EIGHTEEN

23.2K 3.7K 45
                                    

Happy reading-!♡

Sesampainya di markas Shadow, kulihat Vazeon berdiri didepan pintu, sambil melipat kedua tangannya didepan dada, tatapan tajamnya itu mengarah padaku, "tau apa salahmu?" Tanyanya dingin.

Aku balas menatap matanya, "Ya, aku tahu." Jawabku singkat.

Vazeon tersenyum, namun senyumannya itu tampak sangat mengerikan, "Kau tahu itu, tapi tidak merasa bersalah dan meminta maaf karena sudah membuat yang lain menunggu?" Tanyanya lagi.

Aku mengangguk, "Iya iya, maafkan aku, tapi aku tak sepenuhnya salah disini. Sedari awal aku sudah memberi tahu mu, aku tak bisa bergerak berkeliaran diluar sebebas dirimu Vaz," balasku tajam.

Tidak, aku tidak sedang beralasan. Aku memang sempat mengalami kendala saat ingin pergi tadi, aku tak menyangka akan di pergoki oleh pelayan pribadiku, Marry, sebelum meninggalkan kamar dengan teleportasi.

Marry terkejut melihat penampilanku yang menggenakan jubah panjang berwarna hitam, ia memaksa ingin ikut denganku, tapi aku benar-benar tak bisa mengajaknya, karena ini semua bisa membahayakan dirinya, tentu juga diriku. Alhasil setelah membujuknya beberapa saat, Marry menurut tapi tetap saja raut wajahnya menatapku khawatir dan tidak rela, sekaligus tidak menyangka aku sudah bisa menggunakan sihir teleportasi.

Aku juga menyuruhnya untuk merahasiakan tentang aku yang pergi diam-diam dari mansion, dan Marry menyetujui hal itu. Memang hanya Marry lah satu-satunya orang di mansion yang berada di pihak Alsyena, selain Ravano dan Ravino sekarang.

Vazeon terdiam, yah rasanya lumayan menyenangkan bisa membungkam mulut lelaki dingin dan suka seenaknya itu.

Aku berlalu memasuki markas, meninggalkan Vazeon yang masih berdiam didepan pintu.

"Maaf semuanya, karena aku, waktu kalian jadi terbuang." Ucapku pada seluruh anggota Shadow yang sudah duduk mengelilingi di meja besar berbentuk lingkaran, kulihat diatas meja terdapat berlembar-lembar kertas berserakan, entahlah aku tak tahu apa isi dari surat-surat itu.

Mereka tersenyum, "Tak apa, kita tak terlalu lama menunggu, santai saja." Ucap salah satu dari mereka.

Aku mengangguk lalu mengambil duduk di kursi kosong yang ternyata bersebelahan dengan perempuan yang menyapaku saat pertama kali aku menginjakkan kaki di markas Shadow, kalau tidak salah namanya Ally.

"Hai Ally," sapaku.

"Hai juga Syena, kenapa terlambat? Kau tahu, ketua terlihat marah sekali," bisiknya disampingku.

Aku meringis sambil menggaruk leherku yang tak gatal, "Ada sedikit kendala tadi, dan yeah aku sudah dimarahi tadi saat bertemu dengannya didepan pintu." Balasku ikut berbisik.

Ally tertawa pelan, "lain kali jangan terlambat lagi, nanti bisa-bisa ketua mengamuk disini."

Aku tersenyum menanggapi.

Setelahnya, ruangan hening seketika tatkala Vazeon memasuki ruangan dan mendudukkan dirinya di kursi paling besar, dibandingkan kursi lainnya.

Dia menepuk tangannya sekali, "baiklah mari kita mulai." Ucapnya.

"Misi apa yang akan kau laporkan, Carloz?" Tanya Vazeon sembari mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja dengan pelan.

Carloz adalah wakil ketua Shadow, laki-laki itu adalah putra ketiga keluarga bangsawan Marquis Renard. Carloz berusia satu tahun lebih tua dari Vazeon, dia juga merupakan sahabat sekaligus tangan kanan yang Vazeon andalkan.

Carloz mengambil salah satu lembar kertas diantara kertas yang berserakan diatas meja.

"Informan kita memberikan sejumlah laporan penting, ketua." Ucapnya dan memberikan selembar kertas tersebut pada Vazeon.

Vazeon menerimanya, dan membaca perlahan surat laporan tersebut.

"Jadi, terjadi pertumbuhan tidak wajar pada para monster di hutan terlarang?"

"Benar, setelah informan kita menyelidiki lebih lanjut, ternyata pertumbuhan para monster yang menjadi dua kali lebih cepat ini disebabkan oleh campur tangan bangsa demon," balas Carloz.

Aku menahan napas sejenak, demon? Bukan kah ini akan menjadi misi yang terlalu berbahaya untuk anak berumur sepuluh tahun seperti ku ikut andil? Jujur, aku tak sanggup untuk membunuh makhluk lain, tapi aku juga tidak mau mati untuk yang kedua kalinya. Mau seberapa lama pun aku mencoba membiasakan diri dan menganggap bunuh-membunuh itu hal wajar disini, aku tetap tidak bisa. Aku tidak bisa merasa wajar akan hal-hal tak masuk akal yang baru aku rasakan ini.

Semuanya berubah, dunia ini bukan seperti dunia yang kukenal. Ini benar-benar dunia yang berbeda, dunia dimana makhluk-makhluk mitos dan fiksi yang hanya ada didalam buku cerita di duniaku yang dulu. Tapi, sekarang benar-benar ada, dan aku hidup didalamnya.

Aku menghirup napas, dan melepaskannya. Setelah merasa tenang, aku kembali menyimak pembicaraan Vazeon dan Carloz.

"Monster yang sudah disihir oleh bangsa demon, menjadi lebih ganas dan menggila, perkembang biakan mereka juga menjadi lebih cepat, membuat jumlah para monster membludak," lanjut Carloz.

Kurasakan suasana menjadi dingin dan tegang, kulihat sekeliling, wajah anggota Shadow lain terlihat buruk. Tidak salah lagi, ini masalah yang berat.

Vazeon mengangguk, "Semua harus dibinasakan sebelum para monster itu keluar dari hutan terlarang dan membuat banyak kekacauan."

"Tapi, yang jadi masalah adalah, kita juga harus membunuh para bangsa demon agar mereka tidak bisa menyihir para monster lagi, kalau tidak, hal seperti ini akan kembali terulang lagi suatu saat," lanjut Vazeon.

Carloz dan anggota Shadow lainnya mengangguk setuju.

"Bangsa demon sangat berbahaya, untuk saat ini mari kita basmi para monster terlebih dahulu. Aku akan melaporkan pada Yang Mulia Kaisar untuk mengumpulkan kekuatan, dan bekerja sama dengan pasukan Kekaisaran, untuk berperang melawan bangsa demon. Karena ini bukan masalah kecil lagi, ini mempertaruhkan kedamaian benua dan Kekaisaran Rhyster," jelas Vazeon.

'H-hei, ingatkah kalian dengan diriku? Tidak seharusnya aku berada disini, huhu aku ingin pulang dan beristirahat.'

"Tenang tuan, Rezero akan selalu membantu tuan sampai kapanpun."

Aku menunduk sedih, kenapa aku harus dihadapkan dengan masalah besar seperti ini? Tidak bisakah aku hanya tidur dan bersantai selama-lamanya? Aku ingin menjadi pemalas, tidak bisakah ada yang mengabulkan permintaan sederhanaku ini?

.
.
.
Bersambung...






Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang