Zee memilih masuk ke dalam kamar, duduk di pinggir ranjang dengan wajah masih tampak keruh. Menemukan Zay tampak ramah, asik dengan Wanita lain, sedang padanya dia tampak dingin dan acuh-benar-benar membuatnya terganggu.
Sebenarnya, Zay itu benar-benar dinging? Atau hanya padanya saja pria itu bersikap demikian?
Menatap pintu kamarnya dengan pandangan lurus dan berkilat-kilat penuh emosi. Zee pun tidak mau repot-repot untuk menyapa pria itu atau bahkan berbicara denganya. Meski pria itu sempat melihatnya tadi. Sempat menatapnya hingga berakhir sibuk dengan Wanita yang baru Zee tahu Bernama 'Ember?'
Zee berdecak, bangkit sebelum memilih naik ke atas ranjang. Berbaring di sana dan memilih menutup tubuhnya dengan selimut. Berkali-kali menggerutu saat sadar jika moodnya berubah buruk hanya karna dia melihat sesuatu yang menurutnya tidak penting. Yang kini benar-benar membuat dia kesal.
***
Tidur Zee semalaman ini tidak nyenyak, dia berkali-kali terbangun hingga berakhir diam melamun. Entah apa yang dia pikirkan, namun segalanya hingga kini tak mendapatkan jawaban atas apa yang ia inginkan.
Berkali-kali diam, termenung, Zee tidak tahu kenapa segalanya harus berakhir seperti sekarang. Dulu hidupnya baik-baik saja. Baik sebelum papanya jatuh hati pada Elive hingga berakhir menikahi Wanita itu.
Hidup Zee berantakan, hancur tanpa tahu bagaimana cara memperbaikinya saat ini. Dan sekarang hidupnya kian tak terkendali saat dia harus berurusan dengan pria seperti Zay.
Pria tak berperasaan dan tak punya hati. Hanya padanya hingga berkali-kali pria itu terus menyakitinya. Dan sekarang-entah mengapa Zee menyesal karena berurusan dengan pria itu.
Ada nafas yang berkali-kali terhembus kasar keluar dari bibirnya, sebelum Zee bangkit dan berdiri di depan pintu kamarnya. Menatap pintu di depannya dan menimbang segalanya.
Sampai dia memilih menempelkan telinganya di sana, berusaha mendengar apa pun yang bisa membuat dia yakin jika mungkin dia bisa keluar saat ini. Jam bahkan baru menunjukkan pukul enam pagi. Waktu yang sangat pagi untuk Zee yang akhir-akhir ini senang bangun siang.
Saat ia tak mendengar apa pun, dia menarik diri, tampak berpikir sebelum Kembali menempelkan telinganya di sana. Yang lagi-lagi tak membuatnya mendengar apa pun.
Menghembuskan nafas kasar, Zee Kembali melangkah ke arah ranjang. Duduk di sana dan menatap ke arah pintu. Mungkinkah Zay belum bangun hingga dia tidak bisa mendengar apa pun di luar sana?
Zee menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, Setengah berbaring dengan kaki tergantung di lantai. Dia tatap tumit kakinya yang kulitnya sedikit terlupas. Lalu pandanganya naik ke telapak tangannya yang tampak sama. Karena alergi deterjen, kulit tanganya sedikit terupas. Terluka hingga berakhir terlupas.
Seumur hidup, sebelum dia menikah dengan Zay. Dia tidak pernah mencuci pakaian, jangankan mencuci pakaian, mencuci piring pun tidak pernah. Begitu pun dengan deterjen-yang sama sekali tidak pernah dia sentuh. Dan selama dia menikah dengan pria itu, Zee belajar menempatkan diri. Berawal dari mencuci piring, mencuci pakaian hingga semua pekerjaan rumah dia kerjakan dengan tanganya. Meski Zee harus mengulang pekerjaannnya agar bersih dan benar. Setidaknya, melihat dan mengamati para pekerjanya dulu di rumah papanya, membuat dia bisa belajar dengan cepat. Meski dia harus rela tangan dan kakinya sedikit terluka karena alergi.
Dan sekarang, dia merasa apa yang dia lakukan tidak ada gunanya. Mungkin akan lebih baik jika dia terkurung di rumah papanya dengan segala siksaan Elive. Ketimbang di sini dan merendahkan Harga dirinya untuk pria yang hanya menganggapnya lelucon.
Tanpa sadar kedua matanya berembun, pandanganya kabur dengan sudut-sudut mata yang mulai mengeluarkan air mata. Kenapa hidupnya menyedihkan sekali sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
(Mrs. Sanjaya) Wedding in Chaos
RomanceKisah percintaan tentang seorang pengacara dengan nona muda yang memiliki segalanya. Di pertemukan dalam sebuah hubungan yang rumit juga keadaan yang sulit. Memaksa mereka untuk saling melindungi juga mencintai. Mampukah Zaydan, yang notabennya tid...