Bab 1

2K 118 3
                                    

Ini adalah cerita lama yang aku up lagi ya... Semoga suka,... Jangan lupa tinggalkan jejak ya...

Selamat membaca...

"Nona Zee, anda mau kemana?"

"Biarkan aku pergi, aku ingin bertemu dengan papa."

Seorang wanita cantik dengan balutan dress sebatas lutut nampak ingin menerobos beberapa pria yang berkerumun di depannya.

Pria-pria berjas itu, tampak menghalangi langkahnya. Membuat ia kesulitan untuk melangkah lebih jauh.

Rumah yang hampir seumur hidup ia huni itu, nampak tak lagi nyaman setahun terakhir ini. Bahkan nyaris berubah layaknya neraka.

"Anda tidak boleh pergi kemana pun, nona! Nyonya besar menugaskan kami untuk menjaga anda." Pria berjas paling depan menjawab tegas. Terdengar tak ingin dibantah apalagi didebat.

Namun karena gadis itu nyaris keras kepala, melebihi siapapun. Dia tetap pada pendiriannya, dia terus berusaha menerobos pria-pria itu. Hingga memebuat dua pria di sampingnya langsung menahan lengannya.

"Brengsek, minggir! Aku bukan tahanan. Biarkan aku pergi." Jeritnya kuat. Hingga terdengar menggelegar di seisi ruangan.

"Tidak boleh, nona, Nyonya--"

"Dia bukan ibuku, jadi berhenti memanggilnya nyonya, sialan!" Amuknya lebih kuat. Menghentikan ucapan pria berjas di depannya. Mereka bungkam dengan tatapan bersalah, namun sama sekali tidak melepaskan pegangannya pada pergelangan tangannya.

Bahkan pegangannya kian mengerat seiring dia yang kian memberontak. Ingin melepaskan diri.

"Maaf, nona, anda tidak boleh pergi kemana pun! Anda harus berada di sini."

Zee mengerang frustasi, wajahnya semakin kesal karna tak diijinkan untuk keluar kamar. Setiap hari, selama papanya masuk rumah sakit. Rumahnya berubah layaknya neraka.

Tidak ada lagi kebebasan, ketenangan, apalagi ketentraman. Yang ada hanya pertengkaran, siksaan juga tuntutan.

Zee harus ini, Zee harus begitu, begini tidak boleh, begitu tak diijinkan.

"Biarkan aku pergi! Aku hanya ingin bertemu dengan papaku, SIALAN." Jeritnya kehabisan kesabaran. Terus memberontak hingga membuat dua pria di sampingnya kewalahan.

"Ada apa ini ribut-ribut?"

Dari arah tangga, suara seorang wanita terdengar menyela. Hingga membuat seluruh pasang mata menoleh ke arahnya.

Layaknya robot yang sudah disetel, seluruh pria berjas itu mundur beberapa langkah. Membungkuk sopan dengan wajah berubah ramah. Berbeda jauh ketika berhadapan dengan Zee. 

Menjijikan. Sinis Zee dalam hati.

"Ada apa, Zee? Kamu membuat keributan, lagi?" Tanyanya sinis, dengan anggun menuruni anak tangga hingga berada di depan Zee.

Mengabaikan wajah penuh permusuhan juga dendam kesumat yang dilayangkan Zee ke arahnya. Dia terus melangkah ke arah Zee.

"Biarkan aku pergi! Aku ingin bertemu papa." Sentak Zee keras. Sama sekali tidak mau beramah tamah.

"Lagi?" Ulangnya terdengar jengah. Wajahnya semakin terlihat enggan. Malas menanggapi keinginan Zee di depannya. Wanita keras kepala itu, benar-bener tidak berubah.

"Apa kamu tidak bisa berubah menjadi penurut sekali saja? Hah?" Lanjutnya beberapa saat kemudian. Namun terdengar sinis juga tak bersahabat.

"Kenapa kamu selalu menyusahkan dirimu sendiri? Tidak bisakah kamu tidak membuat masalah barang sehari?" Lanjutnya kian menyindir.

(Mrs. Sanjaya) Wedding in ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang