☆» empat

206 47 1
                                    

"Lo, ini rumah (Name)-san?"

Aku tak kalah terkejut saat menatap Hinata di depan pagar rumah, menaiki sepeda, dan membawa kantong tumpukan koran di boncengannya. Ia juga mengenakan seragam pengantar koran.

"Astaga Hinata, segala pekerjaan kau ambil atau bagaimana?" celetukku tanpa sadar. Sudah jadi florist, sekarang pengantar koran pula. Apa Hinata ini workaholic?

Hinata mengeluarkan tawa ringan. Aku bisa melihat lesung pipi samar saat mulutnya tersenyum lebar."Begitulah, aku hanya pemuda yang selalu mengambil kesempatan."

"Dalam kata lain kau seorang penggila uang."

Sungguh, tanggapan agak kurang ajar itu keluar sendirinya dari mulutku. Entah kenapa aku berkata demikian. Hanya saja ... aku ingin memperpanjang obrolanku dengannya. Semenjak kejadian aku melukis potret Natsu, aku menjadi akrab dengan Hinata dan entah kenapa aku terus ingin membuka percakapan dengan Hinata. Ia pemuda yang asyik diajak bicara. Untung saja Hinata memiliki sifat yang tak selalu menganggap semuanya serius. Ia hanya tertawa saat mendengar ucapanku yang sedikit menyinggung. Dan aku hanya terpana.

Sudah kubilang, kan, jika Hinata itu seperti memiliki kekuatan magis dari tawa dan senyuman yang ia uarkan. Seolah ada magnet yang menarikku untuk terus menatapnya tepat di mata. Dan aku tak akan pernah bosan dengan cahaya tak kasat mata yang menguar dari tubuhnya. Matahari hidup.

"Sampai jumpa di sekolah nanti, (Name)-san!"

Ia yang tiba-tiba memanggil nama kecilku adalah kejutan jantung yang tak terduga.

Sunshine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang