Happy reading-!♡
“Selamat pagi tuan.”Aku mengerjap kaget, bagaimana tidak? Aku baru bangun sudah disambut oleh suara kaku bak robot, berapa kalipun aku mendengarnya, tetap saja aku terus merasa merinding.
"Bisa tidak suara kamu diubah? Aku kaget tiap kali kamu bersuara," ucapku, mendengus sebal.
“Bisa tuan, tapi anda harus menggunakan point untuk mengubah sistem, mulai dari suara, bentuk, dan tampilan sistem bisa diubah menggunakan point.” Balasnya.
Aku mengangguk paham, kemudian turun dari kasur, "Apa misi yang harus kulakukan hari ini?" Aku menatap layar transparan yang muncul didepanku.
“Misi sedang di proses.”
___________________________________
Mission of the day :Membuat Ravano tersenyum lebar, beberapa belakangan ini dia selalu murung karena merasa adiknya pilih kasih padanya.
Klasifikasi : Umum
Tingkat kesulitan : F
Batas waktu : 60 menit
Hadiah : 300 point
Jika gagal : Ravano akan terus salah paham padamu dan terus merasa sedih.
___________________________________Aku terkejut, ternyata apa yang kupikirkan waktu itu benar, pasti Ravano mengira aku lebih sayang pada Ravino dibandingkan dirinya. Duh pantas saja Ravano terlihat murung beberapa belakangan ini.
“Apakah tuan akan melaksanakan misi?”
Aku mengangguk cepat, misi ini tak terlalu merepotkan dan mudah dilakukan, akan aku pastikan Ravano akan tersenyum lebar melihat keimutanku.
"Ya, akan kulakukan."
Saat sedang asik dengan pikiranku, suara ketukan terdengar dari luar pintu, "Nona sudah bangun?" Tanya seseorang dari luar, yang ternyata adalah Marry.
"Sudah, masuklah Marry" ucapku mengizinkan.
Marry memasuki kamarku sembari tersenyum manis, "Mari Nona, saya bantu mandi dan bersiap-siap."
Aku menurut, ya walaupun awalnya aku tidak terbiasa dimandikan, terselip rasa malu juga saat mengingat jiwaku yang sudah berumur 24 tahun, tapi malah dimandikan seperti ini. Namun apalah daya, tubuhku yang sekarang masih berumur 10 tahun, Marry tidak mau aku mandi sendiri karena ia khawatir aku kenapa-kenapa.
Setelah mandi dan berpakaian, aku didandani sedemikian rupa, "Marry bisakah kau lebih cepat? Aku sudah lapar"
Marry terkekeh pelan, "Maaf Nona, saya terlalu bersemangat mendandani Nona, karena Nona cantik sekali seperti boneka," pujinya.
Aku tersenyum menatap cermin didepanku. Ya, memang sih. Meskipun di ‘Jendela Informasi’ kecantikanku hanya 30 persen, tapi nyatanya wajahku ini sudah sangat menawan, bagaimana ya kalau kecantikanku kunaikkan menjadi 100 persen? Apakah akan bisa mengalahkan dewi kecantikan Aphrodite?
"Nah sudah selesai. Mari Nona, saya antar ke ruang makan," ucap Marry setelah memasangkan sebuah kalung permata sederhana, berwarna biru langit, senada dengan warna gaun yang kukenakan.
Aku berjalan keluar kamar, menuju ruang makan. Sesampainya disana sudah ada Legter, Casian, Ravano dan Ravino.
"Kamu telat beberapa menit Alsyena," ucap Legter dingin, matanya menatapku tajam.
Aku tidak gentar dengan tatapannya itu. Aku sebenarnya tidak takut dengan laki-laki kalau hanya sebatas saling menatap dan berbicara, karena traumaku muncul hanya saat aku melakukan kontak fisik dengan laki-laki.
Aku membalas tatapan Legter, "Maafkan saya, Ayahanda. Saya terlalu lama bersiap-siap." Ucapku sopan sembari menunduk singkat untuk menunjukkan kesopanan.
Legter tersentak. Aku yakin ia cukup terkejut dengan perubahan sikapku. Karena yang aku tahu, Alsyena dalam novel selalu menunduk ketakutan saat berhadapan dengan Ayahnya, tapi sekarang? Alsyena berani membalas tatapan dan ucapannya. Jelas, karena yang ada didalam tubuh ini bukan lagi Alsyena, tapi Lessy!
Legter berdehem singkat, "Baiklah, cepat duduk di kursi mu."
Aku pun duduk di kursi, kali ini aku dibantu oleh Ravano, "Terima kasih Kak Vano," ucapku sembari menunjukkan senyum cerah terbaikku.
Aku melihat Ravano tersenyum lebar dengan rona kemerahan muncul di pipi laki-laki itu, yang menjalar sampai ke telinganya. Terlihat menggemaskan sekali, astaga kok rasanya aku seperti pedofil ya? Ah bodo amat, sekarang aku kan berada ditubuh anak kecil.
“Mission success.”
Terdengar suara sistem yang hanya bisa didengar olehku.
“Point sedang di akumulasi kan.”
“300 point berhasil didapatkan.”
___________________
Jendela informasi
___________________Nama : Alsyena De'Xavier
Umur : 10 tahun
Disposisi : Ahli bela diri
Class : Heroic
Tittle : -
Skill spesial : Elemen cahaya
Skill umum : Elemen kegelapan, elemen api, elemen angin, elemen tanah, elemen air, elemen es, dan elemen udara.
Kecerdasan : 60%
Kecantikan : 30%
Daya tarik : 40%Point : 300
____________________Aku tersenyum bangga, satu misi hari ini berhasil terselesaikan. Aku berniat mengumpulkan point sebanyak-banyaknya untuk suatu saat jika aku membutuhkannya. Asal kalian tahu saja, aku ini aslinya adalah seseorang yang maniak dengan angka. Aku begitu suka saat melihat angka-angka berjumlah besar yang berjejer didepanku, hehe.
Aku menoleh saat merasakan tatapan tajam mengarah padaku, oh ternyata Legter dan Cassian lah yang menatapku. Aku mengabaikan tatapan mereka, dan bersikap seakan-akan tak terjadi apapun, lalu dengan tenang menyantap sarapan yang sudah disiapkan oleh pelayan, diatas meja.
.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Dimension
FantasyKetika aku membuka mata, aku berada di dalam sebuah novel. [My Love Never Gone] [My Love Never Gone] adalah sebuah novel fantasi-romantis yang berfokus pada kisah cinta gadis dari kasta rendah yang lemah lembut dan baik hati yang mengumpulkan para p...