Bab 2

757 97 2
                                    

"Termasuk tubuh anda?"

Wajah Zee tersentak kaget. Tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. Dia kira pengacara papanya itu pria baik-baik. Wajahnya bahkan sangat kaku juga dingin. Karena itu Zee malas berbasa-basi padanya.

Selain tatapan matanya yang terlihat sangat menggangu Zee juga benci jika harus berurusan dengan orang-orang pintar. Setidaknya otak Zee tidak akan sanggup jika harus menangkap itu.

"A-apa?" Gagap Zee setalah menguasai diri. Masih tidak percaya dengan pendengarannya.

"Tubuh anda, saya menginginkan tubuh anda. Bagaimana? Ada bersedia memberikan tubuh anda pada saya? Secara cuma-cuma. Sebagai gantinya, saya akan menikahi anda." Ucap Zay tanpa pikir panjang. Dia ingin melihat wanita angkuh ini, masih bisakah bersikap sombong setelah permintaannya.

Zay tersenyum mengejek, menatap malas pada wanita yang tadi terlihat menggebu-gebu penuh keangkuhan kini nampak menciut salah tingkah.

Bahkan tak ada lagi rona di wajahnya selain pucat pasih lantaran kata-kata Zay. Apa sekarang dia sudah mati kutu? Ejek Zay dalam hati.

Setelah yakin Zee tidak akan lagi memberikan penawaran gila padanya, Zay pun beranjak bangun dari tempat duduknya. "Lebih baik anda diam di sini! Saya akan menghubungi tuan Daniel untuk mengabarkan anda berada di sini. Agar dia bisa menjemput anda segera." Ucap Zay pada Zee. Tidak ada keramahan di setiap katanya. Yang ada hanya nada datar juga dingin. Ingin memperjelas pada Zee jika dia tidak mood yang beramah tamah. Juga berbaik hati pada wanita sepertinya.

Zay terlihat begitu begitu enggan berlama-lama bersama Zee. Terbukti dia yang kini sudah memegang ponsel, berniat menghubungi orang yang tadi dia sebutkan.

"Anda menginginkan tubuh saya? Baiklah, saya akan memberikan tubuh saya. Asal anda bersedia menikahi saya saat ini juga." Seru Zee lantang, tubuhnya pun ikut berdiri dari duduknya. Dan mampu menghentikan langkah kaki Zay yang sudah sedikit menjauh.

"Lupakan, saya sudah tidak tertarik." Balas Zay kembali meneruskan langkah kakinya. Tapi baru dua langkah melangkahkan kaki, suara teriakan Zee kembali terdengar.

"PENGECUT."

Kepalan tangan Zay mengeras, egonya tersentil mendengar ejekan Zee.

Wanita ini benar-benar.

"Anda bilang apa?"

"PE-NGE-CUT." Zee menekan katanya. Lengkap dengan wajah mencibir.

"Anda sadar dengan apa yang telah anda katakan?" Tanya Zay kembali melangkah mendekati Zee. Sorotnya semakin terlihat tak bersahabat.

"Ya, kenapa? Anda keberatan?" Ejek Zee kian menjadi. "Semua pria memang sama, pembohong, pengecut. Bermulut besar, tidak bisa menepati janji."

Zay mengerang, menyabarkan diri agar tidak menyumpal mulut sialan wanita di depannya.

"Bukan hanya pengecut, anda juga layak disebut pecundang."

"Apa sebegitu inginnya anda menikah? Hingga rela mejajalkan tubuh anda kepada siapa pun yang bersedia menikahi anda?" Ejek Zay sengit. Kesabarannya habis karna wanita di depannya yang tak habis-habisnya memancing emosinya.

Kedua mata Zee terbelalak, kaget karna Zay merendahkan dirinya. "Baiklah, saya menjadi tidak sabar menikmati tubuh anda." Lanjutnya tanpa rasa bersalah.

"Kau-" desis Zee geram.

"Sekarang ikut saya! Kita akan menikah detik ini juga." Cetus Zay mengabaikan desissan Zee.

Zay menarik lengan Zee, menariknya hingg mendekat padanya. "Kenapa? Anda takut?" Ejek Zay yang melihat wajah memerah Zee.

"Sudah terlambat untuk mundur. Saya tidak akan membiarkan anda lari. Apalagi berniat kabur. Karna saya sudah tidak sabar menikmati tubuh anda." Bisik Zay pada telinga Zee.

(Mrs. Sanjaya) Wedding in ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang