Sesampainya Dey dan Marsha di sekolah, murid-murid yang ramai mengisi koridor kelas serta lapangan membuat suasana pagi ini terasa bersemangat. Bibir perempuan berponi itu mulai menaik dan dapat merasakan energi bahagia saat ia melihat murid-murid tersebut. Tak lama, saat setelah Dey memarkirkan motornya, ia mengajak Marsha ke ruang kepala sekolah. Selama mereka berjalan, tak henti-hentinya Marsha kagum dengan kemegahan sekolah barunya.
"Dengar, jangan bicara apapun saat aku bertemu dengan pak Kepsek. Mengerti?"
Baru saja gadis kecil itu merasa damai, ketika mendengar suara Dey ia langsung menyadari bahwa kenyataannya tak seindah yang dibayangkannya. Ia mengangguk pelan.
"Permisi, pak Teguh"
"Ya? Siapa ya?"Dey tersenyum menyeringai sama seperti saat Marsha pertama kali bertemu dengannya. Ia sangat tidak suka itu. Dey selalu merencanakan sesuatu yang buruk apabila telah berperilaku demikian. Perempuan berpenampilan mencolok itu mendatangi kepala sekolah.
"Mulai saat ini. Marsha akan bersekolah disini tanpa ada kendala apapun. Semua berkas dan kebutuhannya sudah tercatat di sekolah ini"
Marsha begitu terkejut sampai mundur perlahan mendekati lemari yang berisi beberapa penghargaan disampingnya. Ia melihat bola mata Dey berubah menjadi hijau mengkilat.
"Baik, mulai saat ini Marsha akan bersekolah disini. Tanpa kendala, dan semua berkas serta kebutuhannya sudah ada di sekolah"
Sang kepala sekolah mengulang perkataan Dey seakan-akan sedang di kontrol oleh sesuatu sehingga menurut tanpa mengelak sekali pun. Marsha menelan ludah ngeri merasa sangat takut jika gadis itu melakukan hal yang sama kepadanya.
"Apa yang kau tunggu? Cari kelas yang kamu pengenin. Semuanya sudah ku atur"
Sesudah mengucapkan kalimat itu, Dey membalikkan badan dan melangkah pergi meninggalkannya. Sebetulnya, Marsha masih mematung dan bingung harus apa.
"Mulai saat ini.. Marsha akan bersekolah disini.."
Mendengar rintihan dari kepala sekolahnya, ia langsung cepat-cepat menepuk pipinya untuk menyadarkan diri dan segera pergi dari tempat itu. Ia berjalan tak tentu arah dan berusaha untuk cepat-cepat mencari kelas yang sekiranya ia tertarik.
"Eh, eh. Ada anak baru ya?"
"Anjir cakep beut. Sabi lah sabi"
"Berisik sumpah lu ja. Ntar kedengeran bego"Anak-anak mulai membicarakan Marsha saat perempuan itu berdiri di samping pintu kelas dan terlihat bingung harus duduk atau menunggu guru datang.
"Gua sumpahin lo! Mati lo di gigit vampir!"
Seseorang berteriak sangat kencang di luar kelas sesaat setelah itu tak sengaja menabrak Marsha yang berdiri disana menutupi pintu. Mendengar umpatan serta merasa seseorang telah menabraknya, ia langsung menoleh.
"Eh, maaf ya. Tadi ga fokus jalannya, lagi marah-marah. Hehehe"
"Santai. Aku.. yang nutupin jalan juga kok daritadi"Seorang gadis bersuara nyaring dengan dandanan rapi berada tepat di depan mata Marsha. Gadis cantik itu tersenyum kikuk merasa tak enak karena habis menabraknya.
"Loh, anak baru ya? Weh, salam kenal. Aku Ashel! Jangan panggil Adzana, aku anti soalnya"
Marsha tertegun sekilas mendengarnya berbicara. Seumur-umur dia di panti asuhan, seringkali tidak ada yang mau berkenalan dengannya. Namun, sekarang.. melihat Ashel tersenyum manis didepannya membuatnya tersipu sekaligus terharu.
"M-Marsha. Salam kenal"
"Jangan kaku gitu, ah. Aku mah anaknya ceria, jadi jangan jadi pendiem. Oke?"Ashel tertawa kecil melihat Marsha menjadi salah tingkah karena candaannya. Tak lama, suara bel masuk berbunyi. Dan seluruh siswa mulai memasuki kelas untuk menjalankan pelajaran. Ashel menyuruh Marsha duduk disebelahnya dengan mengusir seorang pria tukang tidur yang katanya asal duduk saja. Marsha sungguh bersyukur bisa bertemu dengan Ashel di tempat barunya ini. Lalu, seorang guru pun masuk ke dalam kelas.
"Selamat pagi anak-anak"
"Selamat pagi pak Jayen", seisi kelas menyahut sambutan pagi dari guru matematika itu dengan kompak.
"Hm, sebelumnya ada pengumuman. Seperti yang kalian tau, ada murid baru di kelas kalian. Ayo, Marsha maju ke depan untuk memperkenalkan diri"
Dengan gugup, Marsha berdiri dan mulai melangkahkan kaki ke depan kelas. Ia menatap teman-temannya penuh ragu. Dengan berusaha tersenyum, ia berbicara, "Pagi teman-teman.. namaku Marsha Lenathea, atau Marsha. Aku baru disini. Terimakasih"
"Ah, ga seru ga seruuu"
"Cantik, password-nya apa?"
"Marsha kamu cahaya asia!" (eh loh)
"Sudah-sudah. Tenang, hargai dia sebagai teman baru kalian. Jangan berperilaku buruk ke Marsha, ingat?", pesan Pak Jayen dengan penuh ketegasan. Marsha dengan dadanya yang berdegup kencang akibat takut itu terpaksa tersenyum setelah dipersilahkan duduk.
"Unik banget dah kamu, heran"
Ujar Ashel sambil tertawa ringan melihat perempuan yang menahan malu itu menunduk dalam-dalam. Setelah sesi perkenalan selesai, pelajaran pun di mulai. Aktivitas sekolah Marsha berjalan dengan lancar tanpa ada yang menyadari siapa dirinya dan asalnya.
SKIP
Jam istirahat akhirnya tiba setelah berpusing-pusing ria memikirkan pelajaran yang tak di mengerti sama sekali oleh Marsha. Ia mengantuk dan berniat menuju kantin.
"Ashel, kantin dimana ya?"
"Mau ke kantin? Ikut aku aja! Tapi aku harus ketemu sama temenku yang ada di kelas lain dulu. Gimana?"
"Boleh, ayo"Saat mereka berdua keluar dari kelas, ramai sekali murid-murid menutupi jalan masuk gerbang sekolah. Kebetulan letak kelas Marsha berada di ujung sekolah yang tepatnya dekat dengan gerbang sekolah. Mereka berdua penasaran dengan keributan dan bisik-bisik itu.
"Eh, ada apaan sih?"
"Anak baru gila, anak orang kaya. Cewe tapi kek berandal, mana tangannya yang di perban kelihatan semua lagi darahnya. Ngeri!"Marsha mencoba masuk ke dalam kerumunan dan mendapati seorang perempuan berambut pendek dengan kalung biru berbentuk elang sedang menengadahkan tangannya kepada seorang murid cantik yang memiliki penampilan khas itu. Mereka berdua benar-benar seperti bidadari yang saling bertemu.
*****
"Mau bantu anterin aku ke ruang kepala sekolah ga?", Ara tersenyum begitu manis di depan Chika yang terdiam melihat tangan gadis yang berbalut perban itu. Tiba-tiba..
"Gak. Kachika gaboleh kemana-mana"Christy menyahut ucapan Ara yang tadinya terlihat serius langsung berubah menjadi lucu bagi Chika karena teman yang dianggapnya sebagai adik itu sangat posesif terhadapnya.
"Oh? Gimana kalo kamu aja"
"Ngga-ngga, udah. Aku yang nganterin. Jangan ganggu Christy atau Eli", Chika akhirnya membuka suaranya dan hal tersebut membuat Ara kembali sumringah seperti sebelumnya."Sumpah, gua ga ngomong apa-apa padahal", Eli mengerutkan dahinya sambil mundur menjauhi Ara yang berusaha lewat disampingnya bersama Chika yang digandengnya. Christy mencibirkan mulut melihat kakaknya di ambil tanpa izin. Ia meninggalkan Eli tanpa sadar karena kesal Chika lebih memilih anak baru ketimbang dirinya.
"Buset tu bocah. Main tinggal-tinggal aja!"
Eli berlari mengejar Christy yang berjalan cepat karena amarah mengalir dari dalam tubuhnya. Chika yang sama sekali diam tak menghiraukan banyaknya pertanyaan Ara daritadi mulai merasa kesal dan merasa ingin meneriakinya.
"Oke, mau tanya apasih?"
Kata Chika tak kuasa menahan kesal dan Ara malah tertawa kecil melihatnya.
Bersambung..
Misi..
Paket...
Hehe, hai semua apa kabar? Haha maaf ya kalo kalian harus marah-marah dengan author yang tukang boong ini T_T
Tapi sebenernya author bener-bener lagi sibuk kuliah dan ga sempat buat nulis cerita lagi
Cerita yang lain aja nganggur :')
Semoga lanjutan kali ini bikin rindu kalian terbalaskan ya!
Mohon maaf sebelumnya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey, Honey Sweet
FanfictionKumpulan cerita unik dari sebuah kota mistis tentang makhluk penghisap darah dari para gadis-gadis yang di kutuk seumur hidup menjadi vampir. Meskipun mereka terbilang muda dan masih ingin menikmati kehidupan manusianya, tetap saja hasrat dan instin...