☆» nol

545 59 0
                                    

Aku menatap datar pada apa yang sedang terjadi di hadapanku. Ruangan rumah sakit, tangisan pecah, mesin yang menampakkan garis lurus dengan bunyi berdenging, seorang gadis yang sangat aku kenali terbujur kaku di atas ranjang, dan semua orang menangisinya. Begitu pula aku yang tampak kacau di sana.

Kilas balik masa lalu yang tak henti-hentinya menghantuiku lewat bunga tidur. Aku masih ingat dengan jelas wajah pucat itu, kata-kata terakhirnya, dan bunyi detak jantungnya yang berakhir lurus. Masih segar di dalam kepala seolah terjadi kemarin padahal dua tahun sudah berlalu. Aku masih terpaku pada kehilangan yang menyiksaku perlahan.

Terbangun dengan air mata kering sudah menjadi rutinitas biasa. Pergi ke sekolah tanpa gairah semangat muda apalagi senyuman. Kekosongan hati membuatku merasa semua apa yang kulakukan begitu hampa. Bahkan sampai hobi yang sudah kutekuni sejak umur menginjak angka lima.

Dua tahun dalam ketidakrelaan membuatku tak lagi bisa menodai kanvas dengan goresan imajinasiku. Tak bisa lagi mengotori buku sketsa dengan arsiran pensilku. Semuanya hitam dan buram. Aku kehilangan arah. Semuanya menjadi tak ada nilai di mataku.

Kehidupanku yang menjadi abu-abu telah menyambutku. Kembang api tak lagi meledak. Semuanya sepi dan suram. Aku dalam titik kehampaan.

Sunshine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang