR. BANGUN!" Zea tersentak kaget saat mendengar teriakan seorang gadis yang tak lain adalah Vina.
Zea dengan gaya slowmotionnya turun dari kasur, yah walaupun nyawanya belum terkumpul, Vina yang memang dasarnya tidak pernah bersabar, dengan gerakan yang amat kasar. Gadis cantik itu menarik tangan Zea agar segera berdiri dan bergegas membersihkan diri.
"Bersihin diri lo, badan lo bau dosa soalnya." Sinisnya sambil menilai penampilan Zea dari atas sampai bawah.
"Cantik sih, tapi sayangnya bego." Sambungnya lalu berlalu pergi dari hadapan Zea yang hanya bisa tersenyum kecut.
Dengan tangan yang bergetar akibat kaget dan di bangunkan secara kasar, Zea langsung memasuki kamar mandi dan membersihkan diri.
"ZEA, KAMU DIMANA???" Baru saja Zea akan mandi, suara teriakan lagi dan lagi kembali terdengar, namun bukan suara teriakan seorang gadis yang Zea dengar, melainkan suara seorang laki laki.
Zea perlahan berjalan mendekat kearah pintu kamar mandi, menempelkan wajahnya di balik pintu kamar mandi. "Aku di kamar mandi Er, kenapa? Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Zea lembut sambil tersenyum, walaupun Erlan tak melihatnya, namun Zea harus tetap tersenyum, sekalipun itu senyum menyedihkan.
Erlan mendengus sambil berjalan kearah Zea yang berada di balik pintu kamar mandi. "Kamu mandi'in diri kamu sendiri? Atau mandiin babi sih anjir, lama banget mandinya bangsat. Astaga Zeaa, cepett mandinya, Aku pengen manja manja sama kamu nih. Oh, atau kamu pengen aku hukum kayak semalam?" Zea menegang ditempat, gadis cantik itu memegang dadanya saat rasa sesak itu mulai menyerang.
Masih dengan senyum yang ia pertahankan, Zea membalas dengan deheman, "Iya Er, bentar lagi kok aku mandinya, kamu sabar dulu ya?" Bujuknya lirih.
"Ya." Zea bernafas lega saat mendengar langkah Erlan kian menjauh, untuk saat ini, bolehkan Zea berharap untuk lepas dari genggaman Erlan?
Zea memejamkan matanya, tanpa disadari air mata menetes begitu saja dari mata cantik Zea, "Hiks hiks Zea capek Mah, Pah. Jemput Zea hiks, Zea capek selalu di hina, Zea Capek selalu di siksa Mah, Pah hiks. Maaf, maaf, putri yang kalian besarkan dari kecil dengan penuh kasih sayang, kini telah jatuh di tangan orang yang salah, hiks maaf mah Pah hiks, maafin Zea hiks hiks hiks." Zea mengusap kasar air matanya.
Dengan bergegas Zea segera mandi, karena dirinya tak mau membuat sang kekasih menunggu.
Setelah selesai semua, Zea segera turun kebawah menuju ruang keluarga untuk menemui sang kekasih.
Zea menghentikan langkahnya menuruni tangga saat melihat pemandangan yang amat sangat menyakitkan.
"Abangggg, Vina mau beli mobil, tapi gak ada uangnya, nanti kirimin Vina uang yah?" Curhat Vina sambil bersandar manja di dada bidang Erlan, dengan posisi duduk di pangkuan Erlan.
Erlan tersenyum kecil, mengsuap rambut Vina berkali kali, sambil sesekali mencium pucuk kepala Vina. "Aman sayang, nanti Abang kirimin yah? Mau berapa?" Tanya Erlan lembut, bahkan tanpa Erlan sadari tangannya sudah merambat kepaha mulus Vina, adiknya.
Vina tersenyum penuh kemenangan saat Erlan mengelus lembut pahanya, "1M ya bang, gak papa kan?" Tanya Vina manja, Erlan yang tadinya mengelus paha Vina kini beralih mengelus perut Vina.
"Jalankan 1M, 2M atau bahkan lebih pun bakalan Abang kasih buat kamu." Kata Erlan tulus, Vina tertawa kecil sebagai balasan atas perkataan Erlan.
"Berasa jadi sugar baby Abang aku tuh." Gumam Vina diiringi tawa kecil.
Erlan tertawa keras mendengar hal itu, "Kamu kan adek Abang, bukan sugar babynya Abang. Lagian Abang juga udah punya kak Zea." Mendengar hal itu, Vina langsung menegang. Tanpa sengaja, matanya bertubrukan dengan mata Zea yang sedari tadi menyaksikan interaksi Erlan dan Vina.
Vina tersenyum miring saat melihat tatapan Zea yang menyedihkan, dengan sengaja, Vina mencium bibir Erlan tak lupa melumatnya dengan mata yang masih mengarah kearah Zea.
Erlan yang awalnya terkejut menjadi rileks, dan membalas lumatan Vina dengan penuh nafsu.
"Arghh."
"Erlan."
✨✨✨
"Zea?" Panggil Erlan sambil mengetuk pintu kamar mandi, yah setelah kejadian tadi, Zea langsung memasuki kamar mandi yang kebetulan berada di dekat tangga.
Erlan menghembuskan nafasnya kasar, "Zea? Kamu tau kan, aku sama Vina tuh adik kakak? Seharusnya kamu mewajari hal itu dong, kamu harus percaya sama aku. Aku tuh gak ada rasa sama Vina, Zea." Jelas Erlan tanpa diminta, nada lembut Erlan bahkan hampir membuat Zea terlena.
"Zea? Aku mohon, maafin aku Ze, kamu mau apa? Bakalan aku turutin asal kamu mau maafin aku Ze. Aku mohon Ze, maafin aku yah?" Bujuk Erlan tak ingin menyerah.
"Zea, aku masih bicara baik baik sama kamu loh, jangan Sampek aku pake cara kekerasan okay? Maafin aku yah?" Sambungannya dengan nada yang sedikit tegas.
Zea menghela nafasnya lega saat sudah bisa mengendalikannya dirinya, dengan senyum yang mengembang, Zea keluar dari kamar mandi.
"Maaf Er, aku gak marah kok, aku paham. Mungkin tadi kamu gak sengaja lakuin itu kan?" Kata Zea lirih, meskipun senyum Zea terlihat sangat jelas bahwa dia memaklumi hal itu. Namun dengan melihat matanya, semua orang yakin, bahwa senyum dan perkataan Zea hanyalah kepalsuan.
Erlan tersenyum lebar, senyum lebar Erlan membuat Zea ikut tersenyum. "Peluk." Kata Erlan manja sambil merentangkan tangannya.
Dengan senang hati Zea memeluk Erlan, "Gemesh banget sih pacar aku? Zea pacar siapa coba?" Canda Erlan membawa Zea untuk berjalan menjauh dari kamar mandi, dan berjalan menuju kamar mereka.
Zea tersenyum kecil di pelukan Erlan. "Pacar Erlan dong, sekarang Zea tanya sama Erlan, pacar Erlan siapa?" Goda Zea sambil menyembulkan kepalanya untuk melihat wajah Erlan.
"Vina." Deg! Zea merasakan dadanya sakit, saat mendengar satu kata yang keluar dari mulut sang kekasih.
Menyadari Zea merasa tak nyaman dengan balasannya, dengan segera, Erlan meralat perkataannya.
"Maaf sayang, maksud aku, pacar aku tuh kamu, Zea. Bukan Vina, atau yang lain." Jelas Erlan cepat karena tak ingin gadisnya salah paham.
Zea mengangguk, "Zea paham kok. Zea kan udah kenal Erlan lama, mana mungkin Erlan bohong sama Zea." Balas Zea singkat sambil mendudukkan dirinya di kasur bersebelahan dengan Erlan.
Erlan merebahkan dirinya di kasur, menaruh kepalanya di paha Zea sambil menenggelamkan kepalanya di lekukan perut Zea.
"Haha bener, Erlan gak pernah bohong kan sama Zea? Jadi, Zea juga gak boleh bohong sama Erlan. Bohon kan dosa." Zea mengusap rambut Erlan dengan lembut tanpa mau membalas perkataan Erlan.
"Zea, tiba tiba Erlan ngantuk gara gara Zea usap usap lembut rambut Erlan, usap lagi ya Zea, Sampek Erlan tidur." Zea mengiyakan permintaan Erlan dengan gerakan tangannya.
Tak perlu waktu lama bagi Erlan untuk tidur, Zea yang melihat itu langsung menghilangkan senyumnya.
"Sampai kapan Er?"
✨ Z E R L A N ✨
Yuhuuu, aku up lagi. Aku udah bilang kan di awal, kalau ini genre mature? So, gak usah protes🥰
Kalian tenang aja, ini gak bakalan menyakitkan kayak yang kalian bayangkan, santai yah? Kenapa? Karena aku gak mau, itu kejadian sama aku ataupun kalian. Jangan Sampek😭
Ngeri gak sih kalau kejadian?
Tim Erlan sadboy mana nih?
Sesuai janji yah, malam ini aku up🥰

KAMU SEDANG MEMBACA
ZERLAN
TienerfictieSpin off Leonara "Erlan, kamu mau ninggalin Zea sendiri?" "Bacot." "Erlan, kapan sayang sama Zea?" "Ini juga gua sayang kok, cuman lebih sayang Vina, sorry." "Erlan, Zea ijin nyerah boleh?"