3 - Hidup Baru

28 14 4
                                    

Matahari bersinar, dan langit mulai kembali ke warna birunya. Seolah kemarin tidak pernah ada kejadian apa-apa.

Demikian, Gustav membuka matanya karena cahaya yang masuk. Dia tidak terbiasa. Pasalnya kastil tempat tinggalnya dulu cenderung gelap dan kelam.

Ia bangkit dari posisi tidur duduk bersandarnya di tepi pohon dan mulai berjalan lagi. Ia mengingat-ingat perkataan pengasuhnya yang bilang padanya untuk berjalan terus sampai ke suatu desa.

Lalu benar saja, setelah beberapa jam berjalan dengan keadaan lapar, Gustav menemukan jalan setapak menuju desa kecil itu. Namun, tampaknya desa ini sudah lebih maju dari apa yang ada di ingatan lama pengasuh itu.

Anak laki-laki itu merasakan aura asing yang sangat menggugah. Dengan semangat dia menelusuri desa dan membeli makanan yang biasanya tidak disediakan di istana-- makanan murah yang enak!

Sekejap, Gustav lupa dengan perasaan sedih dan takutnya kemarin. Barangkali karena dia akhirnya menemukan tempat untuk mengisi perut, ataupun karena ini kali pertamanya Gustav benar-benar melihat dan merasakan suasana bermasyarakat yang nyata.

Dia akhirnya tidak hidup terkurung dalam dunia di buku bacaan sehari-harinya saja.

"Oh ya, tunggu! Aku seharusnya segera mencari orang yang bernama Gigantos, bukannya terlena dengan kegiranganku sekarang," gumam Gustav untuk mengingatkan dirinya sendiri.

Dia kemudian berkeliling sambil bertanya-tanya, apakah ada yang kenal dengan orang bernama Gigantos ini? Tapi sejauh telinga mendengar, tidak ada yang tahu menahu tentang pria yang dicarinya itu.

Hingga sore hari tiba. Merasa lelah, Gustav memutuskan untuk mencari tempat penginapan. Namun, alih-alih mendapat tempat, seperjalanannya ke sana dia malah dirampok! Untungnya, seorang wanita berkepang satu dengan dua pisau assassin dengan sigap menyelamatkan Gustav dan segera mengembalikan tas miliknya.

"Hati-hatilah saat berjalan-jalan sendirian, bocah. Di mana orangtuamu?" tanya wanita yang bersurai coklat gelap itu dengan nada yang lumayan tinggi dan menekan. Agaknya dia memang terbiasa berbicara seperti itu.

"... Aku tidak tahu," jawab Gustav tanpa sepenuhnya berbohong. Dia lalu tetingat dengan tujuan awalnya untuk mencari Gigantos, jadi dia memutuskan untuk bertanya pada wanita yang baru pertama kali dilihatnya itu. "Ngomong-ngomong apakah Anda kenal orang bernama Gigantos? Aku harus menemuinya."

Wanita itu tampak terkejut. "Gigantos?" Katanya, "Aku kenal dengan orang itu, tapi kau ada urusan apa dengan dia?"

"Itu, aku kenalannya Bibi Aphy, aku butuh bantuan. Kata Bibi Aphy, aku bisa mendapatkan bantuan itu darinya," jelas Gustav dengan jujur.

Wanita itu tampak terkejut lagi. "Kau adalah bocah yang tak diduga-duga. Siapa namamu?"

Gustav berpikir sebentar. Tidak ada orang yang kenal dengannya sebagai seorang pangeran karena dia selama ini hidup terkurung. Jika dia memberitahu nama panggilan yang membuatnya nyaman, seharusnya tidak akan ada masalah besar bukan?

"Gus. Namaku adalah Gus."

"Baiklah, Gus. Ayo ikuti aku!"

Tidak banyak bertanya, Gustav langsung saja mengikuti langkah kaki wanita yang berjalan agak cepat. Mereka kemudian masuk ke dalam sebuah Inn. Wanita itu tampak menyebutkan sebuah kata-kata khusus kepada penjaga kasir, kemudian setelahnya dia mengajak Gustav untuk masuk ke dalam ruang khusus pegawai.

Di sana ada sebuah pintu menuju ruang bawah tanah yang ditutup dengan beberapa barel. Wanita itu memindahkan barel-barel tersebut dengan mudahnya, kemudian menuntun Gustav untuk masuk ke sana lebih dulu sebelum dia.

[BL] Galathea I : Kubea [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang