☆» tiga

231 47 0
                                    

"Kudengar (Surname)-san bisa menggambar, ya?"

Aku mengerjap kala si pemuda jingga bertanya demikian. Tahu dari mana? Aku, kan, jarang menampakkan kemampuanku di kelas. Ugh, iris cokelat madu milik Hinata sangat berkilau. Kenapa perasaanku jadi tidak enak?

"... ya, begitulah," jawabku enggan menjelaskan lebih lanjut akan kondisiku yang saat ini tak bisa melukis. Entahlah, aku tidak bisa mengatakannya ketika Hinata menatap penuh harap padaku saat ini. Seolah-olah jika aku berkata 'aku sudah berhenti menggambar' akan menyakiti hatinya. Aneh, pemuda ini seperti memiliki kekuatan magis yang membuat orang-orang enggan berkata 'tidak' jika berbicara dengannya.

"Kalau begitu, boleh minta tolong buatkan lukisan potret adikku? Akan kubayar sesuai keinginanmu (Surname)-san!"

Seharusnya aku menolak permintaan Hinata itu. Tidak, bukan karena uang yang pada akhirnya membuatku menerima permintaannya, melainkan tatapannya itu. Aku tak bisa menolak iris yang memancarkan harapan itu. Tak bisa.

*****

(Name) terdiam ketika menatap foto adiknya Hinata. Natsu namanya. Gadis kecil berusia 8 tahun itu sedang tersenyum lebar hingga menyipitkan mata. Surainya sama persis dengan Hinata, warna jingga diikat dua. Gaun musim panas, topi bundar, dan pantai. (Name) serasa melihat bentuk nyata musim panas.

(Name) terdiam. Tiba-tiba hatinya merasa hangat saat menatap foto adik Hinata itu. Entahlah, sepertinya marga Hinata memiliki kekuatan magis untuk mencerahkan suasana hati orang-orang hanya dengan melihat senyuman mereka. Sungguh, saat ini suasana hati (Name) benar-benar tenang setelah melihat senyuman Natsu di dalam foto.

"Sebentar lagi ulang tahunnya. Aku ingin menghadiahinya dengan sesuatu yang bisa disimpan lama dan lukisan adalah pilihan terbaik."

Dan (Name) mana mungkin melewatkan senyuman lembut sang pemuda yang menatap foto sang adik dengan tatapan penuh afeksi. Malamnya, (Name) benar-benar lancar menggerakkan kuasnya di atas kanvas. Warna jingga mendominasi, garis lengkungan senyuman, dan pantai. Gadis itu merasa seperti sedang melukis dewi musim panas. Ia pun menangis seusai lukisan potret Natsu jadi. (Name) tidak mengerti untuk apa air matanya ini.

Sunshine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang